Minggu, Januari 03, 2010

Alhamdulillah Allah Mengendalikan Mobilku

Menyaksikan foto ban mobil seperti ini terpasang di mobil yang berjalan dengan kecepatan 100 km/jam. Apakah yang terpikirkan oleh Anda?

Di jalan tol Jagorawi, aku melaju dengan kecepatan rata-rata 100 km/jam.

Menuju Mega Mendung, aku membawa anak istriku dan keluarga iparku. Semuanya ada 11 jiwa termasuk aku. Jalanan lancar Alhamdulillah. Aku perkirakan dengan kondisi seperti ini, jam sembilan atau sepuluh aku sudah akan sampai di tujuan. Insya Allah.

Tiba di KM 19 sebuah bis melaju di kiri mobilku. Biasanya kalau bis atau truk melaju di sebelah mobil kecil, pasti kita merasa mobil kita goyang karena bis yang besar itu membelah angin. Dan anginnya tersibak menggoyang mobil-mobil kecil di kiri kanannya.

Ini pula yang kurasakan saat ini. Tapi goyangan mobilku tak seperti biasa. Setelah bis melaju menyalip mobilku, mobilku seperti terbanting ke kiri. Aku mencoba mengendalikannya dengan mengarahkan setir mobilku kembali ke kanan. Tapi mobil kembali mengarah ke kiri.

“Bannya kempes ‘kali?” Tanya iparku yang duduk di sebelahku. Aku mengiyakan, dan berusaha tenang mengarahkan mobilku ke kiri ke bahu jalan tol. Terbayang ban kiri belakang mobil kempes dan sedikit sobek karena kecepatan tinggi.

Begitu mobil berhenti, semua penumpang turun. Istriku langsung berkata keras.

“Ayah, bannya sobek!” Aku yang terakhir turun membayangkan ban sobek seperti biasa yang pernah saya saksikan.

Begitu melihat langsung, “Masya Allah.” kataku dalam hati. Apa yang terjadi sampai ban mobilku bisa pecah berkeping-keping seperti ini? Tapi aku tak mau berlama-lama memikirkan apa mengapa seperti ini. Langsung aku mengambil dongkrak dan menggantinya dengan ban serep. Ternyata ban serepnya kempes pula. Maka aku harus keluar pintu tol terdekat di KM 23. Cari pompa angin dan ban baru untuk persediaan.

Oh, ini tahun baru masehi, banyak toko dan bengkel tutup. Maka aku cuma mengisi angin saja. Lalu kembali ke KM 20 menjemput anak istri dan keluarga iparku yang menunggu di rerumputan di pinggir jalan tol.

Sekitar satu jam, kami menyelesaikan urusan ini. Dalam perjalanan menuju Puncak, aku hanya berjalan 80 Km per jam, sebelum akhirnya macet sekeluar dari tol Ciawi.

Sepanjang jalan aku berusaha menenangkan diri. Suara merdu Sheikh Abdurahman Sudais melantunkan Juz 30 di dalam mobil sangat membantu memberi suasana tenang, teduh dan pasrah.

Terbayang, demikianlah kalau Allah berkehendak. Tak hanya waktu yang kupatok yang meleset karena kehendak Allah. Tapi juga Allah masih berkehendak kami sehat wal afiat semuanya. Allah masih berkehendak, nyawa-nyawa kami masih bersemayam dalam raga kami. Sambil mendengar kaset murottal Sheikh Sudais oleh-oleh haji adikku, aku bersyukur dan beristighfar.

Bersyukur karena Allah masih berkenan menyentil kami dengan kejadian ini. Ini pertanda Allah menyayangi kami. Setelah ini kami harus meningkatkan intensitas muhasabah atas aktifitas kami selama ini. Kami harus memelihara segala anugerah-Nya dengan mensyukurinya.

Teringat doa sebelum berangkat yang kami –aku, istri, dan anak-anakku- lantunkan sesaat ketika mobil mulai melaju di depan rumah.

“Subhanalladzi sakhkhara lana hadza, wa ma kunna lahu muqrinin. Wa inna ilaa rabbina lamun qalibun.”

"Maha Suci Allah yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya" (QS. Az Zukhruf: 13)

Maha suci Allah yang telah mengendalikan kendaraan ini. Ini doa kami. Dan Allah telah menjawabnya. Alhamdulillah. Tanpa pertolongannya entah apa yang terjadi. Tak mampu kami membayangkannya.

Aku juga beristighfar. Kejadian ini pasti teguran atas kesalahan-kesalahan kami selama ini. Tak ada kejadian yang patut disyukuri melebihi teguran kasih sayang Allah kepada kita. Tanpa teguran-teguran-Nya mungkin kita termasuk orang yang dibiarkan Allah dalam kesesatan yang bertambah-tambah sesat jalannya karena kemaksiatan yang kita lakukan. Betapa banyak Allah telah memberikan anugrah kenikmatan hidup kepada kita, tapi justru kita membalasnya dengan kemasiatan dan dosa.

Alhamdulillah. Astagfrullah.

Subhanaka Allahumma wa bihamdika Allahummaghfirlii….

Maha Suci Allah, dengan memujimu ya Allah ampunilah aku.

Mega Mendung, 15 Muharram 1431/1 Januari 2010.