Rabu, Desember 31, 2008

Ulurkan Tanganmu untuk Palestina

Lebih 370 jiwa korban meninggal, lebih 600 jiwa luka-luka.
Zionis Yahudipun tak puas ditunggangi nafsunya meluluh lantakkan Gaza. Serasa 60 tahun menjajah dan mengusai Palestina taklah cukup. Teror selalu disebarkan Zionis Yahudi ke seluruh penjuru Palestina. Demi membunuh rasa frustasinya menghadapi intifadhah anak-anak kecil dan jihad para penegak kejayaan Islam.

Saksikan kebiadaban Zionis Yahudi:



Salurkan bantuan Anda atau sambut seruan ini.

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Kepada seluruh kader dan simpatisan PKS serta seluruh masyarakat Indonesia yang dirahmati Allah SWT. Marilah kita satukan hati dan langkah untuk membantu meringankan beban penderitaan saudara kita di bumi Palestina.

Oleh karena itu, DPP PKS Mengundang seluruh masyarakat Indonesia untuk hadir pada Aksi Solidaritas Untuk Rakyat Palestina, yang Insya Allah akan digelar pada hari Jum’at, 2 Januari 2009, pukul 13.00 WIB, di Bundaran Hotel Indonesia (HI) Jakarta.

Sisihkanlah sebagian rizki yang kita miliki melalui aksi “One Man One Dollar To Save Palestine”.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Presiden PKS
Ir. Tifatul Sembiring

Senin, Desember 29, 2008

Puisi Anak Palestine

Cukuplah kita renungkah dan tanya diri sendiri kenapa kita diam saja selama ini?

Selamat Berjuang Mujahiddiin

Oleh Choirul Asyhar

27 Desember 2008, 2 hari menjelang tahun baru Islam 1 Muharram 1430 H, negara terroris zionis Israel mengirim lebih dari 200 ton bom ke Gaza. Targetnya adalah pejuang-pejuang Hamas. Tak peduli sipil, anak-anak dan wanita. Maka serangan dilakukan di siang hari saat anak-anak baru keluar dari sekolahnya. 150 lebih syahid dan 200-an terluka, sehingga rumah sakit kekurangan obat dan dokter karena korban sedemikian banyaknya.

Ini peringatan bagi Hamas ataukah untuk merayakan 6 dekade pendudukan Israel atas Palestine?

Ini Frustrasi! Inilah kata yang tepat bagi zionis Israel dalam menghadapi para mujahidin Palestina.

Bagaimana tidak sekelompok orang yang berani mati dari Hamas dan pejuang Palestina lain melawan sekelompok zionis yang takut mati! Kesederhanaan dan ketaqwaan ternyata tak mudah dikalahkan oleh senjata modern dan keserakahan Israel.

Maka jika ada video tentang anak-anak Palestina yang sedemikian bencinya terhadap Israel plus Amerika sekutu setianya, patutlah kita renungkan, kenapa ini bisa terjadi.

Ya, kita bakal tertunduk merenung, jika kita masih punya hati.
Bukan pejuang Palestina yang menjadikan mereka demikian militan sejak kecil. Tapi kebrutalan teroris Israel-lah yang membunuh Bapak dan Ibu mereka, dan siapa saja yang tak sudi dicocok hidungnya sebagaimana presidennya, Mahmoud Abbas. Itulah yang menjadikan mereka calon-calon pejuang militan. Maka jangan mimpi pejuang Palestina bakal habis. Mereka akan terus bermunculan.

Mati satu tumbuh seribu.......





Allahumma a'izzal Islaama wal muslimiin,
wa azillasy syirka wal musyrikiin..
Allahumman shur Islaama wal muslimiin,
wa ahlikil kafarata wal musyrikiin..
Allahummanshur ikhwaananal mujaahidiina fii Filistiin..
Allahummanshur ikhwaananal mujaahidiina fii kulli makan wa fii kulli zamaan..

Khaibar-khaibar yaa, Yahuud..
Jaisyu Muhammad, saufa Ya'ud!!

Sabtu, Desember 27, 2008

Haji, Kamu Mampu!

Oleh: Choirul Asyhar

Teman-teman yang sebulan lalu berangkat haji kini sudah bersiap siap pulang. Wow, pasti mereka senang sekali sebentar lagi bertemu keluarga dan kerabat di tanah air. Selain melepas rindu, mereka juga senang karena telah selesai melaksanakn rukun Islam ke lima ini. Wow, senang sekali menjadi orang yang berkemampuan menunaikan ibadah haji ini.

Ya, rukun Islam yang kelima adalah "melaksanakan ibadah haji jika mampu".

Dari Umar bin Khottob r.a, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
Islam adalah engkau bersaksi tiada tuhan melainkan Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat, menunaikan zakat, shaum Ramadhan, dan engkau berhaji ke Baitullah, jika engkau mampu.
(HR. Muslim)


Membaca hadist di atas ada dua cara orang membacanya:
Pertama, "karena saya belum mampu maka saya tidak wajib melaksanakan ibadah haji." Nanti kalau saya mampu maka saya dikenai kewajiban haji itu. Sekarang belum. Ada ‘rukhsyah’ untuk tidak melaksanakannya karena saya masih belum berkemampuan.
Jika membacanya demikian, maka akan muncul permakluman-permakluman diri yang lain. Seperti:
“Saya kan cuma buruh pabrik, mana mungkin bisa melaksanakan haji. Setiap bulan gaji pas-pasan untuk hidup, sekolah anak-anak dan lain-lain kebutuhan rumah tangga.”

Atau “Saya masih banyak hutang. Setiap bulan harus bayar angsuran rumah, motor, hape, panci, karpet, dan lain-lain.”

Atau pula “Kayaknya harus dapat rejeki nomplok nih, baru saya bisa naik haji.”
Atau “Pokoknya kalau dapat undian berhadiah mobil saya akan jual untuk ongkos naik haji.”

Ada juga, “wah, mana mungkin? Saya tidak punya sawah untuk dijual bakal ONH.”

Kalau terus didengarkan makin banyak lagi alasan-alasan yang justru melemahkan diri untuk justru menjadikannya orang yang tidak mampu berhaji. Padahal kalau ditanya mau nggak sih dia haji, pasti jawabannya “Mau dong, siapa yang nggak pengen?”

Pengen adalah cita-cita. Cita-cita adalah dream. Anak kecil jika ingin mainan bisa termimpi-mimpi untuk mendapatkannya. Sampai tidurnya mengigau menyebut-nyebut nama mainan itu. Ketika bangun tidur, merengek lagi kepada ayah ibunya agar dibelikan mainan itu.

Kalau kita pengen haji, mestinya juga demikian. Termimpi-mimpi saat tidur, lalu bekerja keras saat terbangun. Demi tercapainya cita-cita itu. Bukan sebaliknya melemahkan diri kedalam ketidakmampuan itu. Jika demikian, maka benarlah bahwa keinginannya untuk berhaji tak bakal terwujud karena dia selalu menenggelamkan dirinya dalam kelompok orang yang tak mampu. Sehingga tidak perlu pergi haji.

Itu adalah cara pertama. Bagaimana dengan cara kedua membaca hadis itu?
“Ini adalah rukun Islam, saya harus jadi orang mampu. Agar saya bisa berhaji!”
“Rukhsah bagi yang tak mampu itu, biar untuk orang lain saja. Saya harus mampu!”

Lalu targetkan kapan bisa naik haji. Kalau untuk rumah seharga 50 juta berani mencicil 10-15 tahun, kenapa tidak mencoba mencicil ONH? Ayo, ambil kalkulator. Masukkan angka 70 juta untuk ongkos haji suami-istri 10 tahun yang akan dating. Bagi dengan 10, maka itu berarti kita harus menabung 7 juta per tahun. Bagi lagi dengan 12. Itu berarti kita harus menyisihkan Rp. 584 ribu per bulan. Jika gaji kita 3 juta per bulan berarti dengan menyisihkan 20% setiap bulan, kita akan berkemampuan berhaji tahun 2018 nanti. Sambil berdoa semoga nilai rupiah tidak terus terdepresiasi terhadap dollar.

Kalau nilai ini dianggap terlalu besar, mari kita bikin urutan prioritas pengeluaran bulanan. Coret yang tidak perlu. Coret yang tidak akan membuat kita mati tanpanya. Coret yang justru membuat kita sakit jasmani dan rohani. Apa yang masuk criteria itu?
Banyak. Misalnya rokok yang merusak jasmani kita. Bioskop yang merusak kantong dan rohani kita. Jalan-jalan ke mall yang menyuburkan sifat konsumerisme dan hedonisme. Kurangi jajan, karena istri telah memasak di rumah. Kurangi jajan hanya karena hobbi. Misalnya makan bakso atau duren. Jadikan makan karena butuh, bukan karena nafsu. Kurangi memanjakan anak dengan jajanan tak bergizi dan menyuburkan penyakit. Yang menyebabkan biaya pengobatan membengkak dan tak dikover asuransi.

Kalau istiqomah dan terus berdoa kepada Allah niscaya Allah akan menguatkan niat kita menuju berkemampuan itu.

Labbaikallahumma labbaik
Labbaika laa syarika laka labbbaik
Innal hamda wanni’mata
Laka walmulk
Laa syariikalak.

Cikarang Baru, 28 Dhulhijjah 2008/26 Desember 2008

Rabu, Desember 24, 2008

Palestina Bersabar

Palestina Bersabar



Kali ini saya tidak menulis penderitaan bangsa Palestina. Meskipun teror senantiasa menyatroninya. Blokade Gaza oleh pemerintah penjajah Israel adalah sebagian kecil dari terorisme panjang yang mereka lakukan sejak pencaplokan Palestina lebih dari 40 tahun yang lalu. Video dan nasyid di atas insya Allah bisa menyentuh hati kita untuk berempati terhadap kesabaran mereka berjuang menebus kemerdekaannya. Ya, bersabar artinya terus berjuang. Bersabar artinya tak ada kata putus asa.

Nashrun minallah....
wa fathun qariib.....

Sabtu, November 29, 2008

Niat Haji

Setiap hari mendengar, membaca dan menonton jurnal haji di radio, koran dan TV, saya membayangkan betapa nikmatnya menjalani rukun Islam ke-5 ini. Kisah-kisah spiritual yang mencerahkan selalu menjadi oleh-oleh teman-teman saudara seiman yang pulang dari tanah suci. Ini semakin menyemangati kita untuk bersegera memenuhi panggilan-Nya.

Apalagi banyak anggapan, keislaman kita akan sempurna jika telah melaksanakan ibadah Haji. Karena itu cita-cita berhaji adalah cita-cita yang wajar ada dalam diri setiap muslim. Justru tidak wajar jika ada muslim yang tidak berkeinginan menunaikan ibadah Haji. Tapi karena besarnya biaya dan beratnya medan maka Rasulullah mengatakan bahwa Haji hanya wajib bagi yang mampu. Yang tidak mampu tidak diwajibkan bersusah payah menunaikan ibadah ini. Ibadah yang menuntut persiapan mal (harta), ruhi (keimanan) dan jasadi (badan).

Dari Umar bin Khottob r.a, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
Islam adalah engkau bersaksi tiada tuhan melainkan Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat, menunaikan zakat, shaum Ramadhan, dan engkau berhaji ke Baitullah, jika engkau mampu.
(HR. Muslim)

Dari segi biaya, tidak ada yang memungkiri tingginya biaya menunaikan ibadah Haji. Sekitar USD 2.500 – 3.000 harus disiapkan oleh setiap orang yang hendak berhaji. Jika berangkat suami-istri tinggal dikalikan dua saja. Belum termasuk biaya bagi keluarga yang ditinggalkan, biaya bimbingan haji, transportasi dalam mengurusi tetek bengek, kain ihrom, bekal pakaian, makanan dan sebagaianya.

Yang paling besar, dan sering dianggap sebagai factor ketidak mampuan adalah ongkos naik haji atau biaya perjalanan ibadah haji (BPIH) yang sekitar USD 2.500 – 3.000 atau sekitar 25 – 30 juta rupiah itu. Maka tak heran jika sering kita dengar dialog seperti ini:

“Enak ya, bisa naik haji?”
”Pingin naik Haji?”
“Tentu, dong”
“Kapan berangkat?”
“Ya, saya kan cuma buruh. Nanti kali, kalau dapat rejeki nomplok!”.

Ya, bagi kebanyakan kita yang menggantungkan hidup sebagai karyawan, dengan kerja lembur akan mendapatkan 3 – 4 juta per bulan. Maka pergi haji bagai burung pungguk merindukan bulan. Maka pergi haji ke tanah suci sering hanya jadi sekedar niat suci saja.

Demikian juga yang saya alami. Niat dan kemauan ada sejak 15 tahun yang lalu. Tapi rezeki nomplok tak kunjung datang. Bahkan dengan perhitungan saya, seakan tak mungkin bisa pergi haji. Untuk nafkah keluarga yang terdiri dari satu istri dan 4 anak, gaji jadi pas-pasan. Paling-paling tambahannya THR yang habis untuk biaya mudik. Bonus tahunan tak kunjung ada. Ketika pindah kerja ke tempat yang menurut saya lebih baik, ternyata bonus tahunan nilainya cuma sekali gaji. Warisan? Nggak ada. Maka yang ada hanya pasrah. Nunggu panggilan Nabi Ibrahim. Paling banter minta do’a kepada tetangga yang berangkat haji, agar nama saya segera dipanggil ke sana. [hj] - bersambung ke http://lintasankatahati.blogspot.com/2007/12/niat-saja-tak-cukup.html

Sabtu, November 15, 2008

Samsat Dulu dan Sekarang

Pagi ini, Jum’at, 14 November 2008, jam 7.45 saya sudah tiba di tempat parkir Samsat Kabupaten Bekasi. Saya hendak melaksanakan ritual tahunan di sini. Yaitu bayar pajak kendaraan bermotor.

Ketika memarkir motor, saya melihat pegawai Samsat sedang mengikuti briefing. Pemandangan yang unik adalah mereka mengenakan baju koko dan peci hitam. Ada sebagian yang berpeci putih.

Tahun lalu pemandangan ini tidak ada. Yang ada adalah pegawai yang berbaju olahraga karena Jum’at adalah hari krida. Selama mereka berolahraga, kami yang mau bayar pajak harus menunggu di luar ruangan. Pelayanan belum dibuka menunggu mereka selesai berolah raga. Meski jam sudah menunjukkan jam 8 lewat.

Kini, selama mereka briefing, kami sudah bisa mengisi formulir, karena formulir sudah disiapkan di meja di luar ruangan. Dan kami boleh mengambilnya sendiri. Saya yang tadinya bengong menunggu petugas yang melayani pembagian formulir, kaget ketika ada orang yang langsung ambil formulir sendiri. Maka sayapun melakukan hal yang sama. Dan benar juga, ini lebih efisien. Selesai mengisi formulir, ada orang menghampiri saya.

”Sudah selesai, Pak?” tanya orang berbaju koko berpeci hitam itu.

”Sudah, Pak” jawab saya. Segera dia berpindah ke sebelah kanan saya, merapikan formulir, KTP dan STNK yang sudah saya siapkan. Lalu dengan sigap dia menstaple dokumen saya tersebut.

”Silakan Bapak ke loket di dalam ruangan.” katanya ramah.

”O ya, makasih, Pak.”

Tahun lalu hal ini tak terjadi. Saya menstaple dokumen sendiri. Bahkan saya membawa stapler sendiri. Kalau pinjam atau minta tolong dokumen distaple petugas, itu bisa diartikan minta tolong sampai proses selesai. Yang berarti ada tambahan biaya. Saya cukup duduk manis, dokumen jalan sendiri. Calo yang orang dalam itulah yang menjalankannya.

Sejak tempat parkir, mengisi formulir, bahkan sampai menyerahkan dokumen ke loket perpanjangan STNK, tawaran untuk dibantu sering saya dengar.

”Mau dibantu, Bos?” demikian tanya tukang parkir.

”Mau dibantu, Pak?” tanya petugas formulir dengan ramah, namun segera senyumnya ditarik ketika saya jawab ”Terima kasih, saya akan urus sendiri, Pak.”

”Mau dibantu, Pak?” ini pintu terakhir penawaran jasa percaloan, yang saya dengar dari petugas loket yang juga anggota polri itu. Dan keramahan segera berubah cemberutan ketika saya menolak jasanya.

Ketika pertama kali membayar pajak di sini beberapa tahun lalu, bahkan saya berantem dengan petugas loket. Karena saya tidak menstaple semua dokumen saya. Saya serahkan formulir dan persyaratannya begitu saja.

”Distaples dong!” bentaknya. Tahu saya gak bawa stapler, dia menyodorkan stapler. Saya staple dokumen apa adanya.

”Nggak gitu staplesnya. Makanya, dibantu gak mau!” katanya galak.

”Memang saya harus tahu caranya nyusun dokumen?”tanya saya tersinggung.

”Sini!” katanya kasar, lalu memberi tanda terima dan menuruh saya duduk menunggu panggilan.

Itu dulu......

Alhamdulillah, kini saya cukup puas dan nyaman dengan senyum dan keramahan petugas. Bahkan petugas berkeliling menghampiri para pembayar pajak yang sedang mengisi formulir untuk dibantu dalam arti yang sebenarnya.

Setelah mengisi formulir, waktu masih belum jam 8. Ternyata di dalam sudah banyak pembayar pajak yang menunggu. Dan di depan loket sudah tertumpuk dokumen-dokumen. Karena belum jam 8 pelayanan memang belum dimulai.

Yang menarik lagi adalah adanya dua atau tiga petugas sedang menyusun air minum dalam kemasan gelas di samping setiap loket. Lalu ada setoples permen. Itu semua disediakan untuk para pembayar pajak yang sedang menunggu.

Hal baru lainnya yang membuat saya surprise adalah: Jam 8, dari pengeras suara ada salam pembukaan dan ucapan terima kasih atas kesadaran hadirin untuk membayar pajak kendaraan bermotornya. Lalu pengantri pertama dipanggil, kedua, ketiga dan seterusnya. Di depan loket ada petugas pria yang berselempang biru bertuliskan ”Pemandu Pelayanan”. Setiap orang yang dipanggil ke depan untuk menunjukkan BPKB asli diberi nomor tanda terima yang tercetak melalui mesin nomor urut.

Yang menarik lagi: tidak ada lagi petugas loket yang menawarkan jasa percaloannya. Malah di dekat lokat juga terpasang X-Banner bertuliskan ”Hari Gini Masih Percaya Calo....”

Terus terang, baru kali ini hati saya merasa nyaman di kantor pemerintah. Tak ada prasangka buruk seperti tahun-tahun sebelumnya. Juga tak ada obrolan dengan sesama pengantri yang isinya mengeluhkan palayanan Samsat. Bahkan dulu ada juga yang mengeluhkan pelayanan calo. Sudah lewat calo, masih lama pula nunggunya.

Masih ada lagi yang baru. Ruangan kini ber AC, jadi tidak gerah. Kalau dulu fisik panas hati juga panas. Kini hati adem, badanpun nyaman. Maka tidak banyak yang memanfaatkan air minum dan permen gratisan itu.

Juga ada LCD monitor di atas loket kasir yang bertuliskan nomor-nomor mobil yang dokumennya sudah selesai diperiksa, dan sebentar lagi dipanggil untuk pembayaran pajaknya. Kami bisa membaca dan bersiap-siap. Ada juga LCD monitor yang bertuliskan nomor-nomor mobil yang STNK-nya sudag jadi. Maka siap-siaplah namanya dipanggil.

Wal hasil, setengah jam semua proses selesai, dimana dulu saya harus menunggu sampai satu jam. Mungkin karena sekarang tak ada yang diistemawakan, sehingga first in, fisrst served. Tidak ada yang mendzolimi maka tidak ada yang didzolimi. Adil......

Semoga ini bisa ditiru kantor-kantor pelayanan lainnya. Tidak hangat-hangat tahi ayam. Bukan hanya karena Bupati dan Gubernurnya baru.

Petugas jangan takut tidak dapat uang tambahan. Apalagi kalau uang itu ternyata haram. Senyum dan pelayanan yang Anda berikan kepada rakyat akan menyejukkan kami. Hati kami yang sejuk dan puas akan mendorong kami ikhlas berdoa agar Allah memberi kerberkahan atas rizki halal yang Anda terima setiap bulan. Amiin.

Cikarang Baru, 14 November 2008

Rabu, November 12, 2008

Pahlawan atau Bukan Pahlawan

Memang selalu demikian. Setiap memandang suatu masalah kita sering diajarkan untuk melihatnya dari berbagai visi: sudut panjang. Termasuk dalam memandang seseorang itu pantas disebut pahlawan atau bukan.

Pangeran Diponegoro adalah Pahlawan Nasional Indonesia. Tapi pemerintah Hindia Belanda pada zaman itu menganggapnya pemberontak. Perang 1825 – 1830 adalah akibat dosa Pangeran Diponegoro, sehingga Pemerintah Hindia Belanda menargetkannya untuk ditangkap dan dipenjarakan dalam pengasingan.

Cut Nya’Dien dan pengikut-pengikutnya benar-benar membuat Belanda kesal. Pemberontakannya menyebabkan dia disebut sebagai ekstrimis yang berbuat makar untuk menggulingkan pemerintah yang sah pada saat itu. Sehingga harus ditumpas. Tapi sekali lagi pemerintah Indonesia menganggapnya sebagai Pahlawan Nasional. Karena dia adalah perempuan hebat yang mempunyai andil besar menuju kemerdekaan negeri ini dari cengkeraman penjajahan.

Bung Tomo, adalah sosok heroic yang menggelorakan semangat jihad arek-arek Suroboyo dalam mempertahankan Surabaya dari serbuan tentara Belanda plus Sekutu yang ingin kembali mencaplok Indonesia. Perang di Surabaya itu merenggut nyawa Jendral Mallaby, petinggi militer Belanda dalam agresi itu. Maka Pemerintah Belanda pasti menganggapnya sebagai begundal yang harus dibunuh karena menggagalkan bercokolnya kembali Belanda di Surabaya. Bahkan pemerintah Indonesia pun puluhan tahun ragu-ragu memberinya gelar Pahlawan Nasional, meskipun sudah puluhan tahun setiap tanggal 10 November kita memperingati peristiwa Surabaya itu sebagai hari Pahlawan. Baru pada tanggal 10 November 2008 Pemerintah SBY menetapkan Bung Tomo, Allahuyarham, sebagai Pahlawan Nasional.

Juga kepada Muhammad Natsir Perdana Menteri Pertama RI yang terkenal perjuangannya mengembalikan NKRI dari negara RIS. Kiprah politiknya di awal-awal kemerdekaan negeri ini diakui dunia. Perjuangan panjangnya itu baru tahun ini diakui oleh Pemerintah Indonesia dengan mengangkat beliau sebagai Pahlawan Nasional. Yaitu setelah pemerintah ini 5 kali mengalami pergantian. Mungkin ada 5 sudut pandang yang berbeda pada setiap rezim dalam memandang kepahlawanan Bung Tomo dan M. Natsir, sehingga pengangkatan mereka sebagai Pahlawan Nasional tertunda-tunda berpuluh tahun.

Terakhir adalah Amrozi, Muklas dan Imam Samudra. Pemerintah dan sebagian orang menganggap mereka sebagai penjahat dan teroris yang menakutkan dunia sehingga harus dihukum mati. Sementara sebagian masyarakat yang lain termasuk keluarga dan kerabat menganggapkanya sebagai pahlawan bahkan mujahid yang gugur sebagai syahid ketika regu tembak merenggut nyawa mereka di Nirbaya, Nusakambangan tanggal 9 November 2008 jam 00.15 yang lalu.

Bisa jadi setelah rezim silih berganti pada suatu masa nanti mereka bertiga lalu diakui sebagai Pahlawan Nasional bahkan sebagai Asy Syahiid yang berkontribusi bagi pembebasan negeri ini dari penjajahan gaya baru Amerika, Israel dan sekutu-sekutunya. Siapa tahu.

Wallahu’alam. Hanya Allah yang tahu.

Cikarang Baru, 11 November 2008

Senin, November 10, 2008

Selamat jalan Amrozi, Mukhlash dan Imam Samudra

Innalillahi wa inna ilaihi rajiun

Sesungguhnyalah kita ini milik Allah dan kita akan kembali kepada-Nya.

Ya, semua kita akan kembali kepada-Nya. Hanya saja apakah kita kembali kepada-Nya dengan wajah putih bersih atau wajah hitam legam karena terselimuti mendung dosa dan kemungkaran.

Wa man kaana yarjuu liqoo’a robbihi fal ya’mal amalan sholihan wa la yusyrik bi ’ibadatihi akhadaa.

Siapa yang mau berjumpa dengan Tuhannya maka hendaklah dia beramal sholeh dan tidak mempersekutukan Dia dengan apapun.

Hari Ahad dini hari, jam 00.15, tiga terpidana mati kasus Bom Bali I telah dieksekusi mati di depan 3 regu tembak yang masing-masing terdiri dari 12 penembak jitu.

Akhina Amrozi, Mukhlash dan Imam Samudra adalah saudara kita seiman. Mereka masih muslim sampai peluru eksekutor membunuh mereka. Bahkan dalam beberapa hal atau banyak hal mungkin mereka lebih muslim dari pada kita, yang mungkin tidak setuju dengan ketegasan mereka yang menimbulkan kekerasan itu.

Mereka masih saudara seiman. Maka mari kita berdoa untuk kebaikan mereka di akhirat kelak. Karena perbuatan mereka di Bali, toh, telah mendapatkan balasan yang setimpal yaitu jiwa bahkan raga mereka yang dirobek-robek oleh timah panas para petembak jitu itu.

Bukan hanya itu. Perbuatan mereka telah dibayar impas bahkan oleh keluarga dan kerabatnya. Mental keluarga dan kerabatnya telah diteror setelah sebelumnya berita seputar persiapan eksekusinya mendebarkan jantung mereka dan jutaan pemujanya. Juga musuh-musuhnya. Setelah sebelumnya berita seputar eksekusinya menjadi makanan empuk media massa. Yang tentu saja menaikkan rating acara mereka lalu menaikkan income rupiah dan dollar mereka.

Maka kita tutup lembaran hitam dan dendam. Doakan pemerintah lebih arif dan bijak dalam mengayomi semua warganya. Tiada lagi profokasi dan reaksi di negeri ini. Semua warga saling menenggang perasaan orang lain. Kita berdoa, agar Allah menjadikan negeri kita negeri yang diridhoi-Nya. Mandiri dari ketergantungan asing, teguh menegakkan izzah kita. Tak lupa pula doakan mereka diterima di sisi-Nya. Allahummaghfirlahum, warhamhum, wa’afihi wa’fu ’anhum. Allahumma akrim nuzulahum, wa wassi’ madkhalahum.

Kamis, Oktober 30, 2008

Kartu Kuning Disnaker

Dalam sepakbola kartu kuning dihindari pemain. Tapi lain dengan kartu kuning disnaker. Banyak orang yang memperebutkannya! Rame-rame setiap hari datang pencaker (=pencari kerja) ke disnaker untuk mendapatkannya.

Beberapa hari yang lalu saya mampir ke Disnaker Kabupaten Bekasi. Mengantar istri untuk mengurus kartu kuning ini. Katanya sebagai syarat pemberkasan untuk jadi PNS.

Jam 8 pagi saya sudah tiba di depan ruang pengurusan kartu kuning. Para pencari kartu kuning sudah berjubel menunggu pelayanan. Sampai jam 8.15 pelayanan belum dimulai juga, karena para petugas disnaker yang terhormat sedang sarapan gorengan, minum teh dan merokok.

Untuk menyalurkan kesebalan saya menunggu pelayanan dimulai saya ngobrol dengan seseorang. Ternyata dia sedang mengantar adiknya untuk mendapatkan kartu kuning pula. Sebagai persyaratan melamar pekerjaan di sebuah perusahaan swasta.

Saya yang 18 tahun jadi buruh pabrik dan belum pernah sekalipun memiliki kartu kuning jadi penasaran. Apa sih gerangan si kartu kuning ini? Kok, sedemikian hebatnya, sehingga kepemilikannya menjadi salah satu syarat untuk jadi pegawai. Baik swasta maupun negeri.

Capek ngobrol, saya berdiri menghampiri sebuah flow chart yang tertempel di dinding luar ruangan pelayanan. Rupanya denah alur proses mendapatkan kartu kuning.

Terbaca jelas, bahwa proses mendapatkan kartu kuning melalui interview. Pewawancara dari disnaker akan mewawancarai pencaker. Jika pencaker dinyatakan layak, maka dia berhak mendapatkan kartu kuning. Lalu pencaker yang mendapatkan kartu kuning bisa membawanya ke pengusaha yang membutuhkan tenaganya. Dan setelah diterima kerja, pengusaha harus melaporkan ke disnaker. Mungkin sebagai feed-back bahwa pencaker hasil interview disnaker itu telah diterima kerja.

Bagaimana jika hasil wawancara pencaker dinyatakan tidak layak? Maka pencaker harus menjalani pelatihan-pelatihan di BLK (Balai Latihan Kerja). Setelah dinilai siap, baru diberi kartu kuning.

Waw, bagus sekali ternyata ide pemberian kartu kuning ini. Pertama, pekerjaan HRD di perusahaan semakin ringan karena pencaker sudah disaring oleh disnaker melalui wawancara. Bahkan pelatihan sebelum bekerja, bagi yang sebelumnya tidak layak kerja. Jadi pencaker yang datang membawa kartu kuning pasti yang berkualifikasi bagus.

Kedua, Disnaker ternyata bekerja, to. Tidak Cuma mengurusi sengketa buruh-pengusaha. Disnaker berfungsi mewawancarai kelayakan pencaker. Dan disnaker menyediakan pelatihan sehingga pencaker menjadi berkualitas dan profesional. Untuk menjaga kredibilitasnya, pasti disnaker sering mencari informasi kualifikasi pencaker yang dikehendaki perusahaan-perusahaan yang akan mempekerjakanya. Lalu disampaikan kepada sekolah-sekolah pencetak pencaker. Sehingga lulusannya layak kerja.

”Lho, istriku mana?” Saya teringat nasib istri saya.
Rupanya pelayanan sudah dibuka, entah sejak jam berapa. Istri saya sedang mengisi formulir. Lalu antri menyerahkan kepada petugas. Beberapa menit kemudian dia menghampiri saya. Dia mengajak pulang dulu, karena kartu kuningnya jadi setelah shalat Jum’at.

”Tadi diwawancarai apa saja?” tanya saya.
”Tidak ada wawancara, cuma nyerahin formulir yang sudah diisi, dan syarat-syarat lain.”
”Bayar berapa?” tanya saya iseng, khawatir ini juga termasuk syarat-syarat lain itu.
”Gratis!” katanya. Bagai sedang kehausan diguyur air putih jernih segar dingin, jawaban ini sangat membanggakan saya. Diantara kekecewaan-kekecewaan atas kualitas pelayanan dan wawancara yang tak pernah ada itu. Apalagi pelatihan kerja.

Cikarang Baru, 30 Oktober 2008

Rabu, Oktober 22, 2008

Tiga Rahasia

Empat orang melompat turun ke dalam lubang dengan permukaan seluas dua kali satu meter persegi. Lalu siap merangkul seonggok jasad yang telah rapih terbungkus kain putih itu.

”Bismilaahi wa’ala millati rasulillah” gumam doa terdengar sambil membawa turun sang jasad itu. Lalu jasad dimiringkan ke arah kiblat. Tali-tali kain kafan dibuka. Lalu keempat orang itu segera menaiki liang lahat, setelah menutup jenazah dengan potongan-potongan bambu. Tak lama kemudian urugan tanah mengisi liang lahat. Secangkul, dua cangkul. Tiga cangkul, empat cangkul. Cangkulan kelima, keenam. Kesepuluh, kedua puluh… sampai beberapa menit kemudian terbentuk gundukan tanah sepanjang dua meter. Dihiasi dengan kayu nisan di salah satu ujungnya.

Tertulis….

Abdul Mudjib bin Adnan Ali
Lahir : Surabaya, 17 Agustus 1933
Wafat: Cilegon, 20 Oktober 2008

Tersingkap rahasia Ilahi, setelah segalanya terjadi.

Paling tidak ada tiga rahasia Allah yang tertulis di atas kayu nisan itu.

  1. Siapa orang tua kita.

Kita tak bisa memilih dari perut siapa kita akan dilahirkan. Siapa ayah dan ibu kita. Maka bersyukurlah kita yang lahir dari perempuan yang shalih. Dididik di bawah komando Ayah yang sholih pula.

  1. Dimana dan kapan kita dilahirkan.

Kita tak bisa memilih saat dan di mana kita dilahirkan. Apakah kita jadi orang Sunda, Jawa, Batak, Ambon atau Papua. Apakah kita jadi warga negara Indonesia, Taiwan, Amerika, Saudi Arabia atau Sudan.

  1. Dimana dan kapan kita mati.

Pak Abdul Mudjib yang adalah Ayah saya sendiri itu, tak pernah tahu bahwa tanggal 20 Oktober 2008 jam 11 siang adalah saat terakhir dia menghirup nafas dunia fana’ ini. Demikian juga kita yang sedang menunggu giliran ini. Senantiasa diintai oleh Malaikat Izroil. Tak tahu kapan giliran kita. Ayah juga tak pernah merencanakan dia akan dikebumikan di tanah tempat dia meninggal yaitu di Cilegon, Banten. Lahir dan hidup bermasyarakat lama di Surabaya, tak menjadi jaminan bahwa beliau akan wafat dan dikubur di tanah kampung halamannya pula.

Tiga rahasia ini, dua diantaranya telah terjadi pada diri kita. Saatnya kita menyongsong menerima rahasia yang ketiga. Dan ini pasti akan dialami oleh setiap yang bernyawa. Karena ini adalah sebuah kepastian, maka mempersiapkan bekalnya adalah keniscayaan.

Jangan ditunda-tunda. Kumpulkan dari sekarang bekal yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat kita.

Wa tazawwaduu, fa inna khoirozzaadit taqwa. Wattaquuni yaa ulil albaab.

Berbekallah, maka sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa. Bertaqwalah kepada-Ku, wahai orang-orang yang berakal (Al Baqarah: 197)

Cikarang Baru, 21 Oktober 2008

Rabu, Oktober 15, 2008

Menkes: Sebelum Kapitalisme di AS Jatuh, Saya Tak Ikut

Irwan Nugroho - detikNews

Jakarta - Menkes Siti Fadilah Supari bersyukur kebijakan kesehatannya tidak
mengikuti prinsip kapitalisme, yang sedang oleng di Amerika Serikat (AS).
Kendati tawaran kapital dan liberalisasi datang dari berbagai pihak, Menkes
teguh pada pendiriannya.

"Sebelum jatuhnya liberalisme kapitalisme di AS, 2 minggu yang lalu, saya
sudah dari tahun 2004, menunjukkan program kesehatan tidak boleh ikuti
liberalisme kapitalisme tersebut," tegas Menkes Siti Fadilah Supari.

Menkes menyampaikan hal itu dalam Workshop dan Training Pembangunan
Banjar-banjar siaga se- Bali, di Hotel Nikki, Jalan Gatot Subroto, Denpasar,
Bali, Senin (13/8/2008).

Menkes mengatakan, kebijakan yang tidak mengikuti liberalisme dan
kapitalisme itu seperti pengobatan masyarakat miskin yang digratiskan.
Banyak yang menghujat kala dia melontarkan program itu.

"Sampai dibego-begoin. Mosok ah, ini menteri tolol . Mana ada orang miskin
digratiskan. Saya terus berjuang sendiri tidak punya teman. Seperti anak
ayam di antara itik, tapi saya yakin itu betul," kisahnya.

Tawaran berbau kapitalisme lainnya, imbuh dia, tentang rumah sakit
pemerintah yang akan dijadikan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sampai
tawaran saham investor dari luar negeri agar menjual rumah sakit pemerintah.

"Ada cukong dari luar negeri yang ingin beli RSCM dan Fatmawati. Katanya
tenang, nanti Ibu saya kasih saham. Waktu itu gede banget. Untung saya tidak
tertarik dengan saham. Saya lebih suka tertarik Tuhan. Kalau saham dari
Tuhan itu tidak akan terjungkal," kata penulis buku 'Saatnya Dunia Berubah!
Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung'.

Perlawanan terhadap kapitalisme itu tak kalah sengitnya terhadap mafia
perdagangan obat di Indonesia, yang membuat harga obat di Indonesia
tertinggi di dunia.

"Saya dapat caci maki, di setiap reshuffle saya mendapat nomor satu yang
harus di-reshuffle, karena saya melawan mafia obat. Harga obat tinggi,
berapa untungnya? Dan mereka sangat khawatir kalau saya atur harga obat itu.
Maka saya digoyang terus," tandas dia.(nwk/did)

Source :
http://www.detiknews.com/read/2008/10/13/205544/1019507/10/menkes-sebelum-ka
pitalisme-di-

as-jatuh-saya-tak-ikut

Sabtu, Oktober 11, 2008

Fakta Astronomi Keputusan Saudi

1 Syawal 1429 sudah lewat.
Ada tercecer catatan tentangnya. Terutama tentang perbedaan 1 Syawal yang muncul, karena -salah satunya- akibat pengumuman pemerintah Saudi Arabia.
Saya tidak kompeten menulis tentang ini. Tapi catatan seorang teman ini sangat menarik sebagai bekal ilmu kita. Sayang kalau terbuang percuma. Silakan menyimak....

(Ini adalah sebagian cuplikan dari diskusi di milis keadilan4all@yahoogroups.com. Karena itu, mungkin ada sebagian yang tidak nyambung jika kita membaca tulisan ini saja).

...................................
Justru itulah, ummat lain sudah sampai ke bulan, tetapi kita masih gagal dalam menetapkan bulan.
Bulannya cuma satu, tetapi orang sering keliru dengan objek langit lain.
Bulannya sudah terbenam sehingga tidak mungkin dirukyat, ternyata malah diklaim bisa dilihat.
Pergerakan dan posisi bulan dapat diukur dengan luar biasa teliti pada hari ke 2, 3, 4 dan seterusnya, tetapi gagal pada hari ke 1.
Mengapa?

Inilah problem yang terjadi di banyak negara, termasuk Saudi. Sudah buaaannnyaaak sekali astronom, saintis, pemerhati hisab dan rukyat di berbagai belahan dunia yang mengkritik keputusan Saudi, tetapi Saudi tetap tidak berubah. Sudah berpuluh-puluh kali, keputusan munculnya hilal di saudi bertentangan dengan fakta astronomis. Pernah terjadi kasus, di saudi ada 6 lembaga ilmiah saintifik yang disebar untuk mengamati hilal di berbagai tempat di Saudi. Tidak ada satupun dari 6 lembaga tsb yang melihatnya. Tetapi ternyata, ada satu orang saja,
orang lain, yang mengaku melihat hilal, sehingga otoritas disana langsung saja menetapkan pergantian bulan. Ketika 6 lembaga tsb ingin tahu siapakah orang yang mengaku melihat bulan, ternyata setelah dicek orang tsb sudah berumur 80 tahun!

Pernah terjadi juga kesalahan fatal Saudi, adanya klaim hilal sehingga ditetapkan pergantian bulan, padahal konjungsi belum terjadi. Yang membuktikan fatalnya kesalahan tsb, adalah karena saat konjungsi itulah terjadi gerhana matahari. Bagaimana mungkin hilal (new crecent)
sudah bisa dilihat sebelum terjadinya gerhana matahari?

Bagaimana mungkin kita bisa menentukan bayangan benda oleh sinar matahari, padahal matahari belum terbit? Bagaimana mungkin bayi bisa ketahuan rambutnya panjang, pendek atau botak, padahal dia belum lahir?

Disini ada beberapa point yang perlu diperhatikan ketika ada kritikan kepada keputusan Saudi:
1. Mengkritik keputusan Saudi soal hilal tidak ada sedikitpun dimaksudkan untuk mengkritik/menggoyang faham Ahlus Sunnah wal jamaah.

2. Mengkritik keputusan Saudi adalah dari sudut pandang astronomis/saintifik, bukan sudut pandang diniyyah. Dari sudut pandang diniyah secara legal formal, tentu keputusan Saudi itu sah, karena sudah ada orang yang mengaku melihat hilal, dia mau disumpah/syahadat,
keputusannya di tangan otoritas pemerintah bukan pribadi/ormas, serta mengikat semua orang yang berada di dalam wilayahnya.

3. mengkritik keputusan Saudi bukan untuk membatalkan keputusan tsb.

Namun disini, mengkritik keputusan Saudi adalah murni dari sudut pandang astronomis, karena:
1. Orang yang mengkritik itu tahu ilmunya, dan memiliki dalil yang kuat bahwa "hilal" yang diklaim itu sebenarnya bukan bagian dari permukaan bulan.

2. Posisi bulan dan matahari dapat diukur/dihisab dengan ketelitian yang luar biasa tinggi, sebagai perwujudan dari firman Allah surat Ar-Rahman ayat 5.

3. Berharap agar otoritas Saudi mau mengubah sedikit saja metode pengambilan keputusannya dalam menetapkan hilal. Maksudnya, berani menolak kesaksian hilal palsu yang bertentangan dengan astronomis, bekerjasama dengan para astronom yang tahu ilmunya, mempersyaratkan
kualifikasi tertentu bagi para perukyat dan sebagainya.

Mengapa point tiga itu penting, bukankah di jaman Nabi tidak ada syarat macam-macam? Mudahnya, saya ambil analogi. Dulu di jaman awal penyebaran hadits, awalnya hadits tersebar dengan tidak menyebutkan sanad. Namun lama-kelamaan, banyak orang yang berniat jahat kepada Islam, dengan menyebarkan hadits palsu. Akibatnya, sistem sanad diberlakukan, sehingga untuk menentukan hadits shahih, syaratnya macam-macam: jujur, rawinya selalu bersambung, ingatannya kuat, tidak tercela dll. Sekarang juga sama. Banyak klaim hilal palsu.

Jadi untuk melindungi hilal yang sebenarnya dari klaim hilal palsu, perlu syarat-syarat tertentu: perlu data kapan dilakukan pengamatan, di koordinat berapa, berapa posisi bulan dan seterusnya. Lebih bagus lagi, jika ada bukti otentik dari foto dsb. Nanti bisa ketahuan, yang
dilihat itu hilal, atau awan tipis, atau planet Merkurius, atau pantulan cahaya matahari yang akan terbenam dll.

Sebenarnya, posisi matahari dan bulan saat ini dapat ditentukan secara luar biasa teliti. Untuk matahari, algoritma untuk menentukan longitude, latitude dan distance adalah VSOP 87 yang dirumuskan oleh Bregtanon, sedangkan untuk bulan adalah ELP 82/2000 by Chapront and
Chapront. Masing-masing algoritma mengandung puluhan ribu suku-suku periodik. Luar biasa teliti. Posisi matahari dan bulan hingga ribuan tahun ke depan dapat ditentukan dengan akurat hingga orde detik busur.

Alhamdulillah, saya punya daftar suku-suku periodik tsb.

Jadi kalau untuk menentukan waktu shalat, kapan gerhana matahari dan daerah manakah yang mengalaminya, kapan gerhana bulan, kapan planet venus dan merkurius mengalami transit hingga ribuan tahun ke depan, itu dapat dihitung dengan Excel. Apalagi kalau hanya menentukan kapan matahari dan bulan terbenam di Makkah, itu semua mudah saja dihitung.
Peluang terjadinya hilalpun juga bisa diperkirakan.

Artinya, saya pribadi juga malu kalau bulan yang sebenarnya mudah untuk diprediksi kemunculannya, ternyata orang/otoritas tertentu masih saja tidak peduli dengan fakta astronomis.

Bahwa soal rukyat yang menjadi metode penentuan awal bulan, mayoritas orang sepakat.
Bahwa soal penetapan bulan baru adalah domain pemerintah yang harus dipatuhi semua orang, saya juga tahu dan sepakat. Namun jika cara pemerintah (siapa saja, tidak cuma Indonesia atau
Saudi) menetapkan bulan baru dengan mengabaikan fakta astronomis, inilah perlunya tawashaw bil haqq wash shabr. Kecuali kalau sengaja mengabaikan fakta astonomis karena yang bikin rumus astronomis adalah orang kafir, yo wiss lah...

Rinto Anugraha
Fukuoka

Selasa, Oktober 07, 2008

Baju (Ber) pesta

Kocap kacarita: Nashruddin Hoja menghadiri sebuah jamuan makan. Ketika hendak masuk pintu gerbang, langkahnya tertahan oleh para penjaga pintu. Alasannya pakain Nashruddin tak layak untuk menghadiri jamuan makan ini.

Tanpa banyak bicara Nashrudin pulang. Ganti dengan baju gamis yang lebih pas. Sesuai syarat para penjaga tadi. Untung dia punya. Segera dia kembali ke rumah mewah yang sedang mengadakan jamua makan.

Sampai di pintu gerbang dia dipersilakan masuk. Karena pakaiannya tidak malu-malu'in tuan rumah.

Setibanya di meja jamuan. Setiap jenis makanan dijumputnya. Hampir semua makanan dicicipi. Tapi tidak dengan lidahnya. Tapi ke kantong-kantong bajunya.
Sampai semua kantong baju gamisnya penuh makanan.

Tamu di sekitarnya keheranan, ketika kuah makananpun dituangkannya ke dalam kantong bajunya. Lalu segelas minuman juga dituangkan ke dalamnya. Sambil ia terus bergumam:

"Nih, makan semuanya. Yang diundang makan kan bukan saya, tapi kamu!" katanya, seperti sedang berbicara dengan baju gamisnya.

(Pesta itu kini ada di Makassar? Masak, seehhh?)

Salam,
Choirul Asyhar
-Dengar kata hati, karena ia jujur
Asah ketajamannya, karena ia bisa tumpul
Jaga dengan dzikir, karena ia mudah tergelincir
http://lintasankatahati.blogspot.com/

----- Original Message -----
From: Gene Netto
To: sd-islam@yahoogroups.com
Sent: Sunday, October 05, 2008 4:54 PM
Subject: [keadilan4all] Orang Miskin Mau Ketemu Wapres? Beli Baju Dulu!

*Orang Miskin Mau Ketemu Wapres? Beli Baju
Dulu!<http://genenetto.blogspot.com/2008/10/orang-miskin-mau-ketemu-wapres-beli.html>
*

Assalamu'alaikum wr.wb.,

Seorang pejabat negara menolak ketemu dengan warga karena pakaiannya kurang
lengkap? Apakah itu wajar di negara berkembang seperti Indonesia? Menurut
berita ini, sebagian warga yang datang ke rumah Wapres Jusuf Kalla di
Makassar ditolak masuk oleh Paspampres dengan alasan pakaiannya tidak
lengkap.

Banyak orang miskin datang karena ada tawaran Rp 50.000 untuk setiap
pengunjung (untung tidak terjadi desak-desakan seperti di Pasuruan). Tetapi
karena sebagian dari mereka tidak berpakaian lengkap, ditolak izin masuknya
oleh Paspampres.

Dengan kata lain, orang miskin yang ingin bertemu dengan Wapres untuk
mendapatkan Rp 50.000 diharapkan menjadi orang kaya terlebih dahulu dan beli
pakaian yang "layak".

Sungguh disayangkan ada sikap seperti ini.

Kalau mau tetapkan aturan pakaian di Istana Negara atau di gedung DPR, saya
bisa maklum, karena barangkali presetasi negara yang dipikirkan. Tetapi
kalau di kediaman pribadi, dia luar kota, apa masalahnya? Kalau Wapres
berkunjung ke Papua, apakah warga sana yang memakai pakaian tradisional
diwajibkan memakai pakaian yang "layak" sebelum boleh bertemu dengan Wapres?

Seharusnya semua pejabat negara bisa maklumi situasi dan kondisi masyarakat
dan menerima keadaan mereka. Kalau orang miskin harus beli baju yang layak
sebelum boleh masuk sebuah rumah pribadi, maka kesan yang saya dapat adalah
pejabat tersebut tidak dekat dengan rakyat dan ingin ditinggikan derajatnya
di atas mereka. Sebagai seorang pejabat negara, yang mendapatkan gaji untuk
melayani bangsa, dia malah tidak berfungsi sebagai "pelayan untuk rakyat"
dan hanya ingin bertemu dengan orang yang bajunya cukup mewah.

Kalau niatnya Wapres adalah untuk bersilahtulrahmi dengan warga, kenapa
harus membagikan uang pada saat dan lokasi yang sama? Kalau niatnya membagi
sedekah kepada orang miskin, kenapa harus gunakan syarat-syarat pakaian
untuk masuk ke rumah Wapres?

Menurut saya, lebih baik kedua hal tersebut dipisahkan. Buat yang ingin
masuk rumah untuk bertemu dengan Wapres, ada waktunya, dan tidak ada syarat
soal baju apa yang dipakai. Buat yang ingin mencari sedekah yang ingin
dibagikan, masyarakat dari kalangan bawah bisa dipersilahkan kumpul di suatu
tempat yang diatur oleh aparat dan di situ bisa terima pembagian sedekah,
tanpa ada syarat-syarat pakaian juga.

Kenapa kedua hal tersebut harus dilakukan pada saat yang sama di lokasi yang
sama? Apakah silaturahmi yang diutamakan? Atau pembagian sedekah? Atau
sekedar cari muka dengan pamer sebagai dermawan di depan masyarakat?

Wassalamu'alaikum wr.wb.,

Gene

#####

"Kita sudah capek-capek datang ke sini tapi tidak dapat apa-apa," ujar Daeng
Sani sambil mengipasi tubuhnya yang kepanasan di depan rumah JK, Jl Haji
Bau, Makassar, Minggu (5/10/2008). Hal sama juga diungkapkan Rahma. Ibu muda
yang menggendong anaknya ini marah karena gagal mendapatkan angpao Rp 50
ribu dari JK.

"Saya sudah antre dari pagi tapi tidak bisa masuk. Pas mau masuk sudah
tutup. Bagaimana ini," ujarnya kesal. *Pantauan detikcom, mayoritas yang
gagal masuk ke rumah JK adalah kaum menengah ke bawah.* *Umumnya mereka
terkendala soal protokoler pakaian.* Meski sudah diumumkan tutup, warga
tetap saja bergerombol di depan rumah JK. Mereka berharap tetap mendapatkan
angpao yang sudah diterima oleh rekan-rekannya.

*Warga Makassar Kecewa Open House JK Ditutup Lebih
Cepat<http://www.detiknews.com/read/2008/10/05/132029/1015518/10/warga-makassar-kecewa-open-house-jk-ditutup-lebih-cepat>

Minggu, Oktober 05, 2008

Alhamdulillah-ku, Dulu Dan Kini

“Alhamdulillah…. Alhamdulillah….” Gumamku sore ini mengiringi kepergian pengunjung tokoku. Ini adalah alhamdulillah ku yang ke sekian kalinya dalam hari ini. Dan alhamdulillah-ku sore ini adalah yang paling tulus muncul dari lubuk hatiku paling dalam.

Sejak pagi hingga sore tokoku buka, baru sore ini ada pengunjung yang jadi beli. Makanya aku bersyukur sangat-sangat-sangat dalam. Alhamdulillah... alhamdulillah... alhamdulillah... demikian bibirku mengucap syukur berkali-kali untuk sepotong baju yang laku terjual.

Sejenak anganku melayang ke beberapa tahun yang lalu. Saat itu betapa mudahnya aku mendapatkan uang. Setiap bulan gaji terkirim ke rekeningku adalah sebuah kepastian. Setiap tanggal 25 aku cukup mengecek bahwa gaji sudah masuk ke rekeningku. Sering malah, teman-teman dan anak buah yang memberi tahu bahwa gaji sudah ditransfer. ”Wow, berarti sudah gajian.” gumamku dalam hati tanpa segera bangkit bergegas mengambilnya ke ATM yang tersedia di lingkungan kantor. Jarang pula diiringi dengan kalimat syukur Alhamdulillah.

Ada logika bawah sadar: capek bekerja setiap hari selama sebulan sudah pasti dibayar oleh perusahaan dengan mentransfer gajiku setiap tanggal 25. Terima gaji adalah kepastian. Karena transfer gaji adalah kewajiban perusahaan. Terima gaji adalah keharusan. Jika perusahaan terlambat transfer, tinggal komplain saja.

Kalimat Alhamdulillah hanya ada pada bacaan Al fatihah dan dzikir setelah shalat fardhu. Atau pada saat terima penghasilan tambahan di luar gaji. Dengan kadar kekhusyukan dan kesyukuran seadanya. Karena perolehannya sudah dapat diduga sebelumnya.

Kini, setiap ada pembeli masuk ke toko, kusambut dengan Alhamdulillah. Ketika jadi beli, kuiringi kepergiannya dengan Alhamdulillah. Lalu kucatat dalam buku penjualan dengan senandung lirih Alhamdulillah.... alhamdulillah .... alhamdulillah.

Benar, setiap aku menerima uang penjualan, Alhamdulillah selalu menghiasinya. Syukurku tak habis-habisnya. Betapa tidak, setiap hari aku buka toko. Tapi tidak berarti selalu ada penjualan dengan jumlah tertentu. Pendapatkanku tidak dapat dihitung dengan pasti sekian rupiah per jam seperti ketika aku jadi karyawan dulu. Ada kalanya sehari aku hanya mendapatkan beberapa puluh ribu. Di hari berikutnya mendapatkan di atas sejuta rupiah.

Maka lantunan Alhamdulillah bagai simphoni indah yang selalu mengiringiku mengais rizki Allah. Karena Allah serasa begitu dekat. Selalu mengabulkan doa-doaku dengan mendatangkan reziki-Nya melalui para pembeli yang datang ke tokoku.

Lalu aku mensyukurinya. Lalu Allah mendatangkan lagi rizki-Nya. Lalu aku lebih mensyukurinya. Lalu rizki itu datang lagi dan lagi tanpa aku bisa memperkirakan jumlahnya.

Aku menyaksikan benar kalimat-Nya:

La in syakartum, la aziidannakum.
Wa la in kafartum, inna adzaabi lasyadiid.

Shadaqallahul ’adhim. Wa ballagha rasuluhu al karim. Wa nahnu ’ala dzalika minasyahidin.

Senin, September 29, 2008

Aku Mencium Aroma Ketaqwaan itu…

(Renungan Detik-Detik Akhir Ramadhan)

Hari ini 29 Ramadhan 1429H.

Berarti sehari lagi Ramadhan menggenapkan kunjungan 30 harinya dalam kehidupan kita saat ini. Karena insya Allah 1 Syawal jatuh pada 1 Oktober 2008.

Apakah yang kita rasakan selama hampir sebulan menjalankan perintah shaum Ramadhan? Allah menjanjikan jika kita shaum ramadhan maka ”la’allakum tattaquun”. Kita akan menjadi orang yang bertaqwa. ”La’alla” adalah harapan yang pasti terjadi, kata sebuah kajian bahasa dan tafsir.

Sekali lagi, apakah kepastian itu terjadi pada kita? Diluar berbagai tingkatan derajat taqwa, apakah kita telah mencium aroma ketaqwaan itu pada diri kita. Saya merasakannya! Dan ini juga ada pada diri Anda. Jika pembaca menjalani shiamurromadhon dengan lurus.

Ini bukan ge-er atau merasa ’sok suci’. Karena saya melihat ciri-cirinya itu ada pada diri para shoimiin.

Mari kita buka mushaf Al Qur’an kita. Buka Surat Ali Imran ayat 133. Mari kita baca ayatnya............... Lalu kita baca artinya:

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabb-mu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,

Wow, Alhamdulillah. Subhanallah.

Dengan shaum kita jadi bertaqwa. Dengan taqwa kita mendapatkan ampunan Allah. Tak hanya ampunan. Tapi juga surga seluas langit dan bumi. ... Lupakan rumah tipe 21 di Cikarang. Lupakan rumah tipe 45 di Tangerang, tipe 70 di Bekasi, dan berapapun di manapun di muka bumi ini.

Tapi, benarkan kita telah bertaqwa. Sehingga layak mendapatkan ampunan Allah setelah shaum Ramadhan?

Saya mengamati sebagian besar umat Islam, bergembira menyambut panggilan Allah selama bulan Ramadhan ini. Mereka bersegera menjemput ampunan itu. Masjid penuh. Adzan selalu bersambut. Maghrib, Isya dan Subuh adalah saat-saat yang tiba-tiba menjadi indah di masjid-masjid kita di bulan ini.

Maghrib, mereka tunda makanan enak.

Karena air putih dan beberapa butir kurma sudah cukup melepaskan lapar dahaga. Apalagi ada es buah. Lalu bersegera shalat berjamaah di masjid.

Isya’, lupakan acara TV yang makin kacau dan liberal. Selama bulan Ramadhan ini pasti banyak yang tertinggal alur cerita sinetron. Dan tak merasa rugi! Karena panggilan Allah lebih menarik. Bersegaralah mereka mengisi shaf-shafnya. Sehingga masjid terasa sempit.

Tak hanya shalat Isya’, tarawih dengan bacaan tartil dan tuma’ninah terasa kian indahnya. Membawa mereka mi’raj ke langit Allah. Ceramah tarawihpun menyirami dan menghidupkan kembali pojok-pojok hati yang mulai kering dan layu.

Setelah itu malam-malamnyapun diisi dengan tilawah al Quran. Di masjid maupun di rumah. Demi mengejar target menghatamkan Al Quran. Al Quran menjadi bacaan utama di bulan ini.

Subuh,.... oh subuh yang selama ini sepi masjidku.

Terasa seperti sore hari yang benderang. Bergegas mereka memenuhi seruan sempurna sang muadzin. Wajahnyapun cerah berseri, tak ada gelayut kantuk. Selama ini dua shaf sudah sangat menggembirakan. Kali ini seluruh shaf masjid terisi penuh! Subhanallah.

Mereka bersegera memenuhi panggilan Allah. Melaksanakan perintah-perintah-Nya. Demi mendapatkan ampunannya. Karena bulan ini adalah bulan maghfirah. Ini adalah sebagian tanda-tanda ketaqwaan itu.

Ada lagi! Saya melihatnya!
Here we go. Baca ayat selanjutnya...... Jangan lupa pula baca pula artinya, kalau kita belum paham bahasa Arab.

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Di bulan ini, kas masjidku melonjak tinggi. Setiap hari 600-700 ribu rupiah mengalir ke dalam kotak amal yang beredar. Rekor tertinggi adalah 935 ribu. Pada tanggal banyak karyawan menerima THR. Subhanallah. Dalam lapang dan sempit mereka berinfak. Bahkan sampai ketika sebagian jamaah mulai pulang kampung, infak yang masuk masih di atas 500 ribu.

Selain itu?
Di bulan ini kehidupan menjadi indah.
Karena tak ada lagi amarah yang meledak-ledak. Menahan amarah begitu mudahnya. Islah juga menjadi mudah. Saling paham memudahkan mereka saling memaafkan. Saking indahnya sehingga Allah memuji mereka dengan firmannya Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Ada lagi? Ya. Ciri-ciri ketaqwaan itu ada lagi pada para shoimin. Seperti digambarkan Allah pada ayat selanjutnya. Yaitu ayat 135:

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.

Oh, subhanallah. Coba saksikan diri kita. Adakah kita yang terbebas dari kesalahan dan mendholimi diri sendiri? Lalu di bulan ini, tiba-tiba kita bersimpuh di masjid-masjid Allah. Banyak mengingat-Nya dan memohon ampunannya.

Asyhadu an laa ilaaha illa Allah
Astaghfirullaah
As’alukal jannata
wa a’uudzubika minannaar.

Terdengar dzikir ini dari masjid tetangga. Lalu di masjid yang lain sayup-sayup terdengar pula:

Allahumma innaka ‘afuwwun
Tuhibbul ‘afwaa fa’fu ‘anna….

Rasanya tidak ada shoimin yang tidak mohon ampun pada bulan ini. Sealim apapun ia. Karena saat ini Allah justru terasa sangat dekat. Karena saat ini level kualitas ruhiyah kita berada pada derajat optimal. Berada pada frekuensi yang sama dengan ’frukuensi’ ilahiyah.

Ampunan dimohonkan. Pasti karena kesadaran akan kesalahan yang telah dilakukan. Salah meniti jalan yang menyimpang. Salah berfikir dan menafsir ayat-ayat Allah. Salah menempatkan arogansi pribadi di atas firman-Nya. Salah mengkotak-kotakkan area kekuasaan. Di mana ada kotak kekuasaan manusia. Dan di kotak lain ada kekuasaan Allah.

Tiba-tiba kini terasa dengan kesadaran fitrahnya: Bahwa semua kotak itu ada dalam genggaman kekuasaan Allah Azza Wa Jalla.

Maka di samping mohon ampun atas segala dosa, para shoimin berjanji di dalam lubuk hati terdalam: mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu di bulan-bulan selanjutnya.

Benar kan saya tidak ge-er? Aroma ketaqwaan itu telah ada pada diri kita. Para shoimin.

Semoga, dengan terus menjaga ma’iyatullah, kebersamaan dengan Allah, kita mampu mempertahankan ketaqwaan itu di bulan-bulan selanjutnya. Hingga Ramadhan tahun depan. ..... Atau ..... hingga ajal menjelang.

[Dalam hatiku sayup terngiang firman Allah

يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS. Ali Imran : 102)]

Amiin.............

Cikarang Baru, 29 Ramadhan 1429 H/ 29 September 2008

Choirul Asyhar, Islamic Motivation
http://lintasankatahati.blogspot.com

Sabtu, September 27, 2008

Malam Seribu Bulan

Ada sebuah malam yang sangat besar nilainya di dalam bulan Ramadhan. Yaitu Lailatul Qadar. Kita sering menyebutnya Malam Seribu Bulan. Padahal sebenarnya lebih dari itu. Al Quran surat Al Qadr ayat 3 menyebutnya ”lebih baik dari pada seribu bulan”.

Maknanya, beramal pada malam itu berupa shalat, dzikir dan membaca Al Quran, lebih utama daripada amalan selama seribu bulan (Sayyid Sabiq).

Oke, katakan saja seribu bulan. Mari kita hitung dengan kalkulator. 1000/12 = 83,33 tahun. Berapa umur rata-rata manusia modern? Anggap saja 70 tahun. Dari umur itu jika saja 3 jam perhari kita manfaatkan untuk shalat, dzikir dan membaca Al Quran. Berarti tanpa lailatul qadar, kita hanya shalat, dzikir dan membaca Al Quran selama 7,25 tahun dari 70 tahun umur kita. Hanya 10% dari umur kita!

Bandingkan jika kita mendapatkan kesempatan shalat, berdzikir dan membaca Al Quran pada malam lailatul qadr. Berarti kita mendapatkan leverage tabungan amalan kita sebelas setengah kali lipatnya. Atau 1150%. Jelas melampaui umur manusia. Tidak hanya itu. Bahkan, itu berarti semua waktu yang selama ini kita sia-siakan tak berdampak positif bagi akhirat kita, telah tertutup penuh dengan pahala kebaikan di sisi Allah.

Subahanallah, betapa besar kasih sayang Allah kepada kita. Kebodohan dan kelemahan kita yang justru lebih banyak menumpuk dosa daripada pahala, justru hendak dihapus oleh Allah dengan satu malam istimewa ini.

Allah membuka pintu rahmat-Nya lebar-lebar. Memberi kesempatan bagi kita untuk memberatkan timbangan amalan kebaikan kita dengan satu malam ini. Dan adanya di bulan Ramadhan saja. Dengan berita ini seharusnya kita mengejarnya untuk mendapatkan kesempatan itu.

Tapi ternyata tak sedikit kita mengabaikannya. Karena malam itu ada pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Justru di saat kita sibuk menyiapkan pulang kampung. Justru di saat kita sibuk menyiapkan belanja untuk lebaran. Maka tak heran pada sepuluh malam terakhir justru masjid sepi. Ditinggalkan oleh jamaahnya. Sebagian karena sibuk menyiapkan lebaran di kampung. Sebagian lagi, karena sudah bosan dengan suasana Ramadhan.

Apa yang dilakukan Rasulullah pada sepuluh malam terakhir?

Aisyah r.a menceritakan bahawa Nabi SAW bila telah masuk sepuluh terakhir bulan Ramadhan, diramaikannya malam-malam itu, dan dibangunkannya keluarganya. Dan diikatnya erat-erat kain sarungnya. (H.R. Bukhari dan Muslim).

Jadi, beliau justru amat giat beribadah pada sepuluh hari terakhir, bahkan melebihi kegiatannya pada hari-hari sebelumnya. Tampaknya ini adalah sebuah sunnah beliau yang kini banyak kita tinggalkan...

Padahal di dalam sepuluh hari terakhir itu ada malam seribu bulan yang kata Rasulullah ”Barang siapa beribadah pada malam qadr karena iman dan mengharap ridha Allah, diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhori dan Muslim).

Ayo, intai kehadirannya!

Minggu, September 21, 2008

BOCAH MISTERIUS!

Bocah itu menjadi pembicaraan dikampung Ketapang. Sudah tiga hari ini ia
mondar-mandir keliling kampung. Ia menggoda anak-anak sebayanya, menggoda
anak-anak remaja diatasnya, dan bahkan orang-orang tua. Hal ini bagi orang
kampung sungguh menyebalkan.

Yah, bagaimana tidak menyebalkan, anak
itu menggoda dengan berjalan kesana kemari sambil tangan kanannya memegang
roti isi daging yang tampak coklat menyala. Sementara tangan kirinya memegang
es kelapa, lengkap dengan tetesan air dan butiran-butiran es yang melekat
diplastik es tersebut.

Pemandangan tersebut menjadi hal biasa
bila orang-orang kampung melihatnya bukan pada bulan puasa! Tapi ini justru
terjadi ditengah hari pada bulan puasa! Bulan ketika banyak orang sedang
menahan lapar dan haus. Es kelapa dan roti isi daging tentu saja menggoda
orang yang melihatnya.

Pemandangan itu semakin bertambah tidak
biasa, karena kebetulan selama tiga hari semenjak bocah itu ada, matahari
dikampung itu lebih terik dari biasanya.
Luqman mendapat laporan dari orang-orang
kampong mengenai bocah itu. Mereka tidak berani melarang bocah kecil itu
menyodor-nyodorkan dan memperagakan bagaimana dengan nikmatnya ia mencicipi
es kelapa dan roti isi daging tersebut.

Pernah ada yang melarangnya, tapi orang
itu kemudian dibuat mundur ketakutan sekaligus keheranan. Setiap dilarang,
bocah itu akan mendengus dan matanya akan memberikan kilatan yang menyeramkan.
Membuat mundur semua orang yang akan melarangnya.

************ ********* **

Luqman memutuskan akan menunggu kehadiran bocah itu. Kata orang kampung,
belakangan ini, setiap bakda zuhur, anak itu akan muncul secara misterius.
Bocah itu akan muncul dengan pakaian lusuh yang sama dengan hari-hari kemarin
dan akan muncul pula dengan es kelapa dan roti isi daging yang sama juga!

Tidak lama Luqman menunggu, bocah itu
datang lagi. Benar, ia menari-nari dengan menyeruput es kelapa itu. Tingkah
bocah itu jelas membuat orang lain menelan ludah, tanda ingin meminum es
itu juga. Luqman pun lalu menegurnya.. Cuma,ya itu tadi, bukannya takut,
bocah itu malah mendelik hebat dan melotot, seakan-akan matanya akan keluar.

"Bismillah.. ." ucap Luqman
dengan kembali mencengkeram lengan bocah itu. Ia kuatkan mentalnya. Ia
berpikir,kalau memang bocah itu bocah jadi-jadian, ia akan korek keterangan
apa maksud semua ini. Kalau memang bocah itu "bocah beneran"
pun, ia juga akan cari keterangan, siapa dan dari mana sesungguhnya bocah
itu. Mendengar ucapan bismillah itu, bocah tadi mendadak menuruti tarikan
tangan Luqman. Luqman pun menyentak tanggannya, menyeret dengan halus bocah
itu, dan membawanya ke rumah.

Gerakan Luqman diikuti dengan tatapan
penuh tanda tanya dari orang-orang yang melihatnya. "Ada apa Tuan
melarang saya meminum es kelapa dan menyantap roti isi daging ini? Bukankah
ini kepunyaan saya?" tanya bocah itu sesampainya di rumah Luqman,
seakan-akan tahu bahwa Luqman akan bertanya tentang kelakuannya. Matanya
masih lekat menatap tajam pada Luqman.

"Maaf ya, itu karena kamu melakukannya
dibulan puasa," jawab Luqman dengan halus,"apalagi kamu tahu,
bukankah seharusnya kamu juga berpuasa? Kamu bukannya ikut menahan lapar
dan haus, tapi malah menggoda orang dengan tingkahmu
itu.."

Sebenarnya Luqman masih akan mengeluarkan
uneg-unegnya, mengomeli anak itu. Tapi mendadak bocah itu berdiri sebelum
Luqman selesai. Ia menatap Luqman lebih tajam lagi. "Itu kan yang
kalian lakukan juga kepada kami semua! Bukankah kalian yang lebih sering
melakukan hal ini ketimbang saya..?! Kalian selalu mempertontonkan kemewahan
ketika kami hidup dibawah garis kemiskinan pada sebelas bulan diluar bulan
puasa?

Bukankah kalian yang lebih sering melupakan
kami yang kelaparan, dengan menimbun harta sebanyak-banyaknya dan melupakan
kami? Bukankah kalian juga yang selalu tertawa dan melupakan kami yang
sedang menangis? Bukankah kalian yang selalu berobat mahal bila sedikit
saja sakit menyerang, sementara kalian mendiamkan kami yang mengeluh kesakitan
hingga kematian menjemput ajal..?! Bukankah juga di bulan puasa ini hanya
pergeseran waktu saja bagi kalian untuk menahan lapar dan haus? Ketika
bedug maghrib bertalu, ketika azan maghrib terdengar, kalian kembali pada
kerakusan kalian...!?"

Bocah itu terus saja berbicara tanpa
memberi kesempatan pada Luqman untuk menyela. Tiba-tiba suara bocah itu
berubah. Kalau tadinya ia berkata begitu tegas dan terdengar "sangat"
menusuk, kini ia bersuara lirih, mengiba. "Ketahuilah Tuan.., kami
ini berpuasa tanpa ujung, kami senantiasa berpuasa meski bukan waktunya
bulan puasa, lantaran memang tak ada makanan yang bisa kami makan. Sementara
Tuan hanya berpuasa sepanjang siang saja.

Dan ketahuilah juga, justru Tuan dan
orang-orang di sekeliling Tuan lah yang menyakiti perasaan kami dengan
berpakaian yang luar biasa mewahnya, lalu kalian sebut itu menyambut Ramadhan
dan 'Idul Fithri? Bukankah kalian juga yang selalu berlebihan dalam mempersiapkan
makanan yang luar biasa bervariasi banyaknya, segala rupa ada, lantas kalian
menyebutnya dengan istilah menyambut Ramadhan dan 'Idul Fithri?

Tuan.., sebelas bulan kalian semua
tertawa di saat kami menangis, bahkan pada bulan Ramadhan pun hanya ada
kepedulian yang seadanya pula. Tuan.., kalianlah yang melupakan kami, kalianlah
yang menggoda kami, dua belas bulan tanpa terkecuali termasuk di bulan
ramadhan ini. Apa yang telah saya lakukan adalah yang kalian lakukan juga
terhadap orang-orang kecil seperti kami...!

Tuan.., sadarkah Tuan akan ketidak
abadian harta? Lalu kenapakah kalian masih saja mendekap harta secara berlebih?
Tuan.., sadarkah apa yang terjadi bila Tuan dan orang-orang sekeliling
Tuan tertawa sepanjang masa dan melupakan kami yang semestinya diingat?

Bahkan, berlebihannya Tuan dan orang-orang
di sekeliling Tuan bukan hanya pada penggunaan harta, tapi juga pada dosa
dan maksiat.. Tahukah Tuan akan adanya azab Tuhan yang akan menimpa? Tuan..,
jangan merasa aman lantaran kaki masih menginjak bumi. Tuan..., jangan
merasa perut kan tetap kenyang lantaran masih tersimpan pangan 'tuk setahun,
jangan pernah merasa matahari tidak akan pernah menyatu dengan bumi kelak...."

************ ********* *

Wuahh..., entahlah apa yang ada di
kepala dan hati Luqman. Kalimat demi kalimat meluncur deras dari mulut
bocah kecil itu tanpa bisa dihentikan. Dan hebatnya, semua yang disampaikan
bocah tersebut adalah benar adanya! Hal ini menambah keyakinan Luqman,
bahwa bocah ini bukanlah bocah sembarangan. Setelah berkata pedas dan tajam
seperti itu, bocah itu pergi begitu saja meninggalkan Luqman yang dibuatnya
terbengong-bengong.

Di kejauhan, Luqman melihat bocah itu
menghilang bak ditelan bumi. Begitu sadar, Luqman berlari mengejar ke luar
rumah hingga ke tepian jalan raya kampung Ketapang. Ia edarkan pandangan
ke seluruh sudut yang bisa dilihatnya, tapi ia tidak menemukan bocah itu.
Ditengah deru nafasnya yang memburu, ia tanya semua orang di ujung jalan,
tapi semuanya menggeleng bingung. Bahkan, orang-orang yang menunggu penasaran
didepan rumahnya pun mengaku tidak melihat bocah itu keluar dari rumah
Luqman!

Bocah itu benar-benar misterius! Dan
sekarang ia malah menghilang! Luqman tidak mau main-main. Segera ia putar
langkah, balik ke rumah. Ia ambil sajadah, sujud dan bersyukur. Meski peristiwa
tadi irrasional, tidak masuk akal, tapi ia mau meyakini bagian yang masuk
akal saja. Bahwa memang betul adanya apa yang dikatakan bocah misterius
tadi.

Selasa, September 16, 2008

Puasa Pertama

Jam baru menunjukkan pukul 9 pagi. Tak seperti biasanya, Adnan sudah ada ditempat tidur. Biasanya jam segini Adnan asyik bermain boneka tokoh-tokoh kartun jepang. Kecuali kalau sekolah tidak libur.

Tapi, jam segini sekarang Adnan sudah dikelonin oleh Ibunya. Ditemani kakaknya, Athaya. Terdengar ibunya bercerita. Persis seperti cerita sebelum tidur malam. Sejenak Adnan terhanyut dalam alur cerita. Ya, sejenak saja. Lalu terdengar teriakan dari mulut mungilnya,

”Tapi, aku mau susu....., aku mau susu.....”
”Iya, .... tiba-tiba laut terbelah. Karena Nabi Musa memukulkan tongkatnya.” jawab Ibu.
”Emang bisa, Bu. Masak laut terbelah.” tanya Adnan.
”Iya,... karena atas pertolongan Allah.” jelas Ibu.
”Kayak buah semangka. Bisa dibelah.... ” Ada nada penasaran di suara Adnan.
”Iya... Bu?” lanjutnya.
”Ya, iyalah.... masak ya iya dong...” ledek kakaknya.
”Emang tongkat bisa tajam kayak pisau...?” tanya Adnan lagi.

Ibunya pun menangkap imajinasi Adnan. Laut terbelah, dibayangkan buah semangka terbelah. Tongkat dibayangkan tajam seperti pisau. Ibu tersenyum.
”Nggak gitu, Dik...” Athaya mau menjelaskan.
”Laut terbelah itu, air lautnya minggir ke kiri dan kanan.” jelas Athaya.
Adnan matanya menerawang ke langit-langit kamar. Dingin AC makin menggigit tulang. Adnan menarik selimut-nya.
”Emang tongkat Nabi Musa kayak pisau....” dia masih penasaran.
”Nggak gitu, Dik. Nabi Musa disuruh Allah memukulkan tongkatnya di pantai. Dia juga gak tahu kalau air laut tiba-tiba membelah.” jawab Athaya. Athaya memang sudah kelas tiga SD. Jadi sudah tahu cerita tongkat Nabi Musa ini. Sedangkan Adnan masih TK A. Baru dua bulan ini masuk sekolah.

Ibu tersenyum saja. Diam-diam mensyukuri kepiawaian Athaya membantunya menjelaskan ceritanya menjadi lebih gamblang.
”Lalu, setelah laut terbuka, Nabi Musa ngapain?” tanya Adnan.
”Nabi Musa dan rakyatnya melewatinya.
Turun ke laut berjalan menyeberanginya. Jadi tidak usah berenang. Cukup jalan kaki saja.” kata Ibu.
”Jauh nggak, Bu....” tanya Adnan lagi.
”Ya, jauh.....”
”Terus tentara Firaun mengejar nggak?”
”Iya, Dik...”
”Nabi Musa sama teman-temannya lari dong....” tanya Adnan.
”Lha, iyalah....”
”Ketangkep nggak?”
”Nggak, ....”
”Haus nggak, lari-lari terus....”
”Ya, iya lah...” jawab Athaya.
”Aku juga haus........ Ibu, aku mau susu.... aku mau minum susu....!”
Wah.... gawat, kok ceritanya jadi kesini. Ibu membelokkan pembicaraan.

”Dik, tahu nggak, tentara Firaun ditenggelamkan oleh Allah. Mereka tenggelam, karena air lautnya menutup lagi.”
”Nabi Musa dan teman-temannya sudah sampai seberang, Dik.” tambah Athaya.
”.... Tapi aku mau minum dulu.....” jawab Adnan.

Ibu terus menghibur Adnan. Terus bercerita, sampai Adnan lupa sama susunya. Lalu tertidur pulas dibawah selimut hangatnya. Demikian juga dengan Athaya.

Ibu bangun dari tempat tidur. Keluar kamar lalu membaca Al Quran.

Hari ini adalah hari pertama bulan Ramadhan. Bagi Athaya Ramadhan ini adalah puasa Ramadhan nya yang ke empat kali. Tapi bagi Adnan ini adalah puasa pertamanya. Ibu bertekat bulat, akan mengajari Adnan puasa sampai maghrib hari ini. Seperti ketiga kakaknya sebelumnya, mereka semua juga mulai puasa Ramadhan ketika masuk TK A.

Pada hari pertama sampai keempat atau kelima, anak-anak pasti rewel. Yang paling berat adalah menahan haus. Kali ini, bagi Adnan yang paling berat adalah pisah dari susu sebelum tidur. Karena ia memang doyan susu.

Adzan berkumandang dari Masjid dekat rumah. Tanda waktu dhuhur tiba. Athaya terbangun. Athaya mulai kehausan. Dia langsung mencuci muka.
”Sekalian wudhu, Athaya!” perintah Ibu.
”Iya, Bu....”

Ibu pun mengambil air wudhu. Lalu mereka berdua shalat dhuhur berjamaah. Selepas shalat, Ibu menengok Adnan yang masih tidur pulas. (rencananya ada sambungannya...)

Rahasia IV: Dosa-Dosa Diampuni Allah

Yang tak kalah pentingnya: Mintakan ampunan atas dosa-dosamu dengan sungguh-sungguh. Seperti ketika kita memohon restu ayah ibu untuk menikahi gadis idaman kita. Dengan sungguh-sungguh jabarkan proposal dan janji kepada Ayah dan Ibu, pasti mereka akan luluh memberikan restunya. Demikian juga dengan ampunan-Nya. Mohonkan dengan sungguh-sungguh. Menyesali atas segala kekhilafan. Dan berjanji tak akan mengulangi lagi. Sebaliknya akan kita ganti dengan kebaikan-demi kebaikan. Baik di Ramadhan ini maupun bulan-bulan selanjutnya. Maka, Allah akan mendengar dan mengampunkannya.

Siapa yang tak senang dosa-dosanya diampuni? Pasti semua orang mengharapkannya. Bahkan orang yang tak pernah memohon ampunpun. Sebenarnya mereka jauh dilubuk hatinya ingin diampuni dosa-dosanya. Akan tetapi adakalanya nafsunya membuat mulutnya tertutup. Setiap godaan duniawi datang, keinginan atas ampunanpun hilang. Maka dilakukannya lagi perbuatan dosa itu. Jika ini terus dilakukan, maka jangan-jangan tak sempat lagi memohon ampunan di bulan Ramadhan ini. Jika demikian sungguh merugilah orang yang demikian. Tidak hanya rugi. Karena tidak memanfaatkan kesempatan ini. Tapi malah celaka. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:

”Sungguh celaka orang yang tidak mendapatkan ampunan Allah di bulan yang agung ini.”

Rasulullah mengajarkan kepada kita agar dalam bulan Ramadhan kita bertaubat dari segala dosa-dosa kita. Kata Rasulullah, ”angkatlah tanganmu untuk berdoa dalam shalat-shalatmu. Karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza Wa Jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih sayang. Bayangkanlah kemurahan Allah. Dia membuka lebar-lebar pintu ampunan-Nya dengan kalimat beliau, ”Dia menjawab ketika mereka menyeru-Nya. Dia menyambut mereka yang memanggil-Nya. Dan Dia mengabulkan mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.” Ya, hanya kepada-Nya saja. Tidak kepada yang lain. Atau tidak menduakan Allah dengan yang lain.

Saudaraku, Rasulullah SAW banyak mengingatkan kita, maukah kita mendengarnya? Jika kita mengaku beriman kepada Rasulullah, sebagai salah satu dari 6 pilar keimanankan kita, lalu pantaskah kita mengabaikan himbauannya? Dalam kaitan dengan dosa-dosa kita sekali lagi beliau bersabda:

Punggung-punggungmu berat karena beban (dosa)mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu!”

Perpanjang sujudmu dengan doa-doa taubat. Bermohon ampunan atas segala dosa-dosa kita. Kini saatnya. Maka tidaklah mungkin kita berpuasa Ramadhan dalam keadaan meninggalkan shalat. Banyak diantara umat Islam mampu melaksakan penuh sebulan berpuasa Ramadhan. Tetapi tetap tidak melaksanakan shalat fardhu lima waktu setiap hari. Salah paham, bahwa Allah akan mengampuni dosa-dosanya jika telah melaksanakan puasa sebulan di bulan Ramadhan. Tetapi tidak melaksanakan syarat-syarat lainnya. Terutama shalat lima waktu.

Perpanjang sujudmu. Mohonkan ampunan-Nya. Lalu kalau kita tidak shalat, jangankan sujud panjang. Sujudpun tidak pernah. Tidakkah kita tersentuh dengan berita Rasulullah, ketika dia mengatakan kepada kita:

”Ketahuilah, Allah taala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya. Bahwa Dia tidak akan mengadzab orang-orang yang shalat dan sujud. Dan tidak akan Dia mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan Robbul alamin.”

Kalau kita tidak melaksanakan shalat meskipun berpuasa, tentu kita tidak termasuk dalam janji Allah ini.

Kamis, September 11, 2008

Rahasia III: Doa Diijabah Allah

Bukan hanya itu bahkan ”doa-doamu diijabah.” tambah beliau SAW. Maka pada bulan ini Rasulullah mengajarkan kepada kita agar kita bermohon kepada Allah dengan niat tulus dan hati yang suci. Bermohon akan bimbingannya untuk melaksanakan shaum dan membaca kitab-Nya.

Bayangkan jika Allah tidak mengabulkan doa-doa kita. Lalu kepada siapa lagi kita berdoa. Tiada Tuhan lainpun yang mampu mengabulkan doa-doa kita. Jangankan mengabulkan doa-doa, memenuhi seluruh hajatnya sendiri saja tuhan-tuhan itu tak mampu.

Maka sewajarnyalah kita memohon hanya kepada-Nya. Dan Allah telah berjanji akan mengabulkannya. Terutama dibulan suci ini. Panjatkan semua doamu. Buat daftar doa dan harapanmu. Panjatkan setiap hari selama bulan Ramadan. Sampaikan setiap selesai salat malam. Lantunkan setiap selesai shalat fardhu. Dzikirkan kalimah thayibah dari jam ke jam.

Berdoalah agar diberi kemudahan dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadan ini.

Berdoalah agar Ramadhan tahun ini lebih baik daripada Ramadhan tahun-tahun sebelumnya.

Berdoalah agar diberi kekuatan melawan hawa nafsu. Sehingga Ramadhan tahun ini lebih berkualitas.

Berdoalah agar diberi kesabaran. Sabar dalam beribadah. Sabar dalam menahan diri dari kemaksiatan. Sabar dalam mengahadapi musibah.

Berdoalah agar dibukakan pintu rizki yang halal.

Berdoalah agar diberikan rizki yang berkah dan luas.

Berdoalah agar diberikan kekayaan yang halal dan dijauhkan dari yang haram.

Berdoalah agar dianugerahi keluarga sakinah. Keluarga yang menentramkan hati. Karena di dalamnya dihiasi penuh dengan kasih sayang. Kasih sayang antara suami dengan istri. Kasih sayang antara orang tua dengan anak. Kasih sayang antara kakak dengan adik.

Berdoalah agar dikaruniai anak-anak yang menyenangkan mata kita memandangnya. Qurrota a’yun. Prestasinya menggembirakan. Akhlak dan tingkah lakunya membanggakan. Sopan santunnya menjadi nasihat. Kesalehannya menjadi aset masa depan.

Berdoalah agar Ayah Ibu kita diampuni dosa-dosanya. Diguyur kasih sayang Allah. Karena mereka tanpa pamrih telah mencurahkan kasih sayangnya kepada kita tiada henti. Sejak kita bayi tak tahu apa-apa, sampai kita dewasa tak tahu berterima kasihpun.

Berdoalah agar Ayah Ibu kita selalu dibimbing-Nya. Di usia lanjut mereka, Allah selalu menjaganya dari perbuatan maksiyat. Tiada hari kecuali menambah pahala dan pahala. Bekal bagi akhirat mereka.

Berdoalah bangsa dan negeri kita segera sadar dan bangkit dari kesalahan dan berbagai keterpurukannya.

Berdoalah agar negara Indonesia segera mendapat pemimpin yang soleh menjalankan perannya dengan SAFT (Siddiq, Amanah, Fathonah dan Tabligh).

Berdoalah kita akan dipimpin oleh presiden yang adil, jujur, bersih, sederhana di tengah rakyatnya yang masih sangat sederhana dan rindu dengan keadilan dan kejujuran ini.

Berdoalah agar kita dianugerahi Allah pemimpin yang tidak takut kepada siapapun kecuali kepada-Nya. Tidak takut dengan celaan para pencela, karena yakin dengan kebenaran Islam.

Berdoalah.... berdoalah...... berdoalah.

Amin... Aminn....

Tentu masih banyak doa lagi yang bisa kita susun dari sekarang. Manfaatkan. Panjatkan dalam Ramadhan yang sebentar lagi akan datang ini.