Rabu, Desember 16, 2009

Black List

Cicak vs Buaya sudah hilang gaungnya, sejak penuntutan terhadap Bibit-Chandra dihentikan. Siapa yang menang? Ya, ini berarti sementara dimenangkan oleh Cicak dari KPK. Karena kedua ketua non-aktif KPK dibebaskan dari tuntutan, maka mereka berhak kembali ke KPK menjalankan tugasnya sebagaimana sebelum mereka di non-aktifkan dulu.

Meskipun kasus ini telah ‘berakhir’, catatan hitam tentang keterlibatan aparat kejaksaan bermain mata dengan markus Anggodo sudah terungkap di depan sidang MK. Ini menambah deretan para jaksa yang main mata dengan cukong markus. Dulu dengan Artalita kini dengan Anggodo.

Lalu ada penggelapan barang bukti ekstasi juga oleh aparat. Lalu ada polisi bintang tujuh (maksudnya bintangnya berderet-deret) juga main mata dengan beruang.

Semua itu mengingatkan saya kepada nasihat Ibu beberapa puluh tahun yang lalu.
Ibu mengatakan bahwa Kakek dulu pernah ‘berfatwa’ agar anak cucunya kelak tidak ada yang menjadi polisi, jaksa dan hakim. Dan satu lagi: jangan jadi petugas pajak. Di mata beliau (alm) keempat profesi itu kotor. Rawan akan penyelewengan jabatan alias cenderung korup.

Kalau saya ingat-ingat, nasihat itu disampaikan saat saya masih SMP. Itu berarti tahun 1977 atau 1978. Memang saat itu saya melihat keempat profesi itu rentan terhadap perilaku korup. Dan karena pemerintah belum setransparan sekarang, keadaan itu hanya sampai level RAHASIA UMUM saja. Tak pernah diusut dan diperkarakan.

Dan almarhum Kakek saya yang sederhana itu telah mampu membacanya. Sehingga keluarlah fatwa larangan itu. Keempat profesi itu seperti telah masuk dalam daftar hitam beliau.

Kini, 30 tahun kemudian………
Wacana clean governance terus didengung-dengungkan. Tapi koran dan TV belum saja bersih dari berita mental korup para pejabat keempat profesi itu. Bukan hanya masih ada. Tapi bahkan dengan ‘kualitas’ yang lebih berbobot. Rekayasanya makin canggih. Dan nilai transaksinyapun fantastis. Nilainya tak terbayangkan oleh kita 30 tahun yang lalu.

Maka, ini berarti fatwa Kakek, bakal saya teruskan menjadi fatwa saya untuk anak-anak saya.

Bukan hanya itu. Bahkan kini makin banyak profesi yang bisa dijadikan alat untuk korupsi. Manajer pengadaan barang dan jasa. Manager personalia yang menjual informasi lowongan kerja dan meloloskan siapapun yang bayar. Bahkan gurupun bisa menyalahgunakan uang BOSS ataupun uang buku. Pegawai TU sekolah bisa menilep uang SPP dsb.

Apakah ini semua bakal aku masukkan ke dalam daftar hitam warisan kakek saya dulu?

Entahlah…..

Cikarang Baru, 19 Dzulhijjah/6 December 2009

Senin, Desember 14, 2009

Tahukah Anda: Kenapa BMSI Harus Dilarang?

Kabarnya BMSI (Bulan Sabit Merah Indonesia) bakal dilarang di Indonesia.
Jika saja RUU LPM diresmikan menjadi UU. Saya penasaran, akhir-akhir ini
Pemerintah sudah mulai cenderung represif dengan berlindung dibalik
konstitusi. Setelah sebelumnya Depag mau melarang Lembaga Amil Zakat
non pemerintah, kini giliran BSMI yang mau digusur.

Apakah ada ketakutan kalah pamor karena kinerja lembaga milik pemerintah
kalah gesit dibanding lembaga-lembaga partikelir itu?
Itulah jika semua dipolitisir.

Berikut ini ada tulisan yang saya kutip dari facebook
GERAKAN 1 JUTA FACEBOOKERS MENDUKUNG BSMI MELAWAN MONOPOLI RUU PMI

TAHUKAH ANDA....

Tahukah anda bahwa lambang Palang yang kita kenal sekarang adalah salah satu bentuk Salib versi Yunani yg merupakan bentuk Penghukuman kepada Budak-budak di Yunani....

Tahukah anda bahwa lambang Palang merupakan simbol pasukan Knight of Templar dalam perang Salib (crusade) yang berlangsung dua abad yg merupakan bendera unit pasukan paling kejam yang tercatat dalam sejarah kelam dunia...


Tahukah anda bahwa lambang Palang merupakan simbol salib yg sudah memasyarakat di Negara-negara eropa pada Abad 19 yg mayoritas Kristen yg kemudian mereka bersepakat lambang Pelindung untuk kemanusiaan adalah Palang Merah (ICRC)...

Tahukah anda bahwa lambang Palang adalah warisan Penjajah Belanda selama ratusan tahun seperti warisan lainnya yaitu KUHP yg menghukum pencuri kelas teri lebih besar ukurannya daripada para Koruptor...

Tahukah Anda bahwa Lambang Palang kembali difungsikan pd tahun 1945 untuk membebaskan Tentara Penjajah Belanda dari Penjajah Jepang yg kemudian kembali Belanda melakukan Agresi Militer thd Republik Indonesia...

Tahukah anda bahwa lambang Palang yg ditetapkan pada UU No 59/1958, Perperti No 1/1962, Keppres RI No 25/1959 dan Keppres RI no 246/1963 terjadi pada saat Demokrasi Terpimpin dimana kekuasaan pada saat itu terjadi 'Kediktatoran'...

Tahukah anda bahwa Lambang Palang Merah tidak pernah masuk wilayah-wilayah konflik seperti Ambon, Maluku, Tual, Galela pada saat Kerusuhan...

Tahukah anda bahwa PMI tidak pernah langsung mendatangi daerah-daerah konflik Internasional seperti Irak, Pakistan dan Libanon...

Tahukah anda bahwa lambang Palang yg kata Konvensi Jenewa sbg 'penghormatan' kpd Swiss namun Negara tersebut melarang Pembangunan Menara Masjid...

Tahukah Anda bahwa Lambang Palang yg akan diresmikan dlm RUU Lambang Palang Merah akan mengharamkan lambang Bulan Sabit Merah di Indonesia...

Tahukah anda bahwa hakikat organisasi Palang Merah Indonesia sebenarnya adalah juga Organisasi Non Pemerintah / LSM karena tidak disubsidi oleh APBN...

Tahukah Anda bahwa TNI Tidak mempermasalahkan kehadiran Bulan Sabit Merah Indonesia dan PMI, namun tiba-tiba diatas kepentingan TNI/Militer tiba-tiba Pendompleng RUU LPM menghendaki melarang organisasi-organisasi kemanusiaan yg berlambang Bulan Sabit Merah...

Tahukah Anda bahwa kepentingan asing baik ICRC/IFRC diduga berada dibalik hadirnya RUU Lambang Palang Merah...

Apakah kita memilih argumen sejarah bahwa Indonesia sudah ada lambang Palang Merah lantas melarang Lambang Bulan Sabit Merah..

Senin, November 09, 2009

TAKUT KETAHUAN: (SAATNYA KORUPTOR BERTOBAT)

“Takut ketahuan.” Inilah gambaran saya mencermati perkembangan berita Cicak vs Buaya (baru kali ini saya menulis nama hewan dimulai dengan hurup capital).

Bagaimana tidak panic. Tiba-tiba keculasannya memanfaatkan jabatan dan kekayaannya untuk menyuap dan disuap ketahuan oleh penegak hokum. Keistimewaan dan tingginya status social di masyarakat sebentar lagi akan runtuh. Dunia seperti mau kiamat. Langit runtuh. Wajah cerah berubah menjadi hitam pucat. Kehormatan di mata masyarakat sebentar lagi berubah menjadi kehinaan.

Maka pengacara dibayar bagaimana agar mereka bisa membela kesalahannya. Bukan kebenarannya. Pengacara dengan modal kepintarannya menguasai perundang-undangan plus kepiawaian bersilat lidah bisa saja menjadikan yang salah menjadi benar. Koruptor yang culas dibelanya menjadi orang bersih yang banyak jasanya.

Selain membayar pengacara, koruptor dengan kekayaannya yang melimpah ruah juga mencoba cara lain. Membayar makelar kasus yang tugasnya menjadi kurir uang suapnya kepada para penegak hokum. Maka korupsi menjadi lahan bisnis baru. Bukan oleh koruptor tapi justru kini koruptor menjadi obyek bagi sang markus (makelar kasus) itu.

Karena koruptor panic diancam hukuman penjara yang menyakitkan dan memalukan. Sementara kalau menyuap langsung takut malah ditangkap oleh KPK. Maka muncullah markus yang berbusa-busa mengaku mengenal para pejabat tinggi dan berjanji akan menyampaikan uang suap itu kepada mereka. Agar para koruptor lepas dari jerat hukum.

Kini saatnya koruptor dikadalin sama markus.

Markus sebuah pekerjaan yang enak banget. Sebuah profesi “baru” yang tak perlu menunjukkan bukti atas pekerjaannya. Saya pikir pekerjaan jadi markus ini adalah pekerjaan mudah. Tak perlu sekolah untuk jadi markus. Yang diperlukan hanya keberanian. Hasil kerjanya tanpa perlu bukti dan saksi. Tanpa tanda terima. Semua berdasarkan kepercayaan.

Mereka lebih licik dan lebih culas memanfaatkan kepanikan koruptor yang juga culas. Maka koruptor yang selama ini mencuri uang rakyat dengan menyalahgunakan amanah jabatan yang diberikan kepadanya, kini dengan kepanikannya terpaksa harus memberikan kepercayaan kepada seorang yang sebelumnya tak pernah dikenalnya.

Buaya telah dikadali oleh markus.

Mungkin sebelum jaman KPK, markus ini bisa memberikan hasil berupa pembebasan koruptor dari jerat hokum. Kini dengan adanya KPK? Ternyata mereka tetap dan makin berkeliaran. Malah dengan nilai uang suap yang sangat tinggi dan sulit dipercaya. KPK adalah institusi baru yang bisa dijual dengan harga sangat mahal oleh markus.

Syukurlah KPK tak terbukti menerima suap itu.

Saya pingin melaknat para markus itu. Meskipun bukan berarti saya bersimpati kepada para koruptor korban markus itu.

Justru dengan kasus ini diharapkan saatnya koruptor bertobat di penjara masing-masing. Terima saja hukuman itu. Jangan percaya lagi kepada markus. Karena uangnya akan hilang dan mereka tetap saja masuk bui. Terima saja hukuman itu. Penjara adalah tempat yang baik untuk berkontemplasi. Dua-tiga tahun di penjara akan membuat koruptor kembali kepada keimanan sejati. Tak lagi percaya kepada kedigdayaan jabatan dan kekayaannya. Tak lagi percaya kepada calo kasus pak markus. Tapi hanya percaya kepada Allah. Percaya akan keberadaan Allah. Percaya akan kebersamaan Allah. Itulah makna beriman kepada Allah. Allah itu ada dan selalu bersama kita. Yang selalu mencatat perbuatan kita. Baik maupun buruk.

Cikarang Baru, 22 Dzulqa’dah 1430H/9 November 2009

Kamis, Oktober 22, 2009

Ikut Sidang gak Gampang, Apalagi Memimpin

Tanggal 20 Oktober 2009 adalah salah satu hari bersejarah bagi bangsa Indonesia. Pada hari itu dilaksanakan pelantikan Presiden dan Wapres terpilih SBY-Budiono. Sebagian besar di antara kita menunggu-nunggu masa ini. Apalagi karena MPR yang akan melantiknya mempunyai ketua baru. Seorang politikus yang pada periode sebelumnya dikenal sebagai orang yang suka bolos sidang DPR atau MPR. Kini tiba-tiba dengan keajaiban lobby politik duduk sebagai ketua lembaga yang dulu pernah menjadi lembaga tertinggi negara.

Dan keajaiban itupun terjadi. Saat semua mata memangdang ke kotak ajaib yang bernama TV. Disaksikan oleh seluruh anggota dewan yang terhormat, para pejabat negara, mantan presiden, pemimpin-pemimpin negara sahabat, dan ratusan wartawan.

Setelah itu saya membuka situs-situs berita di internet. Hampir semuanya menanggapi negatif dan menyesalkan cara memimpin sang ketua baru. Meskipun dengan kadar kehalusan yang berbeda-beda.

Salah satu komentar seorang pengamat politik saya tempelkan di status fesbuk saya, sbb:

Arbi Sanit, pengamat politik UI: "Itu bukti dia tidak punya pengalaman sama sekali dalam memimpin sidang. Tapi jangankan memimpin sidang, mengikuti sidang saja dia kan bisa dikatakan hampir tidak pernah. Oleh karenanya sangat wajar jika dia mempermalukan dirinya sendiri seperti itu," (Catatan tentang pelantikan presiden-wapres)

Bagaimana pendapat teman-teman anggota jamaah fesbukiyah?
Berikut ini sebagian kecil diantaranya. Silakan mengikuti, semoga mencerahkan.

Yudho Priyanto and Deddy Armunanto like this.

Muhamad Idham
..masih TK..wajar lah om...heheh

Darmawan 'awang' Hadi
kapasitasnya ? yah gitu deh...

Choirul Asyhar
5 tahun jadi anggota MPR jarang ikut sidang, gajinya dipotong gak ya?

Rusdian Rus
hi hi hik.... yah begitulah, payah

Heru Sukmono Hadi
TK kualitasnya dah jls cm tgkt TK,ga' bkln jd SD,SMP,dst. Saat melantik Pres n wapres,TK grogi krn sm sj melantik bosnya sndri, yg 'merestui' jlnnya ke Ket MPR. Jgn2 dia dah ngompol di podium..?

Akhmad Fuad
Susahkan baru TK tapi sudah pikun....

Choirul Asyhar
Tahun 99 ketuanya Prof. Dr. Tahun 2004 ketuanya Dr. Tahun ini ...............

Zulfikri Rodjali
urat malunya sudah putus........ ditonton jutaan orang ....baca teks aja salah apalagi tampa teks......gak kebayang.....pemimpin kaya gitu mau dibawah kemana nih negara.........

Pratomo Dono Suparto
Justru dari situ terlihat, TK adalah seorang yg lugu (jangan diartikan sbg lucu tur wagu). Mending punya pimpinan agak bodho, dari pada punya pimpinan yg suka minteri rakyat, dan kalo perlu malah rakyat yg minteri TK. Lho?

Ir Murdjoko
TK oh TK, semoga 5 th ke depan bisa memberi kontribusi buat rakyat.

Yudho Priyanto
No coment, judulnya "TK Komedian MPR Sepanjang Masa", itu bakal dicatat sejarah bangsa Indonesia, MPR dianggap sebagai media permainan, apa kata dunia! SUNGGUH MEMALUKAN

Ir Murdjoko
Meskipun begitu TK dipilih menjadi Ketua MPR menggantikan Hidayat Nur Wahid karena dianggap lebih bisa menjaga Pancasila. Semua ada plus minusnya, tergantung media melihatnya dari mana.

Yudho Priyanto
@cak Mur, semua memang ada sisi plus minus tergantung dari sudut pandang masing2, tapi yg ini keterlaluan, dalam acara yg amat penting di lembaga (ter)tinggi negara (beliau) melakukan kesalahan etika yg fatal, maaf bukan hanya kesalahan ucap tapi coba ingat2 bagaimana mimiknya setelah TK sadar telah mengucapkan kekeliruan, se olah2 itu hal biasa, itulah cermin sosok ketua MPR yg saya lihat (maaf)

Ir Murdjoko
Itu memang salah sih... Tapi itu manusiawi dan saya yakin dia pasti introspeksi. Tapi TK lebih baik dari Hidayat Nurwahid itu fakta, buktinya dia terpilih sbg Ketua MPR. Anggota MPR kan juga tidak terlalu naif dalam memilih.

Yudho Priyanto
semoga TK mau n bisa introspeksi diri, semoga juga beliau terpilih karena memang benar2 dipilih bukan karena rekayasa, analisa saya (hex5) beliau emang di "kotak" kan dg di "duduk"kan sebagai ketua MPR. Jadi memang TK harus bisa membuktikan diri bahwa "dia" adalah ketua MPR yg berkualitas dan independent, sehingga cap dia sbg tukang bolos sidang bisa sirna dan keraguan sebagian WNRI akan kemampuan dia menjadi sirna

Ir Murdjoko
Kalau dia jelek, ya tak akan berhasil terpilih. Itu logika dasarnya. Orang dipilih pasti ada lebihnya.

Pratomo Dono Suparto
Betul, memang TK punya kelebihan berat badan, kebanyakan tidur sih.......

Yudho Priyanto
@ cak Mur (maaf) galibnya memang begitu, tapi fakta tlh (banyak) membuktikan bahwa suara bisa dibeli laiknya pemilihan idol via sms, kali tepatnya "TK ketua MPR Idol", hex5 itu fakta yg tak bisa dipungkiri n ditutupi, tabik
@ kang Tomo, jangan sirik gitu dong, itu kan penyakit menurun (bukan mendatar) n menular sekaligus kekuatan TK "bisa tidursaat sidang" kita lihat saja nanti apakah rekor dia bisa tumbang ? termasuk rekor bolos sidang? hax5 dia skrg dihukum gak boleh bolos, telat n tidur lagi saat sidang, itulah cara SBY menghukum TK (baru tahu dia kalau masuk kotak), udah ah capek kasih komennya

Choirul Asyhar
Dalam demokrasi: yang terpilih tidak selalu yang terbaik. Suara seorang lulusan TK sama dengan suara seorang Doktor. Suara seorang preman nilainya sama dengan suara seorang fakih. Yang runyam lagi suara "orang kecil" (kecil intelektual, finansial, maupun moral) bisa dibeli.


Ditunggu komentar anda yang mencerahkan, agar Indonesia ke depan menjadi lebih baik lagi.

Selasa, Oktober 20, 2009

Citra

Ketika tahu ada produser film yang akan mendatangkan artis porno dari Jepang, saya menulis di status facebook saya :

"Masih ada saja yang otaknya ngeres dengan uang haram. Sudah banyak bencana gini, tak pandai mengambil hikmahnya. Malah mengundang artis porno (saya berat menulis namanya) ke negeri ini. Sebaiknya dibatalkan! Apakah kita tidak cukup ngeri dengan bencana di Sumbar?"

Ada beberapa komentar yang masuk. Diantaranya ada yang menggelitik: bahwa dia datang ke Indonesia bukan untuk membuat film porno, jadi gak perlu dipersoalkan. Begitulah intinya.

Apakah sesederhana itu?
Manusia itu makhluk hidup yang tak lepas dari apa yang dikerjakannya.
Bukan hanya sekedar makhluk hidup, tapi bahkan dia makhluk hidup berakal. Diberi kebebasan memilih mau jadi apa. Lalu dia adalah apa yang dia pilih itu.

Kalau si fulan jadi artis, lalu terkenal, kemana-mana perhatian orang tertuju padanya . Ini karena keartisannya. Bukan karena kemanusiannya.

Kalau saya, sebagai guru kemana-mana, gak bakalan ada yang memperhatikan saya kecuali beberapa gelintir murid saya yang masih ingat saya. Bukan karena kemanusiaan saya tapi karena saya pernah jadi guru mereka. Karena profesi saya.

Saya dan Anda semua pasti cuek saja kalau tiba-tiba SBY nongol di pasar kaget, kalau saja dia bukan seorang presiden. Sebaliknya Anda akan memusatkan perhatian ke saya ketika saya tiba-tiba nongol di sebuah keramaian, jika saja saya sudah jadi presiden. (ngarep….! Amiiinnn….)

Jadi manusia tak bisa dilepaskan dari nilai yang dia bawa.

Jadi kalau ada yang berfikir: artis porno boleh saja diundang masuk ke Indonesia, karena dia toh di sini nanti tidak membuat film porno. Ini adalah logika yang tidak masuk di kepala saya. Karena manusia selalu membawa predikat-predikat dominan tertentu yang dia miliki.

Jika logika bahwa manusia itu bebas-nilai diterapkan dengan fair maka mari kita renungkan hal ini: Bagaimana jika takmir masjid Istiqlal mengundang Usama Bin Ladin untuk mengisi khotbah Jum’at?

Pasti banyak yang menolak. Meskipun yang mengundang adalah tokoh-tokoh agama Islam di Indonesia. Dan mereka memberikan personal guarantee, bahwa Usama Bin Ladin cuma mau khutbah Jum’at, thok.

Kenapa? Karena Usama Bin Ladin tidak pernah bisa dilepaskan dengan apa yang telah dicitrakan kepada dirinya yaitu fundamentalis.

Kalau Usamah bin Ladin tak bisa dilepaskan dengan citra fundamentalisnya, kenapa si artis porno tiba-tiba mau dilepaskan dari citra pornonya?

Cikarang Baru, 24 Syawal 1430H/13 Oktober 200

Senin, Oktober 12, 2009

Yang Lapang, Yang Sempit

Hari Ahad, waktu shalat Isya’.
Saya kaget sekaligus bersyukur, masjid di kampungku hampir separuh kapasitasnya terisi jamaah shalat Isya’. Ada 5 shaf. Dari 11 shaf yang tersedia.

Setelah shalat, saya tunda berwirid. Saya sempatkan menghitung jumlah jamaah per shafnya. Sebelum sebagian mereka keburu pulang. Rata-rata 28 orang pershafnya. Mereka dewasa, remaja dan anak-anak. Jadi dikalikan 5 sama dengan 140 jiwa. Kalau total kapasitasnya 308 orang, berarti tingkat ‘hunian’ malam ini adalah 45%.

Kenapa ini terjadi?
Saya mulai menduga-duga. (karena memang belum pernah diadakan penelitian)
1. Jamaah banyak karena ini hari libur. Jadi banyak warga yang punya waktu untuk shalat berjamaah di masjid.
2. Jamaah banyak karena meskipun libur mereka tidak jalan-jalan ke mall. Mendingan istirahat di masjid sebagai persiapan besok Senin kerja lagi.
3. Jamaah banyak karena acara TV hari Ahad memang tidak seru. Sinetron banyak yang libur tayang (yang ini adalah data lama, karena saya sudah luamaa banget putus hubungan dengan sinetron. Apakah sekarang sinetron masih libur Sabtu- Ahad, saya gak tahu).

Sudahlah, gak usah menduga-duga. Yang jelas, saya menyaksikan wajah-wajah ikhlas di barisan-barisan shaf shalat malam ini. Semoga Allah menerima amal ibadah kita.

Saya menepis dugaan-dugaan itu, dan saya ganti dengan rasa syukur yang dalam. Anehnya, beberapa saat kemudian, kembali saya terbenam dalam hitung-hitungan di kepala saya.

Kalau dari seluruh jamaah itu ternyata setiap ayah mengajak satu orang anak laki-lakinya, berarti jamaah shalat itu berasal dari 70 rumah.

Tuinggggg!
Rasa kecewa muncul lagi….
Di lingkunganku ada sekitar 500 rumah yang berpenghuni. Plus minus 90%-nya muslim. Jadi yang shalat ke masjid sama dengan 70 per 450-nya atau kurang lebih 15% saja.
Wow, jadi, baru 15% yang shalat di masjid kami yang megah dan termasuk berukuran besar ini.

Saya menaksir biaya pembangunan masjid ini sudah mencapai 1 M. Tapi sayang pemanfaatannya oleh warga belum maksimal. Padahal warga yang memanfaatkannya tidak dipungut biaya sama sekali. Dengan fasilitas air wudhu, toilet, listrik, sound system yang bagus, suara muadzin dan jasa imam yang bacaannya indah dan tartil. Semua gratis.

Belum lagi kesempatan silaturahim dengan sesama warga. Dan yang terpenting, warga yang shalat di sini bisa mengunduh kebaikan melebihi 27 kali lipat dibandingkan shalat sendiri di rumah.

Belum lagi dengan dibangunnya masjid ini, warga yang datang ke masjid, setiap langkahnya bernilai kebaikan dan menggugurkan dosa-dosanya.

Ini fasilitas yang fantastics.
Tapi saat ini hanya 15% yang memanfaatkannya. Itupun kalau hari libur saja.

Tiunggggg!
Alhamdulillah…. Saya menepis kekecewaan itu dan menggantinya dengan rasa syukur.
Kalau empat puluh persen saja warga hadir di masjid ini setiap shalat, betapa sempitnya masjid kami.

Jadi biarlah kini sementara mesjid kami serasa lapang dalam kesempitannya.
Nanti toh, entah kapan, seiring dengan kesadaran dan kemajuan pola fikir, masjid kami akan menjadi terasa sempit seperti saat-saat Ramadhan kemarin.

Sempit tapi menyenangkan,….
Karena kami sekampung semua berjamaah, tunduk sujud kepada-Nya.

Cikarang Baru, 22 Syawal 1430H/12 Oktober 2009
http://www.facebook.com/note.php?note_id=149376725059&ref=mf

Rabu, September 09, 2009

Segelas Es Kelapa Muda

“Assalamu’alaikum….!” Terdengar suara teriakan anak kecil di depan pagar. Pak Fulan yang berada di ruang tamu langsung bangkit menuju pagar.

“Silakan, Pak….” Kata si anak kecil itu. Tanpa menunggu pagar dibuka, tangannya langsung molos melalui celah-celah pagar. Pak Fulan refleks menerimanya, juga tanpa basa-basi membuka pagar misalnya. Bisa kejepit tangan si anak kecil itu.

Beberapa saat kemudian segelas es kelapa muda berpindah tangan dari tangan si kecil ke tangannya.

Beberapa menit kemudian, terdengar adzan maghrib dari TV. Setelah membaca basmalah, Pak Fulan menyeruput es kelapa muda yang masih belum lepas dari tangannya itu. Dia merasakan benar nikmatnya berbuka puasa hari ini. Segelas es kelapa muda benar-benar membuatnya ‘hidup’ kebali. Bagai tanaman kering mendapat siraman air. Nilainya mungkin cuma dua ribu rupiah. Tapi kali ini Pak Fulan menganggap tak ternilai harganya. Karena dia hadir pada saat sangat dibutuhkan.

Pak Fulan bukanlah seorang miskin. Dia seorang pensiunan PNS yang dari penampilannya, pangkatnya terakhir cukup lumayan. Dia memiliki rumah tipe 45 yang sudah direnovasi cukup bagus. Dia punya motor keluaran baru. Tak ada tanda-tanda berkekurangan.

Sore itu dia sendirian di rumah menunggu adzan maghrib. Tak ada persiapan apa-apa untuk berbuka puasa. Istrinya sedang sibuk menyiapkan takjil di masjid dekat rumah. Di masjid ini setiap hari ada acara berbuka bersama. Beberapa warga mendapatkan giliran menyediakan makanan takjilnya. Rencananya Bu Fulanah tidak lama di masjid. Hanya menyerahkan sedekah berbuka bersama. Lalu pulang mengurus suaminya.

Ternyata di masjid kekurangan orang untuk melayani berbuka warga yang sudah berkumpul di sana. Bu Fulanah yang ringan tangan langsung turun membantu. Lupa bahwa di rumah belum disiapkan takjil untuk suaminya.

Maka kedatangan anak kecil membawa segelas es kelapa muda, bagai air hujan yang turun di musim kemarau yang panjang. Kesegaran bakal didapatkannya begitu azan maghrib tiba nanti. Segelas es kelapa muda, tak peduli hanya dua ribu rupiah, seperti tak ternilai harganya jika datang pada saat yang tepat. Jika diterima oleh orang yang benar-benar membutuhkan.

Maka terngiang sabda Rasulullah tentang anjuran beliau salallahu ‘alaihi wasallam
Agar kita berlomba-lomba menyediakan makanan berbuka bagi mukmin yang berpuasa. Disisi Allah pahalanya sama dengan pahala yang diterima orang yang berpuasa yang diberi makanan berbuka itu tanpa mengurangi hak pahala orang tersebut sedikitpun.

Ini amalan mulia yang terbuka bagi siapa saja. Tak perlu menunggu kaya untuk menjamu makanan berbuka. Karena menunya tak harus mahal. ……… Si kecil –mungkin atas perintah orang tuanya, nampaknya sedang berlatih memberi sedekah berbuka….walau dengan segelas es kelapa muda.

……… Bahkan sabda sang Rasul SAW ”Walaupun dengan sebiji kurma, walaupun dengan seteguk air.”

Sebuah kemudahan yang sayang jika ditinggalkan.

Cikarang Baru, 18 Ramadhan 1430H/8 September 2009

Minggu, Agustus 23, 2009

Wah, kok banyak …………?

Sabtu, tanggal 22 Agustus 2009. Dhuhur. Saya seperti biasanya mengajak anak terkecil saya, Adnan (5), ke masjid untuk shalat berjamaah.


“Wah, kok banyak orang…?” itu kata-kata yang terlontar spontan dari mulutnya. Sesaat setelah kakinya melewati pintu masjid. Rupanya dia heran kenapa dhuhur ini jamaah sholat dhuhur sampai lebih dari 3 shaf. Berarti lebih dari 75 orang. Biasanya cuma satu shaf. Baik hari libur maupun hari kerja.


“Iya, Awal Ramadhan banyak yang shalat di masjid.” Jawab saya spontan dan tak sempat menutup-nutupi kenyataan ini. Padahal bisa saja saya jawab “Iya, kan hari libur… mungkin banyak yang tidak bepergian jadi sempat sholat dhuhur berjamaah.”. Entah kenapa justru jawaban jujur itu yang saya berikan.


Oke, apapun itu. Ini pelajaran berharga bagi kita orang dewasa. Betapa anak sekecil Adnan ternyata memperhatikan betul keadaan lingkungannya. Dia memperhatikan betul kondisi masjid di siang hari di hari-hari biasa. Maka sekarang ini adalah luar biasa!

Biasanya dia selalu dapat shaf depan meskipun dating terlambat. Karena shafnya cuma satu! Kini dia ada di paling belakang.


Dan ‘konyol’nya kok saya terus terang saja memberikan jawaban. Karena awal Ramadhan banyak orang merindukan masjid. Mereka masih dipenuhi dengan euphoria suasana ruhiyah yang tinggi. Sehingga kaki ringan saja melangkah ke masjid, meskipun sebenarnya tidur di rumah lebih enak. Perut lapar, hawa panas, emang enakan tidur atau shalat di kamar yang ber AC. Tapi berkah Allah di bulan Ramadhan inilah yang menyebabkan mereka ringan-ringan saja keluar rumah dan shalat berjamaah di masjid. Suatu hal yang jarang dilakukan kebanyakan orang.


Melihat suasana ini, biasanya hati saya terharu….. Oh, indahnya masjid kita jika terus dihiasi oleh kedatangan warga sekitar masjid setiap adzan dikumandangkan. Mesjid indah tidak hanya oleh ornamen keramik, kaligrafi, karpet indah dan mahal, ventilasi berprofil kaligrafi, podium khotib yang artistic, kaca lukis, atau suara imam plus sound system yang menghasilkan suara teduh menyentuh kalbu. Tapi juga oleh banyaknya trafik jamaah datang pergi setiap waktu shalat.


Shaf-shaf shalat yang tersusun penuh dan lurus. Shaf-shaf yang penuh dari barisan terdepan sampai terbelakang. Gemuruh takbiratul ikhram yang mengikuti takbir sang imam. Suara “Amiin” yang indah, merdu dan bergemuruh memenuhi ruang-ruang kosong masjid. Juga ruang-ruang kosong kalbu. Seirama dengan suara “Wa ladhldhoooollin” yang sebelumnya dilantunkan sang Imam. Lalu gerakan serentak para makmum mengikuti gerakan imam. Rukuk, I’tidal. Sujud –duduk-sujud. Lalu berdiri lagi. Serentak bergerak memenuhi aba-aba takbir dari Sang Imam. Kemudian terakhir serentak pula salam ke kanan dan ke kiri.


Inilah keindahan masjid yang sesungguhnya yang saya bayangkan. Bagaimana indahnya ketika setiap pengunjung masjid saling bersalaman saat dating dan pergi. Menanyakan kabar dan kesehatan. Saling mengelus kepala anak-anak kita. Wah, benar-benar silaturahim yang menyemangati dan memanjangkan umur.


“Ayah… kok masih banyak yang sholat?” tanya Adnan tadi malam saat shalat maghrib pada hari yang sama, 22 Agustus 2009. Aku terhenyak dengan pertanyaan spontannya. Rupanya dia menggarisbawahi benar jawaban saya saat dhuhur itu. Dalam jawaban saya terkesan jelas banyaknya jamaah shalat di masjid hanya di awal-awal saja. Dan masalahnya, bagi Adnan dari dhuhur sampai maghrib adalah waktu yang lama. Karena selama menunggu maghrib itu dia beberapa kali merengek lapar dan haus menahan puasanya.


Mungkin logika Adnan, setelah sekian lama berlalu, seharusnya jumlah warga yang sholat berjamaah di masjid kembali normal lagi. Tak sebanyak ini.


Cikarang Baru, 23 Agustus 2009

Choirul Asyhar

Berharap keindahan masjid terjaga sepanjang waktu.

Senin, Agustus 17, 2009

Dua Momen Besar di Bulan Ini

Ada dua momen besar di bulan Agustus tahun 2009 ini. Yang pertama hari ulang tahun kemerdekaan RI dari penjajahan colonial Belanda dan Jepang. Setelah hidup terjajah lebih dari 350 tahun. Lalu yang kedua yang tak kalah pentingnya adalah datangnya bulan Ramadhan 1430H.


Yang pertama adalah momen penting bagi kehidupan kita berkebangsaan. Telah 64 tahun kita merdeka. Artinya kita bebas mengatur nasib kita sendiri. Tanpa campur tangan asing. Tanpa pesan sponsor asing yang mendikte bahkan mencocok hidung kita. Ini patut disyukuri. Allah telah menganugerahkan kemerdekaan kepada kita sejak 64 tahun yang lalu. Sebagai bangsa yang mayoritas beragama Islam, kita bebas melaksanakan sholat lima waktu. Dan keempat rukun islam lainnya. Tak ada lagi penjajah yang mendikte kita untuk menghadap dan menghormat kearah tertentu seperti pada jaman Jepang dulu.


Sekali lagi ini patut disyukuri. Maka suka cita menyambut hari kemerdekaan menjadi hal yang wajar. Sebagai bentuk syukur kita atas anugerah kemerdekaan yang diberikan oleh Allah melalui darah para syuhada yang berjuang melawan dan mengusir tentara penjajah.


Yang kedua momen besar itu adalah datangnya bulan Ramadhan pada bulan Agustus ini. Bulan yang patut kita rindukan kedatangannya. Karena dia bak tamu agung yang penuh dengan kebaikan di dalamnya.


Bayangkan kalau kita kedatangan tamu yang ternyata membawa keberkahan bagi kehidupan kita. Dia memberikan kita pekerjaan. Atau mengajak berbisnis dengan keuntungan yang pasti. Atau membantu biaya anak kita yang sedang dirawat di rumah sakit. Atau bahkan hanya sekedar menghibur kita yang sedang dirundung kesedihan. Pasti kita suka cita menyambutnya. Kita berterima kasih atas kunjungannya. Kita enggan melepasnya ketika sang tamu berpamitan. Dan kita sangat mengharapkan sang tamu mampir lagi ke rumah kita kapan saja dia mau.


Itu tamu yang baik hati. Yang menyenangkan kehidupan kita di dunia.

Bagaimana jika tamu itu adalah tamu agung yang bakal memberi keberkahanan tak hanya di dunia. Tapi juga di akhirat? Sudah sepantasnyalah kita merindukannya.


Bahkan amat sangat merindukannya!


Betapa tidak, di bulan Ramadhan ini amal ibadah kita dilipatgandakan pahalanya. Sebaliknya dosa-dosa diampuni. Tak hanya itu, doa-doa kita diijabah oleh Allah. Artinya…. Saat inilah kita mendulang banyak kebaikan. Timbangan amal kebaikan kita bakal ‘njomplang’ keberatan. Jauuuuuhh lebih berat daripada dosa-dosa kita. Dosa-dosa kita yang setiap hari kita tak luput melakukannya. Tiba-tiba dengan kemurahan-Nya Dia mengampunkan kita di bulan ini. …….. asal kita tahu batas-batasnya. Yaitu amalan apa yang harus dikerjakan selama bulan ini. Dan apa yang harus kita tinggalkan.


Ada dua momen besar di bulan ini.

Dari dua momen itu, manakah yang kita lebih suka cita menyambutnya?


Cikarang Baru, 16 Agustus 2009, jam 10:43

"di lapangan sayup-sayup suara hura-hura makin menghilang... tanda hari sudah malam... besok subuh di masjid mudah-mudahan jangan kesiangan."

Selasa, Agustus 04, 2009

Kamus Singkatan Ala Pak Purdi

Saat dengerin ceramahnya Pak Purdi dalam acara yang diadakan TDA Bekasi dan EU tanggal 2 Agustus 2009, saya sempat mencatat beberapa kamus singkatan dari Pak Purdi di antaranya:

BODOL = Berani Optimis (pakai) Duit Orang Lain
BONOL = Berani Optimis (pakai) Nama Orang Lain
BOTOL = Berani Optimis (pakai) Tenaga Orang Lain
BOWOL = Berani Optimis (pakai) Wajah Orang Lain
BISNIS = Berani Investasi Sedekah Nekad Insya Allah Sukses
BOSS = Berani Optimis Sedekah Sukses

Bahkan Optimis dan Pesimis itupun ada kepanjangannya…. Sayang saya lupa mencatat karena kecapekan ketawa dengar ‘kekonyolan’ Pak Purdi. Saking konyolnya sampai ada penanya yang mempertanyakan keseriusan Pak Purdi dalam seminar ini.

“Lho, saya serius ini…” katanya sambil tetap mengundang tawa.

Saat ditanya huruf E pada nama Purdi E. Chandra itu singkatan apa dengan enteng jawabnya itu artinya Entrepeneur! “Jadi, kalau Anda sudah sukses, boleh kasih huruf E di tengah nama Anda…”

Bener-bener Gila, kita jadinya….. eits bahkan bukunya yang berjudul Cara Gila Jadi Pengusaha itupun katanya gila itu maknanya ………….. (opo, yo … lagi-lagi aku lupa mencatat).

Intinya kita harus berani dalam bisnis. Jangan banyak hitung-hitungan…. Karena itu sekolah jangan pinter-pinter. Kalau pinter nanti setelah lulus, nglamar kerja pasti diterima. Kalau bodoh…. Gak diterima dimana-mana, ya jadilah Pengusaha akibat the Power of Kepepet!

Kalau sudah terjerumus jadi pengusaha gak usah mikir BEP, kapan baliknya modal…. Lha, jalan aja belum kok sudah mikir balik…. Sampai saat ini Pak Purdi juga gak mikir modal awalnya yang Rp 300 ribu itu sudah balik apa belum….. ha….ha…..

Lalu yang paling menyentuh saya adalah semangat bersedekah. Katanya:
“Hemat sedekah pangkal miskin. Boros sedekah pangkal kaya.”

Berboros-boroslah sedekah karena Allah jadi 'boros' ngasih rejeki sama kita. Weee lha enak tenan….. Enak toh…. (kata alm Mbah Surip).

Janji Allah, dia akan membalas sedekah kita minimal 10 kali lipat. Dan Allah tidak pernah menyalahi janjinya…. Karena janji itu hutang… maka Allah tidak mau berhutang sama kita…..

Dengan rumus-rumus itu kita bakal Sukses, insya Allah……
Sedang sukses itu sendiri ada tiga huruf S…. itu artinya Sedekah, sedekah, dan sedekah…

Tak lupa Pak Purdi minta kita mencatat rumus Sukses lainnya yaitu 9A. Semua yang hadir mencatat. No. 1 Action, ….. No 2. Juga Action, No. 3 …. Action lagi…….. Semua yang nyatet ketipu…….. Eits… ini bukan menipu karena action itu memang perlu! Tanpa Action kita tidak tahu apa yang terjadi atas rencana-rencana yang sudah kita susun.

Selamat Action dan Sukses Mulia!

Choirul Asyhar
Ps. Pak Eko Eshape, pinjam fotonya ya... tks.

Jumat, Juli 24, 2009

Dua Tahun Terakhir Ini Aku..........

Alhamdulillah….

Dua tahun terakhir ini aku berada dalam komunitas yang penuh semangat. Semangat mandiri. Semangat bangkit dari keterpurukan. Semangat menggaji diri sendiri. Semangat berbagi. Semangat bersinergi. Semangat keluar dari zona nyaman. Semangat meraih sukses. Sukses untuk diri sendiri dan sukses untuk orang lain. Semangat mendapatkan penghasilan berlipat-lipat. Agar bisa sedekah lebih banyak lagi. Semangat mengeksplorasi otak anugrah ilahi. Untuk lebih khusyuk ibadah kepada-Nya.

Alhamdulillah, alhamdulillah….

Dua tahun terakhir ini aku berada dalam lingkungan komunitas yang penuh kepedulian. Peduli kepada teman senasib. Yang sedang merangkak-rangkak menuju kemandirian. Peduli kepada teman yang penuh semangat hendak bangkit dari kebangkrutan. Dengan sharing pengalaman dan saling memfasilitasi. Peduli kepada tetangga kiri kanan yang di PHK dari kantor dan pabrik-pabrik. Dengan mempekerjakannya sebagai karyawannya. Peduli kepada yatim piatu dhuafa. Dengan menyisihkan sebagian keuntungannya untuk bersama-sama mengadakan acara santunan demi santunan. Demi membahagiakan para yatim piatu duafa itu.


Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah…..

Dua tahun terakhir ini aku "tenggelam" dalam komunitas yang meyakini rumus “banyak memberi agar banyak menerima”. Mereka banyak berbuat kebaikan karena yakin akan mendapatkan balasan kebaikan pula. Mereka banyak menolong, karena yakin suatu saat mereka juga butuh pertolongan itu. Mereka banyak mengulurkan tangan, karena yakin setiap orang membutuhkannya termasuk diri mereka sendiri. Mereka banyak menanam, karena yakin suatu saat akan memanen. Mereka banyak berkorban, karena yakin Allah tak bakalan mendiamkannya. Mereka banyak menebar rahmat, karena yakin Allah yang Maha pemberi rahmat senang kepada orang yang menerbar kebaikan. Maka nanti Allah akan memberikan rahmat-Nya lebih banyak lagi.


Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah……

Dua tahun ini aku berada dalam lingkungan komunitas yang suka saling berkunjung. Silaturahim. Membangun ikatan persaudaraan. Saling menengok ketika ada yang sakit. Saling mendoakan ketika ada yang ditimpa musibah. Saling memaafkan ketika ada kesalahpahaman. Yang pada gilirannya bermakna membangun jejaring bisnis, jejaring pertemanan, jejaring informasi. Yang selanjutnya akan membuka pintu-pintu kemudahan. Kemudian mendatangkan rizki yang berkelimpahan. Menyaksikan janji Rasulullah bekerja dengan baik.


Alhamdulillah, ya Rabb…..

Teguhkan kami dalam kedudukan yang kokoh di jalan-Mu.

Pertajam kepekaan kami dalam menangkap peluang usaha dalam koridor keridhaan-Mu.

Luruskan niat kami dalam berbagi….

Luruskan niat kami dalam bersilaturahim….

Luruskan niat kami dalam bersinergi…

Cukupkan kami sehingga kami mandiri….

Cukupkan kami sehingga kami bisa membantu tetangga kami yang baru di PHK……

Cukupkan kami sehingga kami bisa menggaji diri sendiri……

Cukupkan kami sehingga kami bisa menggaji karyawan kami.....

Cukupkan kami sehingga kami bisa menggaji karyawan kami dengan layak …..

Sehingga kesejahteraan ada pada diri kami, keluarga kami, karyawan kami, masyarakat kami, kampong kami, dan negeri kami……


Amiiin…….

Kamis, Juni 11, 2009

PANGGILAN ITU….

Panggilan itu dikumandangkan muadzin dari masjid dan surau pada waktu yang bersamaan. Lima kali sehari. Sepertinya Allah memberikan kita fasilitas jeda pada aktifitas kita sepanjang hari. Bahkan hari-hari kita pun dimulai dengan panggilan menghadap kepada-Nya. Subuh kita dibangunkan oleh panggilan-Nya. Seketika sejak bangun tidur, kita dipanggil oleh-Nya untuk menyembah-Nya sebelum memulai aktifitas kita.

Lalu dzuhur. Jeda diberikan kepada kita. Disamping untuk mengisi energi fisik, kita juga mengisi energi ruhiyah dengan shalat. Maka Allahpun memanggil kita melalui lisan para muadzin.

Ashar, setelah lelah bekerja kita perlu rehat. Maka sebaik-baik istirahat adalah shalat. Maka Allahpun sekali lagi memanggil kita.

Memasuki malam, Allah memanggil kita sekali lagi. Mungkin banyak kejahatan di gelapnya malam. Alangkah indahnya jika dimulai dengan kepasrahan shalat kepada-Nya. Yang dilanjutkan dengan shalat isya untuk menutup hari, jika kita hendak istirahat berselimut malam. Allahpun memanggil kita lagi.

O indahnya panggilan itu. Menjadikan kita rehat dalam keletihan mencari nafkah. Menjadikan kita kembali ke jalan-Nya dalam kesibukan kita yang mungkin kita sedikit-sedikit kepleset ke luar dari jalur keridhaan-Nya.

Jika saja kita penuhi panggilan itu, pasti keseimbangan perjalanan kita menuju ke keridhaan-Nya bisa saja kita peroleh. Betapa Allah sayang kepada kita. Allah melakukan ‘quality control’ untuk menjamin kita menjadi pribadi mukmin yang berkualitas. Dalam statistical quality control, ada upper line dan lower line untuk mengontrol kualitas produk di pabrik. Garis atas dan bawah adalah garis toleransi deviasi. Jika sudah melewati garis itu, produksi harus dihentikan. Mesin harus disetting ulang. Timbangan harus dicek kembali akurasinya.

Panggilan shalat lima kali sehari bagaikan perangkat Allah untuk mengontrol kualitas kita secara periodic. Agar kita menjadi pribadi mukmin yang terjamin mutunya. Saat-saat kita bersimpuh di masjid memenuhi panggilan-Nya adalah saat-saat adjusting dan kalibrasi perangkat-perangkat pendengaran, penglihatan dan hati yang kita miliki yang telah diinstal oleh Allah dalam diri kita, agar tak menyimpang dari standar kualitas yang ditetapkan Allah.

Jika barang pabrikan ‘pasrah’ saja dicek kualitasnya setiap saat, kita punya nafsu untuk menentang dicek secara periodic. Kadang-kadang ketika ada waktu kita mau datang memenuhi panggilan itu. Jika kita sibuk, kita mengabaikan panggilan itu. Jika demikian maka bisa jadi potensi penyimpangan terjadi. Deviasi kualitas akan terdeteksi secara terlambat. Setelah terjadi komplain –keluhan- dari konsumen kita, yaitu siapa saja yang berinteraksi dengan kita. Ketidakpuasan muncul setelah produk yang kualitasnya tidak konsisten beredar di masyarakat. Demikian pula dengan kita. Ketika kita tak konsisten dengan nilai-nilai kualitas yang ditetapkan Allah, maka jangan heran jika suatu saat muncul keluhan.

Dalam terminologi quality control produk yang menyimpang bisa di 'hold" untuk diamati penyimpangannya. Jika masih bisa diperbaiki segera diambil tindakan sebelum di release ke masyarakat. Jika serius penyimpangan di 'rejected" untuk di scrapped dan masuk keranjang sampah.


Panggilan Allah itu untuk kebaikan kita. Jangan sampai kita direject oleh masyarakat yang kemudian melemparkan kita ke dalam ruang-ruang inkubasi atau bahkan tempat sampah karena penyimpangan yang terjadi dari perbuatan tangan-tangan kita. Karena kita enggan memenuhi panggilannya.


Kalau kita menghendaki produk kita berkualitas dengan melakukan pengawasan kualitas yang ketat, kenapa kita tak mau menjadi produk Allah yang berkualitas dengan tunduk pasrah mematuhi perangkat quality control yang ditetapkan-Nya?


Cikarang Baru, 11 June 2009

Senin, Mei 18, 2009

Jangan sampai tangan kirimu tahu!

Kurang lebih itulah gambaran orang yang ikhlas bersedekah. Tangan kanan memberi, tangan kirinyapun tak tahu. Kalau tangan kirinya saja tak tahu apatah lagi orang di sekitarnya.

Ada sebuah cerita nyata, seorang Ustadz mendapatkan amplop ketika selesai berceramah. Sambil berbasa-basi seorang pengurus masjid telah memasukkan amplop itu ke dalam kantong baju koko sang Ustadz. Tapi sang Ustadz menolaknya. “Wah, apa ini, tak usahlah…” Karena pengurus masjid itu memaksanya maka sang Ustadz mengatakan “Sudahlah… untuk dana masjid saja.” Katanya sambil mengembalikan amplop itu ke kantong baju koko Pak pengurus masjid itu.

Saya merenungkan kejadian itu. Lalu teringat gambaran keikhlasan di atas.
Ketika tangan kanan memberi, tangan kiri jangan sampai tahu. Artinya tangan kanan tetap tahu berapa jumlah yang disedekahkan. Tapi kini, dalam kisah di atas, jangankan tangan kiri, tangan kanan sang Ustadz pun tak tahu berapa yang disedekahkan kepada masjid dari hasil ceramahnya itu. Karena Sang Ustadz tak sempat membuka amplopnya.

Saya membuat simulasi asal-asalan, bagaimana jika amplop itu diterima dulu?
Lalu saya berandai-andai:
1. Setelah mengetahui jumlahnya sang Ustadz akan tetap mensedekahkan seluruhnya. Tapi dia akan ‘dihantui’ perasaan bahwa hari ini dia telah bersedekah sekian ribu ke masjid. Perasaan ini sering membawa kepada penyakit hati. Ada rasa ujub, menyanjung dirinya sendiri, meskipun tak tampak oleh orang lain.
2. Setelah mengetahui jumlahnya sang Ustadz akan mensedekahkan separohnya karena ternyata jumlahnya cukup besar. Dia akan segera teringat bahwa persediaan susu anaknya sudah habis. Dan separoh honornya itu bisa untuk membeli susu anaknya.
3. Setelah mengetahui jumlahnya sang Ustadz akan berfikir beberapa kali untuk bersedekah. Berarti dia menunda sedekahnya. Dalam masa jeda itu akan muncul bisikan agar dia menerima saja honornya itu, toh ilmu yang disampaikannya nilainya sebenarnya lebih besar dari pada honor yang diterima saat itu.
4. ……….

Astaghfirullah… saya stop saja tulisan ini, karena tak mau berandai-andai yang berujung pada prasangka buruk yang ternyata tak pernah terjadi. Toh sang Ustadz sudah menginfakkan semua honornya tanpa pernah tahu berapa jumlahnya.

Sebuah keikhlasan yang insya Allah, menjadi tambahan tabungannya yang setiap saat dapat dicairkan dalam jumlah yang berlipat ganda di dunia ini atau pahala yang tak ternilai di akhirat kelak.

Subhanallah…. Jangankan tangan kirinya, tangan kanannyapun tak tahu….

Cikarang Baru, 17 Mei 2009 (Cha)

Minggu, Mei 17, 2009

Kasih Tak Berbalas

Itulah kasih sayang Ibu kita. Benar-benar tak berbalas. Seberapa besar kita berbaktipun. Saat seorang sahabat kesana kemari menggendong Ibunya yang sudah jompo, Rasulullah mengatakan bahwa itu belum bisa membalas jasa Ibunya.

Astaghfirullah…
Lalu bagaimana aku, yang selama ini tidak pernah melakukan itu? Kalau hanya tegur sapa melalui sms, telepon, atau kunjungan pulang kampong, tiket pesawat dan materi lainnya itu tak pernah dibahas oleh Rasullullah, artinya itu masih kecil. Maka betapa GR-nya aku ketika merasa cukup berbakti dengan melakukan itu saja.

Benar-benar tak bakalan berbalas….
Apalagi ketika kita mau sedikit saja membalasnya Ibu menolaknya. Katanya tak mau merepotkan anak-anaknya. Saya iri ketika mendengar seorang teman memberikana kamar utamanya kepada Ibunya ketika Ibunya berkunjung ke rumahnya. Dan dia cukup tidur di sofa saja. Ketika saya coba menawarkan hal yang sama, Ibuku menolaknya. Dia memilih kamar anakku yang luasnya hanya separo ukuran kamarku.

Ketika pagi-pagi aku menawari membuatkan minuman, Ibu menolaknya dengan mengatakan “biar Ibu bikin sendiri nanti.” Saya tahu Ibu suka minum teh atau kopi panas-panas. Kalau saya nekat menyiapkannya juga, sedangkan beliau sekarang belum mau minum, pasti nanti dingin.

Setiap pagi Mbak tukang cuci datang jam setengah enam. Langsung dia mencuci baju kotor yang sudah ada di bak cucian. Sekitar jam delapan, aku mendengar Ibu di belakang mencuci sendiri baju-bajunya. Ketika aku tanya, kenapa tidak sama-sama dicucikan mbak, jawabnya “kasihan dia kerjaannya jadi nambah… ini juga cuma dikit kok.”

Ya, benar-benar tak bakalan berbalas….
Seakan kita tak punya kesempatan membalasnya. Sementara Ibu terus mengalirkan kebaikannya kepada kita. Ketika istriku sakit dan harus berobat jalan ke rumah sakit di Bekasi dan Jakarta, beliau beberapa kali menemani istriku, karena ada kerjaan rutin. Ketika aku melepas beliau pergi, aku mencium tangannya, megucapkan terima kasih sambil minta maaf sudah segede ini masih merepotkannya saja. Apa jawaban beliau?
“Doakan saja Ibu sehat dan kuat…” permintaan yang sederhana. Dan saya tahu jika Ibu diberi Allah kesehatan dan kekuatan, pasti digunakannya lagi untuk berda’wah di masyarakat, menengok anak cucunya dan menebarkan lagi kebaikan di mana-mana….

Ya, Allah, benar-benar aku tak mampu membalasnya….
Ketika anakku yang ketiga berulang tahun. Dia merayu neneknya. Saya tahu Ibu selama ini tak pernah merayakan ulang tahunnya atau anak-anaknya, maka demikian pula aku terhadap anak-anakku.

Tapi kini beliau takluk terhadap rengekan anakku.
“Cuma kasih makanan kecil ke teman semobil jemputan dan beberapa teman di kelas.” kata anakku. Maka malam menjelang hari ulang tahun itu, saya lihat Ibu bersama anakku pulang dari minimarket dekat rumah membawa makanan dan minuman lalu dibungkus plastic untuk dibagi-bagikan kepada teman-teman anakku besok.

Skor ku makin jauh saja tertinggal.
Ketika anakku yang di pesantren menelpon minta dikirimi makanan dan jas hujan, Ibuku mendengarnya. Malamnya sudah ada beberapa barang keperluan mandi untuk diselipkan ke dalam paket. Plus amplop berisi uang.

Aduuuh makin jauh saja aku tertinggal, sementara akau tak ada kesempatan untuk membalasnya.

Ketika musim hujan, air meluap melalui bak kontrol sehingga membanjiri kamar dan dapurku. Melihat hal ini Ibu cepat bergerak. Sambil minta izin kepadaku untuk membuatkan tanggul agar air tidak masuk ke ruang tamu dan kamar-kamar di sekitarnya. Beliau membuat tanggul dengan tangannya sendiri! Semen, pasir, dan batu bata serta potongan keramik sudah siap. Wal hasil, tanggul buatannya benar-benar bermanfaat. Aku tak lagi kelabakan ketika banjir datang. Ketika ini kuceritakan kepada Ibu, beliau tertawa senang. Ada kegembiraan yang menyembul dibalik tawanya karena bisa terus berbuat apapun demi anak-anaknya.

Gagal membalas kasih sayangnya, maka setiap selesai sholat aku hanya membalasnya dengan melibatkan kasih sayang Allah. Karena Rahman dan Rahim Allah sajalah yang bakal mengalahkan kasih sayang Ibu….. dengan sebuah baris doa:

“Allah Ya Allah, sayangilah dia sebagaimana dia selalu menyayangi kami sejak kami kecil sampai aku setua ini."

Awal bulan ini beliau pulang ke Surabaya. Saya sempat menawarkan kepadanya agar tinggal saja di Cikarang. Rumah di Surabaya dijual saja untuk dibelikan rumah di Cikarang. Jawabnya, “Ibu malah wanti-wanti jangan pernah menjual rumah yang di Surabaya. Kita orang Surabaya masak tidak punya rumah di sana.” Ini adalah jawaban romantisme kampong halaman yang bisa dimaklumi. Lalu beliau melanjutkan, “Lagian kalau di sini Ibu seperti pensiunan yang tak berguna. Cuma makan tidur saja.” Semangat berbaginya kepada masyarakat sekitarnya tak pernah pudar.

Masih sangat banyak lagi kasih sayang Ibu kepada ku, yang tak mampu aku menuliskannya semuanya saat ini. Suatu saat nanti aku akan menuliskannya menjadi sebuah buku.

Sayup terdengar nyayian pendek di lorong-lorong hatiku…..
Lima baris yang berisi lengkap gambaran seorang Ibu..

Kasih Ibu sepanjang beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi
Tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia

Cikarang Baru, 17 Mei 2009

Sabtu, April 25, 2009

Undat-Undat


Waktu kecil dulu ada wejangan ortu yang saya ingat. Kalau memberi sesuatu jangan di”undat-undat”. Ini adalah bahasa jawa. Artinya mengungkit-ungkit pemberian. Jadi kita harus ikhlas. Jangan mengungkit-unkit pemberian, nanti merusak keikhlasan. Mengungkit-unkit saja tidak boleh apalagi memintanya kembali.

Nasihat itu sangat melekat di kepala saya. Maka kalau sekarang ada orang meminta kembali pemberiannya, sangat tidak masuk di akal saya. Apalagi untuk itu sampai harus membongkarnya kembali. Pompa air yang sudah disumbangkan kepada rakyat dibongkar kembali. Paving blok-pun dicongkel dari tanah lalu diangkut lagi dengan ke dalam truk.


Yang lebih masuk akalpun tetap tidak masuk di akal saya.

Ada 2 ekor kambing yang sudah dihibahkan kepada peternakan rakyat ditarik kembali. Untung belum beranak, kalau sudah malah 3 ekor dong yang ditarik. Peralatan band yang sudah disumbangkan ke Karang Taruna pun diminta kembali.


Fenomena yang tak masuk akal ini, kini memang sedang jadi tontonan menggelikan di televise. Pemberinya adalah para caleg. Diberikan kepada rakyat. Lalu diminta lagi karena ternyata dia gagal jadi anggota legislative. Karena pemberiannya tidak menuai dukungan rakyat.


Dalih yang juga tidak masuk di akal saya adalah rakyat ingkar janji. Karena rakyat tidak memenuhi janjinya untuk mendukung si caleg, maka si caleg menarik sumbangannya. Lho,…. Benarkah perjanjian itu ada? Kalau ada bukankah itu sama dengan suap yang bias dijerat dengan UU Pemilu No. 10 Tahun 2008?

Dalam Pasal 286 tertulis “… Menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada pemilih supaya tidak menggunakan hak pilihnya atau memilih peserta pemilu tertentu …..”


Jadi para caleg gagal yang sedang mengundat-undat pemberiannya ini sebenarnya sedang mempertontonkan money politics yang telah dilakukannya selama kampanye. Dalam UU Pemilu, yang demikian ini diancam hukuman pidana maksimal 36 bulan. Nah, lho…. Sudah gagal jadi aleg, stress, undat-undat, dijebloskan ke penjara pula.


Apakah Panwaslu menunggu pengaduan untuk hal ini? Sementara sang caleg-gagal telah secara tak sadar telah mengakuinya dengan mempertontonkan aksi konyolnya itu.


Cikarang Baru, 24 April 2009

Rabu, April 22, 2009

SUARA RAKYAT

Lima tahun suara rakyat bagai teriakan di padang gersang nan luas membentang. Tak ada siapapun yang mendengar. Kalaupun ada, hanya beberapa orang yang tak punya apa-apa untuk memutuskan suatu tindakan. Karena keputusan harus dibicarakan di dalam sidang dan atas suara terbanyak. Maka kalau banyak yang tidak mau mendengarnya, suara rakyat menjadi debu yang ditiup angin.

Kini tiba-tiba suara itu ada yang mendengarnya. Dan tidak hanya itu, suara itu tidak cuma ditampung tapi langsung dipenuhi kebutuhannya. Kalau dulu banyak yang pura-pura tuli, kini banyak yang pura-pura peduli. Itulah para caleg yang terhormat.

Maka mengetahui suara rakyat sedang laku-lakunya, rakyatpun berbondong-bondong menjualnya.

"Pak, kami butuh sirtu untuk jalan becek di kampong kami." Kata sebuah suara, lalu meluncurlah ke kampong mereka bertruk truk sirtu.

"Pak, musholla kami butuh MCK." kata suara yang lain.
Maka berdatanganlah truk membawa material lengkap dengan tukangnya.

"Pak, klub sepak bola kami sudah lima tahun tak berseragam."
Maka seminggu kemudian dikirimlah seragam sepak bola untuk sebuah kesebelasan.

"Pak, grup kosidah kami rebananya sudah pada jebol."
Maka satu set rebana pun dikirimkan bersamaan dengan peringatan Maulid Nabi.

"Pak, pemerintah tidak becus memelihara bendungan Situ Gintung."
Maka dikirimkanlah selimut, makanan, minuman dan obat obatan untuk para korbannya. Lebih cepat daripada pemerintah setempat.

"Pak, jembatan kali di kampong kami sudah reot."
Maka secepat kilat esoknya sudah ada jembatan baru.

"Pak, kami harus jalan kaki tiga empat kilometer untuk mengambil air."
Maka kini sumber air su dekat…… perpipaan sudah terpasang rapi lengkap dengan pompanya.

"Pak, disini korban demam berdarah makin banyak." Maka keesokan harinya tim fogging-pun turun tangan.

"Pak, kami anak muda pengen main band untuk kampanye bapak."
Maka seperangkat alat band besok menjadi ajang unjuk kebolehan dan kepedulian sang caleg.

Tanpa rapat panjang, tanpa survey. Semua dipenuhi dengan cepat. Setiap lima tahun sekali suara rakyat memang sedang laku keras. Maka karena inikah kenapa pemilu disebut sebagai pesta demokrasi… pestanya rakyat?

Wallahu'alam

Sabtu, April 18, 2009

Senyum Caleg 1

Pemilu 9 April sudah lewat. Perhitungan tingkat kecamatan belum juga selesai, tapi perhitungan di TPS sudah membuat para caleg senyum senyum. Para saksi dan tim sukses dengan cepat melaporkan suara yang diperoleh caleg di berbagai TPS.

Bagi yang beroleh suara memuaskan, diapun tersenyum lebar/lebar. Dan siap siap menggelar acara syukuran. Kalau pada masa kampanye sudah keluar dana ratusan juta, apalah artinya beberapa puluh juta untuk mengungkapkan rasa syukurnya.

Bagi yang suaranya sedang/sedang saja, senyumnya tertahan tahan. Setiap hari menelpon tim suksesnya. Dengan harap harap cemas berharap ada salah perhitungan suara dan dapat direvisi di tingkat desa atau kecamatan. Sambil terbayang uang ratusan juta yang telah digelontorkan untuk kampanye dan uang bensin bagi calon pemilihnya. Sesekali terlintas rasa takut bagaimana nanti kalau tak terpilih. Bagaimana cara mendapatkan kembali uang kampanyenya itu.

Bagi yang suaranya segelintir dua gelintir di setiap TPS, terpaksa harus tersenyum kecut. Sambil menenang nenangkan hatinya. Bahwa dia sudah berusaha maksimal, tapi Tuhan belum menghendaki. Maka meski hatinya teriris, senyum berusaha dikembangkan di bibirnya. Jadinya yang senyum kecut itu.

Syukurlah dia masih bias tersenyum.

Terbayang para caleg yang terhormat menebar senyum selama lebih dari enam bulan kampanyenya. Senyumnya tercetak dari wajah wajah sumringahnya di banner yang tergantung di pohon pohon, tiang listrik. Balihonya juga terpasanag gagah di setiap perempatan jalan. Dan dengan royal para caleg menghambur hamburkan uangnya untuk itu. Bukan hanya itu, mereka juga membelanjakan uangnya untuk membeli sirtu (pasir batu) untuk menutup jalan jalan becek di kampong kampong. Karang taruna pun mendapatkan kostum bola yang baru. Kelompok hadrah kebagian satu set rebana baru. Rumah rumah yang kompornya sudah absent tidak ngebulpun, kini ngebul lagi untuk beberapa minggu. Karena caleg yang memberi uang tidak Cuma satu orang.

Calegpun membayangkan dia bakal jadi orang terhormat di gedung dewan. Bisa berinteraksi dengan Bupati dan jajarannya. Juga para pengusaha yang royal demi memenangkan tender. Kedudukan yang sangat tinggi, padahal selama ini tidak pernah ngantor alias pengangguran. Juga uang komisi yang berlimpah disamping gaji yang juga sangat tinggi.

Dan ketika hari perhitungan tiba…….,
ternyata suaranya tak cukup untuk satu kaki kursipun, lemas lunglailah badan. Terbayang jelas di kelopak matanya hutang yang menumpuk. Maka terlontar caci maki di hatinya dan mulutnya. Karena caleg telah dikhianati oleh rakyat yang telah dimanjakannya dengan uang saat kampanye dulu.

Ya, caleg yang terhormat telah dikhianati rakyat yang bakal di’wakilinya’.

Maka tak heran jika sementara caleg yang lolos, segaiannya telah siap siap membalaskan dendam koleganya yang gagal. Menuntut balas terhadap rakyat. Dengan mengkhianati mereka nanti saat kaki telah menjejakkan kakinya di gedung dewan nan megah. Dengan memperkaya diri, demi menabung sebanyak banyaknya uang untuk membeli suara rakyat lima tahun yang akan dating.

Meskipun ribuan caleg kalah perang. Senyum tetap mengembang di mulut para caleg yang lolos. Demi merayakan kemenangannya….. mengelabui para pemilihnya.

*Cerita diatas bukan senyata nyatanya. Tapi banyak yang demikian. Mespi demikian, Insya Allah masih ada yang tidak sesuai dengan gambaran di atas.

Kamis, Maret 19, 2009

Kebangkitan Kejujuran

Prihatin dengan nasib kantin kejujuran di Kota Bekasi. Saya menulis judul di atas. Sebagai bentuk rasa optimisme kebangkitan kejujuran setelah jatuh di masa-masa awalnya......

Juli 2008 dicanangkan program kantin kejujuran di Kota Bekasi.
28 Oktober 2008, bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda dilakukan grand launching di SMA Negeri 1 Bekasi. Bahkan rekor MURI pun disiapkan dengan mencatat Kota Bekasi sebagai pemilik kantin kejujuran terbanyak.

Lalu 19 Maret 2009, lima bulan kemudian, di sebuah media lokal diberitakan bahwa kantin kejujuran ini rontok bangkrut. Modal setiap kantin tidak pernah balik, sementara kucuran dana dari pemkot tak kunjung turun. Maka beberapa kantin sudah dinyatakan tutup.

Tragis...!
Ini yang terbersit dibenak saya mendengar berita ini. Dalam 5 bulan langsung bangkrut. Bagaimana mungkin dana modal kantin dipertaruhkan untuk mendapatkan prestise dari sebuah musium rekor milik pengusaha jamu Jaya Suprana.

Kalau ini dana APBD pemkot Bekasi harus mempertanggungjawabkannya. Bagaimana mungkin dana ini diluncurkan tanpa pengawasan. Dalam masa percobaan seharusnya ada pengawasan sehingga dapat dilakukan evaluasi. Peneguran bagi yang mencuri. Pemasangan CCTV misalnya.

Kebangkrutan kantin kejujuran di lingkungan sekolah menunjukkan kegagalan pendidikan selama ini. Penguatan kembali pelajaran Pendidikan Agama dan PKn yang banyak berisi teori moral, yang ternyata tidak dipraktekkan.

Maka saatnya dunia pendidikan introspeksi, mencari terobosan-terobosan baru penerapan ajaran-ajaran yang setiap hari dijejalkan di kepala anak didik. Menambah jam pelajaran Agama dan menghapus pelajaran yang tak perlu. Yang tak kalah penting: keteladanan dari para pendidik. Kalau anak didik diminta jujur, maka seluruh guru dan kepala sekolah harus terlebih dulu menjadikan kejujuran itu sebagai darah dagingnya. Jika sudah demikian, maka ringan bagi tenaga pendidik untuk mengajarkan kejujuran itu.

Selain itu Allah mengajarkan kepada Walikota Bekasi agar lebih ikhlas dalam melayani dan meningkatkan moral rakyatnya, terutama generasi mudanya. Gembar-gembor pembukuan di Museum Rekor tidak diridhoi oleh Allah. Karena targetnya bukan jumlahnya tapi keberhasilannya.

Dengan sistem yang baik dan keteladanan plus keikhlasan mengabdi demi ridho Allah semata, maka idiom ”Jujur Ajur” itu tak lagi mendapatkan tempatnya. Tergantikan dengan ”Jujur Makmur”. Insya Allah.

Sabtu, Maret 07, 2009

KETIKA DEFINISI MENJERAT PEMIKIRAN

Perang melawan terorisme terus bergulir. Meskipun pencetusnya telah lengser dari kursi presiden AS. Ya, George W Bush mencanangkan perang melawan terorisme sejak jatuhnya WTC di AS tanggal 11 September 2001. Dan kini meskipun Bush sudah lengser, gaung perang melawan terorisme masih terdengar. Bahkan makin gencar. Bahkan makin jelas siapa yang disebut sebagai teroris. Kalau dulu tindakan AS dan sekutunya mengarahkan kepada kesimpulan siapa yang disebut teroris. Kini kesimpulan yang sering disangkal itu semakin menunjukkan kebenarannya. Siapa sebenarnya kelompok yang dibidik sebagai teroris oleh AS dan sekutunya itu.

Paling mutakhir, awal bulan Maret 2009 ini, Inggris mengeluarkan UU anti teroris. Di dalamnya menyebutkan bahwa ekstrimis atau teroris itu adalah siapapun yang mempunyai ide penegakan khilafah, penegakan syariah, perjuangan jihad termasuk jihad di Palestine, dan penentangan terhadap homoseksual. Dari empat kriteria ini saja, tampak bahwa keempat-empatnya ada di dalam ajaran Islam. Dan satu diantaranya, yaitu anti homoseksual juga menjadi ide agama-agama lain, meskipun beberapa pemimpin agama itu sudah ada yang mulai luntur mengakui bahkan telah menjalani perilaku homoseksual.

Ini semakin jelas, bahwa UU ini sedang membidik umat Islam di Inggris. Dan bisa saja akan segera menulari negara-negara sekutunya untuk mendefinisikan terorisme seidentik mungkin dengan ajaran Islam.

Terakhir terbetik berita bahwa Rusia telah tertular virus anti-terorisme (baca: anti-Islam). Pemerintah Rusia kini sedang memilah-milah buku-buku yang mana yang membahayakan dan mana yang boleh beredar. Jadi virus kepanikan mendefinisikan dan mengadili ide dan pemikiran sebagai terorisme sudah akan merebak sebentar lagi. Tampaknya ide anti-Islam melalui tangan-tangan pemerintah sekuler dan sekutu-sekutunya akan menjalar-jalar mengisi seluruh ruang dan waktu tahun 2009 ini.

Kalau ide sudah dicap, lalu bagaimana dengan aksi yang tampak nyata kehancuran yang ditimbulkannya di Palestina oleh Zionis Israel? Jawabannya sudah pasti dicomot dari definisi yang ada di UU itu. Zionis Israel hanya melawan dan menumpas teroris yaitu Hamas dan rakyat Palestina yang menjadikan jihad sebagai jalan perjuangannya.

Dalam pertandingan tinju, petinju akan berjuang menjatuhkan lawannya. Tapi ketika lawannya terjatuh, dia tidak diperbolehkan terus menyerang, membunuhnya, apalagi mengusirnya dari ring tinju. Jika ini dipatuhi, maka sang petinju dinyatakan menang secara sportif.

Di Palestina aturan ini tak laku. Ketika lawan jatuh, bom terus dijatuhkan untuk membunuh sang lawan. Dan mengusir sisa-sisanya yang masih hidup. Ini sah saja karena yang melakukan adalah Zionis Israel, yang kuku-kukunya telah mencengkeram semua lobi di seluruh dunia.

Di bumi yang dikuasai oleh pemimpin-pemimpin barat dan sekutunya ini, aturan juga tak ada lagi. Ketika aturan demokrasi dijadikan aturan main, maka pemenang yang tampil tidak serta merta diakui. Pemikiran dan ideologi pemenang harus diadili dulu. Jika tidak masuk dalam definisi teroris, dia segera dilantik. Tapi jika ideologinya masuk kriteria teroris yang dibuat itu, maka dia harus dianulir atau digulingkan jika telah terlanjur dilantik.

Jadi UU anti-terorisme telah menjerat tidak hanya tindakan terorisme tapi juga pemikiran-pemikiran yang didefinisikan sepihak. Kalau dulu, faham demokrasi memberi kebebasan berfikir dan berpendapat, kini kita saksikan mereka, para guru demokrasi itu sedang menjilat-jilati ludahnya sendiri. Karena para guru itu sedang dilanda kepanikan dengan berbagai kemenangan Islam di seluruh dunia. Kemenangan yang diperoleh dengan cara yang diajarkan para guru itu. Mereka panik karena mereka hanya ingin mengajarkan dan merestui cara demokrasi, bukan mengajarkan dan merestui untuk memenangkannya.

Biarpun anjing menggonggong kafilah tetap berlalu. Biarpun para guru itu meradang dalam kepanikan, umat Islam terus bergerak maju. Terus menegakkan demokrasi dengan modifikasi di sana-sini sehingga lebih hormat, santun, adil dan Islami.

Cikarang Baru, 9 Rabi’ul Awwal 1429/6 Maret 2009
(Ditulis saat mendengar: Sorotan Dunia Islam, Radio Dakta bersama Ust. Choirul Fuad, Dewan Pakar DDII Bekasi)

Rabu, Februari 18, 2009

SENYUM TULUS

Oleh: Choirul Asyhar


Kalau tak salah ini adalah ketiga kalinya saya menulis tentang senyum. Sebuah ekspresi indah yang diciptakan Allah kepada kita. Dengan senyum, kita membuka jendela diri kita agar orang lain mengetahui perasaan bahagia kita. Dengan senyum orang mengetahui bahwa kita membuka diri atas kedatangan mereka. Dengan senyum orang mengetahui bahwa kita menerima tawaran persahabatan. Dengan senyum kita mengabarkan kepada orang lain bahwa kita siap membantu sesama.

Pendeknya dengan senyum kita mengekspresikan rasa senang yang kita miliki.

Ketika seorang tamu mengetuk pintu, senyuman ramah tuan rumah menandakan dia siap menerimanya. Ketika pengemis datang mengucap salam, jawaban minus senyum menandakan kita enggan menerimanya.

Ketika seorang datang meminta maaf atas kesalahpahaman yang terjadi, senyuman ramah bersama uluran tangan menandakan kita dengan senang hati menerima persahabatan kembali.

Ketika seorang datang ke rumah tanpa senyum untuk menagih hutang, sebelum berkata apa-apa kita sudah tahu bahwa dia sedang tidak suka atas keterlambatan kita menyelesaikan kewajiban membayar hutang.

Yang ajaib, senyum itu tak bisa direkayasa. Kabarnya ada ribuan urat syaraf yang bekerja sehingga terbentuklah seuntai senyuman yang tulus ikhlas. Dan ini atas instruksi otak kita. Sebelumnya otak kita menerima pesan-pesan kebahagiaan dari dalam diri kita. Kebahagiaan yang sejati. Penerimaan yang sejati. Bukan dibuat-buat. Maka barangkali senyuman yang dibuat-buat tidak melibatkan full team urat syaraf senyum itu. Sehingga senyuman terasa hambar. Atau ’rasanya’ kurang pas.

Ketulusan senyuman sebab-sebabnya secara pasti hanya diketahui oleh pemilik senyum itu sendiri. Jika dia seratus persen bahagia dan puas maka senyumannya akan tulus seratus persen. Jika dia hanya 80% senangnya, maka ketulusannyapun berkurang kadarnya, sehingga senyumannya kurang manis. Demikian seterusnya, sehingga lama-lamanya senyumnya berasa agak kecut. Yang demikian kita sering menyebutnya dia ’tersenyum kecut’.

Ada keajaiban dan kegaiban saat seseorang tersenyum. Apalagi ketika seseorang tersenyum ketika dia menurut pandangan mata kita sedang menderita. Ketika dalam ukuran kebanyakan orang dia pantas menangis karena serba kekurangan secara ekonomi, justru ternyata kita menyaksikan dia tak kehilangan senyuman tulusnya. Keikhlasan menerima cobaan Allah membuat lukisan senyum di wajahnya menjadi benar-benar indah.
Dan dari sini kita belajar tentang keajaiban bahasa senyum berikutnya. Yaitu ternyata ketulusan senyuman itu tak berkorelasi positif dengan lebarnya sunggingan senyuman. Tak berarti yang tersenyum lebar berarti ketulusannya maksimal. Juga tidak sebaliknya.
Saksikanlah betapa kejadian-kejadian di sekitar kita menjadi guru terbaik.
Ketika dalam ukuran kebanyakan orang dia pantas meringis kesakitan, ternyata justru kita menyaksikan dia mempersembahkan senyuman terindahnya kepada kita. Dan ini benar-benar terjadi. Bahkan justru pada orang-orang yang menurut kita dia telah mati mengenaskan. Tersungging sebuah senyuman yang benar-benar tak mungkin hasil rekayasa.

Kita yang menyaksikan hanya bisa bertanya-tanya kebahagiaan apakah yang membuatnya tersenyum sedemikian ikhlasnya. Mungkin benarlah adanya bahwa gambar surgalah yang membuatnya tersenyum. Seperti yang Allah janjikan bagi orang-orang yang mati dalam khusnul khotimah. Dan meskipun sudah dijanjikan, ini adalah kebahagiaan yang tak terduga. Yang benar-benar pasti menciptakan senyuman tulus tanpa rekayasa. Meskipun hanya sebaris kecil. Meskipun hanya sebuah aura senyuman.

Ya, .... kita menyaksikan!

Wallahu’alam.

Cikarang Baru, 18 Februari 2009

Jumat, Februari 13, 2009

BERKAH SENYUM

Oleh: Choirul Asyhar

Alhamdulillah, Allah memberikan perangkat ekspresi pada wajah kita yang bernama senyum ini. Bayangkan jika ‘senyum’ ini tidak ada di wajah manusia. Hidup terasa tegang, kaku, tertekan. Hubungan sesama manusia menjadi tidak akrab, tidak saling menyapa, bahkan bisa menjadi bermusuhan satu sama lain. ‘Hanya’ dengan saling melempar senyuman semua ketegangan, kekakuan, ketertekanan dan permusuhan bisa lumer. ‘Hanya’ dengan menebar senyuman keakbaran, persahabatan, saling kenal, saling dekat bisa terjalin.

Subhanallah. Karena itulah sungguh menakjubkan ketika Rasulullah SAW pernah mengatakan bahwa senyum itu juga sedekah. Bagai menebar sedekah materi yang bisa meningkatkan kesejahteraan si miskin, menebar senyum juga bisa menciptakan kesejahteraan ruhani pada lingkungan masyarakat.

Tiga-empat bulan terakhir ini sampai dua bulan ke depan wajah Indonesia juga banyak dibanjiri senyuman. Meskipun hanya berupa gambar. Yaitu senyuman ratusan ribu Caleg, yang poster wajahnya terpampang di seluruh pelosok negeri. Mulai dari jalan besar sampai jalan desa bahkan dusun dan jalan setapak di pematang sawah. Tiang listrik dan pohon-pohon tak luput dari kunjungan gambar-gambar Caleg-caleg yang selalu tersenyum ini.

Saya belum menemui gambar Caleg yang tegang tanpa senyuman. Dari yang senyuman lebar sehingga tampak gigi serinya, senyum simpul , sampai yang hanya tersungging sedikit. Tak masalah, asal dilakukan dengan tulus dari hati yang terdalam, insya Allah pesan senyum itu akan sampai ke hati rakyat calon pemilihnya.

Ya, ketulusan itu memang penting. Apalagi bagi seorang Caleg. Senyuman yang gambarnya ditebar di mana-mana itu semoga dilakukan dengan tulus. Bukan hanya karena ingin meraih simpati rakyat, agar terpilih dan duduk di kursi dewan. Ketulusan senyuman para Caleg akan terbukti nanti setelah mereka bekerja di gedung dewan dan benar-benar terjun di masyarakat. Sekarang Anda menebar senyuman kepada rakyat; nanti setelah menjadi wakil rakyat, giliran rakyatlah yang tersenyum. Karena kehidupannya menjadi lebih baik. Itu berkat perjuangan Anda yang mau bersusah payah dan bersakit-sakit memperjuangkan nasib rakyat di gedung dewan.

Jangan sampai Anda memonopoli senyuman. Kini Anda menebar senyuman untuk meraih simpati. Dan ketika menjadi anggota dewan Anda terus tersenyum menikmati kedudukan dan kekayaan. Sementara rakyat terus menangis meratapi nasibnya. Naudzubillahi min dzalika.

Semoga bertebarannya senyuman di seantero Indonesia ini mendatangkan berkah Allah bagi bangsa ini. Amin.

Cikarang Baru, 13 Februari 2009

Kamis, Februari 05, 2009

Zionis Israel: Penjahat Perang!

Oleh: Choirul Asyhar

Tinggal beberapa langkah lagi. Palu bakal diketok. Vonis dijatuhkan. Pejabat-pejabat rezim Zionis Israel digelari penjahat perang oleh Mahkamah International.

Tanda-tanda itu telah tampak di antaranya:

1. Tanggal 22 Februari 2009 Qatar kembali menggelar konferensi Anti-Zionis. Insya Allah 200 tokoh dan pejabat dari lima benua akan hadir. Sidang tersebut akan bertanggungjawab mengkaji dan mendokumentasikan kejahatan-kejahatan Zionis Israel yang melanggar hak-hak asasi manusia. Sidang berupaya mengaktifkan kinerja internasional untuk melindungi bangsa Palestina, serta mengadili para pejabat tinggi Zionis di pengadilan internasional.

2. Kesadaran baru telah tumbuh dan mekar di hati nurani dunia. Tidak hanya di Timur Tengah. Tak hanya di negara Islam. Tapi di seluruh penjuru dunia. Di Barat maupun Timur. Bahkan negara non-Muslim di Amerika Selatan telah melangkah lebih dulu dan berani mewakili kebangkitan hati nurani ini. Presiden Venezuela Hugo Chavez mengusir wakil pemerintah Israel di negerinya. Lalu Bolivia, melalui Presiden Evo Morales memutuskan hubungan diplomatik sebagai reaksi serangan brutal Israel atas Gaza. Lalu diikuti Qatar dengan memutuskan semua hubungan dagang dengan Israel. Juga Republik Islam Mauritania, negara yang berada di barat laut Afrika, pun juga memutuskan hubungan diplomatik.

3. Sebelumnya Qatar mengadakan KTT luar biasa yang hanya dihadiri oleh 13 negara Islam dari 22 undangan. Yang tak mau hadir adalah Mesir, Saudi Arabia dan Presiden Otoritas Palestina sendiri yaitu Mahmoud Abbas dari Fattah, yang memang rival Hamas.

Insya Allah sidang yang akan datang ini akan menggagas koalisi internasional permanen untuk melindungi Palestina.

4. Di Brazil juga telah digelar Konferensi Sosial Dunia ke-9 yang dihadiri oleh 142 negara. Konferensi menuntut penjatuhan sanksi atas Rezim Zionis Israel dan pembubaran Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). NATO dinilai sebagai organisasi yang hanya membela kepentingan hegemoni Barat. Diputuskan pula untuk mengembargo penjualan senjata ke Rezim Zionis Israel dan menjatuhkan sanksi terhadap rezim ini.

5. Lembaga Bantuan Internasional Oxfam juga mengecam kebrutalan Zionis Israel karena rezim ini melarang penyaluran bantuan dunia ke Gaza. Bahkan berita terakhir, Zionis Israel tak segan-segan menembaki kapal dan truk yang berisi bantuan kemanusiaan bagi penduduk Gaza. Ditegaskannya, negara-negara dunia harus menekan Israel supaya membuka pintu-pintu gerbang rezim ini yang menghubungkan ke Gaza.

6. Sekjen PBB, Ban Ki-moon juga menuntut pembukaan pintu-pintu gerbang Jalur Gaza.

7. Terakhir, kecaman PM Turki Tayyep Erdogan dalam pertemuan ekonomi di Davos langsung berhadap-hadapan dengan Presiden Israel Simon Perez mendapat dukungan luas, termasuk partai oposisi di Turki sendiri.

7. Meskipun Presidennya pro Zionis Yahudi, masyarakat Mesir aktif berdemostrasi atas kebijakan-kebijakan pemerintahnya. Terakhir dilaporkan mereka berkumpul didepan Kantor Kepresidenan negara ini dan memprotes Pengadilan Tata Usaha Negara Mesir yang mengizinkan pengiriman gas ke Israel. Para demonstran menilai sikap Pengadilan Tata Usaha Mesir sebagai langkah yang menginjak-injak harga diri rakyat negara ini. Menurut demonstran, ekonomi Mesir setiap harinya mangalami kerugian jutaan dolar AS dari pengiriman gas ke Israel ini. Pengiriman gas ke Israel dinilai sebagai bisnis yang irrasional.

8. Mesir juga banyak dituntut oleh dunia untuk membuka pintu gerbang Rafah yang menghubungkan ke Gaza. Meskipun hingga kini, Mesir masih cuek bebek saja. Bahkan, Mesir mulai menarik tim medis dari Gaza dan meminta mereka supaya keluar dari kawasan itu hingga tanggal 5 Februari. Seakan Kairo tahu persis sebentar lagi serangan Israel terhadap Gaza jilid ke II bakal terjadi.

Kita terus berdoa dan berusaha, agar vonis rezim Israel sebagai Penjahat Perang segera terwujud. Karena berakhirnya rezim Zionis, insya Allah adalah cikal bakal perdmaian di Palestina dan Timur Tengah, bahkan dunia!

Wallahu'alam.