Senin, Agustus 20, 2007

Pertaruhan Menentang Tuhan

(renungan buat pengidap Sipilis)

Oleh: Choirul Asyhar

Sekelompok orang pintar berkata
Dengan akal ciptaan Allah Tuhan seluruh alam semesta
Bahwa Allah telah mengutus Jibril membawa wahyu Nya
Namun Jibril salah alamat menyampaikannya
Lalu penerima wahyu yang disebut Nabi itu salah kutip pula
Maka Quran tidak steril dari salah omong Sang Nabi
Karena itu dia bukan lagi kitab suci
Jadilah Islam bukan agama paling benar
Lalu semua agama baik dan benar adanya
Sebenarnya takut berkata semua agama salah
Bahkan yang benar tak adalah agama itu
Atau setiap saat siapa saja bisa menciptakan agama
Kebebasan beragama diubah jadi kebebasan berkeyakinan
Tak ada bimbingan wahyu
Maka yang ada hanyalah bimbingan nafsu

Taruhan sudah diletakkan di meja
Genderang perang sudah di tabuh berkali-kali
Manusia melawan Tuhan
Berbekal akal pikiran pemberian-Nya
Akal yang terbatas mau meraba Allah.

Allah Pengasih meskipun Perkasa
Allah Pengampun meski murka-Nya bisa sangat dahsyat
Akal dianugerahkannya sebagai amanah
Tapi manusia menukarnya untuk kemewahan
Kehidupan dunia yang setetes dari selautan isi akhirat

Tapi itu kan kata Nabi
Kata sahabat fulan melalui bapaknya fulan
Dari sahabatnya fulan lagi, dari dari dari
Wow banyaknya rantainya
Itu rantai manusia yang bisa lupa
Maka muncul tanya
Benarkah Nabi berkata demikian

Belajarlah pada ulama salaf
Ilmunya segudang sebelum menafsirkan sabda Tuhan
Zuhudnya tak tertandingi sehingga steril dari kepentingan dunia
Oh siapa pula mereka?
Mereka manusia juga
Bisa salah bisa lupa, bisa ngaku-ngaku

Suhanallah!
Sedang Nabi dicurigai kesuciannya
Firman Allah dilecehkan kemurniannya
Apatah lagi para sahabat
Apatah pula para ulama salaf
Begitu juga fatwa-fatwanya

Apalagi ulama sesama anak bangsa
Seumur teman sepermainan
Main gundu bersama sekarang mengeluarkan fatwa
Akal sama-sama pemberian Sang Pencipta

Sama?
Tidak!
Ulama punya akal pemberian Allah dan tidak tergadai
Sedang para penentang tak lagi punya apa-apa
Karena akalnya telah digadaikan
Dengan rumah dan mobil mewah
Dengan beasiswa dan biaya hidup
Dengan kawalan polisi penjaga keselamatan
Ketika masa mengamuk mau bertamu ke sarangnya
Ketakutan bibir hatinya bergetar
Adakah polisi bisa menjaganya dari datangnya Izrail?

Kepuasannya pada dunia yang sudah digenggamannya
Tanda kekerdilan, padahal akhirat lebih baik dan kekal
Puih!
Itu kan kata Quran
Sedangkan Quran keluar dari mulut Muhammad
Sedang Muhammad manusia biasa yang bisa salah
Lalu dimana agama kalau semua perangkatnya diprasangkakan?

Agama adalah akal, kata Nabi
Maka akal tidak boleh dikekang apalagi diadili

Lho, sekarang mengakui ucapan Nabi
Pilih mana yang cocok lalu pakai
Buang saja mana yang tak sesuai
Pilih pakai apa?
Pakai akal anugerah Allah!
Tapi kemudian Allah tidak diperlukan lagi
Dan sekarang sedang duduk di meja pertaruhan

Kalau Allah kalah, betapa hebatnya akalnya
Kalau Allah menang kemana mereka hendak berlari
Sedang semua jengkal tanah
Semua petak oksigen
Semua deburan ombak
Seluruh hembusan angin
Setetespun air dalam genggaman-Nya
Sedangkan tidak ada selembar daunpun gugur
Kecuali dalam sepengetahuan Allah

Ah, itu kan kata para fundamentalis
Toh, pertaruhan belum selesai
Biarkan langit, bumi, nyamuk, semut,
Virus HIV, setan dan jin yang menyaksikan

Puih.
Air liur dan ludah muncrat bebas keman-mana
Sengaja biar gratis bisa ke Amerika dan dicintai dunia
Manjakan akal hendak menggoyang pohon
Yang akarnya menghunjam dalam ke bumi
Dan batangnya tinggi menembus langit
Buahnya tumbuh setiap saat
Menebar manfaat bagi umat

Lupa shalat dan lupa berzikir
Itu kecil dan barang remeh temeh
Tapi jangan lupa berhitung setiap proposal
Berapa dollar akan dibayar

Mengaku ilmuwan tapi tanpa ilmu menutup cahaya
Mulutnya, tangannya, tulisannya dan baunya
Sekuat tenaga sebesar berapa bayarannya
Hendak menutup cahaya Allah

Tapi Allah malah sempurnakan cahaya-Nya
Walau penyandang dana takkan pernah suka

Sedangkan menjadi manusia tanpa bayangan saja tak bisa
Apatah lagi mau menutup Sang Cahaya
Maka bayang-bayangnya selalu berbicara
Siapa dan apa di balik keberaniannya bertaruh
Dengan Sang Penguasa

Sebenarnya tak perlulah capek, kalau waktunya tiba
Allah akan memadamkan cahaya-Nya
Di liang lahat mereka sehingga proposalnya
Tak ada lagi yang menggubrisnya
Sekutunya yang selalu menyalakan periuknya
Takkan peduli lagi kalau corongnya telah mati
Tak berfungsi lagi

Cikarang Baru, 13 Maret 2007

Tidak ada komentar: