Kamis, Oktober 22, 2009

Ikut Sidang gak Gampang, Apalagi Memimpin

Tanggal 20 Oktober 2009 adalah salah satu hari bersejarah bagi bangsa Indonesia. Pada hari itu dilaksanakan pelantikan Presiden dan Wapres terpilih SBY-Budiono. Sebagian besar di antara kita menunggu-nunggu masa ini. Apalagi karena MPR yang akan melantiknya mempunyai ketua baru. Seorang politikus yang pada periode sebelumnya dikenal sebagai orang yang suka bolos sidang DPR atau MPR. Kini tiba-tiba dengan keajaiban lobby politik duduk sebagai ketua lembaga yang dulu pernah menjadi lembaga tertinggi negara.

Dan keajaiban itupun terjadi. Saat semua mata memangdang ke kotak ajaib yang bernama TV. Disaksikan oleh seluruh anggota dewan yang terhormat, para pejabat negara, mantan presiden, pemimpin-pemimpin negara sahabat, dan ratusan wartawan.

Setelah itu saya membuka situs-situs berita di internet. Hampir semuanya menanggapi negatif dan menyesalkan cara memimpin sang ketua baru. Meskipun dengan kadar kehalusan yang berbeda-beda.

Salah satu komentar seorang pengamat politik saya tempelkan di status fesbuk saya, sbb:

Arbi Sanit, pengamat politik UI: "Itu bukti dia tidak punya pengalaman sama sekali dalam memimpin sidang. Tapi jangankan memimpin sidang, mengikuti sidang saja dia kan bisa dikatakan hampir tidak pernah. Oleh karenanya sangat wajar jika dia mempermalukan dirinya sendiri seperti itu," (Catatan tentang pelantikan presiden-wapres)

Bagaimana pendapat teman-teman anggota jamaah fesbukiyah?
Berikut ini sebagian kecil diantaranya. Silakan mengikuti, semoga mencerahkan.

Yudho Priyanto and Deddy Armunanto like this.

Muhamad Idham
..masih TK..wajar lah om...heheh

Darmawan 'awang' Hadi
kapasitasnya ? yah gitu deh...

Choirul Asyhar
5 tahun jadi anggota MPR jarang ikut sidang, gajinya dipotong gak ya?

Rusdian Rus
hi hi hik.... yah begitulah, payah

Heru Sukmono Hadi
TK kualitasnya dah jls cm tgkt TK,ga' bkln jd SD,SMP,dst. Saat melantik Pres n wapres,TK grogi krn sm sj melantik bosnya sndri, yg 'merestui' jlnnya ke Ket MPR. Jgn2 dia dah ngompol di podium..?

Akhmad Fuad
Susahkan baru TK tapi sudah pikun....

Choirul Asyhar
Tahun 99 ketuanya Prof. Dr. Tahun 2004 ketuanya Dr. Tahun ini ...............

Zulfikri Rodjali
urat malunya sudah putus........ ditonton jutaan orang ....baca teks aja salah apalagi tampa teks......gak kebayang.....pemimpin kaya gitu mau dibawah kemana nih negara.........

Pratomo Dono Suparto
Justru dari situ terlihat, TK adalah seorang yg lugu (jangan diartikan sbg lucu tur wagu). Mending punya pimpinan agak bodho, dari pada punya pimpinan yg suka minteri rakyat, dan kalo perlu malah rakyat yg minteri TK. Lho?

Ir Murdjoko
TK oh TK, semoga 5 th ke depan bisa memberi kontribusi buat rakyat.

Yudho Priyanto
No coment, judulnya "TK Komedian MPR Sepanjang Masa", itu bakal dicatat sejarah bangsa Indonesia, MPR dianggap sebagai media permainan, apa kata dunia! SUNGGUH MEMALUKAN

Ir Murdjoko
Meskipun begitu TK dipilih menjadi Ketua MPR menggantikan Hidayat Nur Wahid karena dianggap lebih bisa menjaga Pancasila. Semua ada plus minusnya, tergantung media melihatnya dari mana.

Yudho Priyanto
@cak Mur, semua memang ada sisi plus minus tergantung dari sudut pandang masing2, tapi yg ini keterlaluan, dalam acara yg amat penting di lembaga (ter)tinggi negara (beliau) melakukan kesalahan etika yg fatal, maaf bukan hanya kesalahan ucap tapi coba ingat2 bagaimana mimiknya setelah TK sadar telah mengucapkan kekeliruan, se olah2 itu hal biasa, itulah cermin sosok ketua MPR yg saya lihat (maaf)

Ir Murdjoko
Itu memang salah sih... Tapi itu manusiawi dan saya yakin dia pasti introspeksi. Tapi TK lebih baik dari Hidayat Nurwahid itu fakta, buktinya dia terpilih sbg Ketua MPR. Anggota MPR kan juga tidak terlalu naif dalam memilih.

Yudho Priyanto
semoga TK mau n bisa introspeksi diri, semoga juga beliau terpilih karena memang benar2 dipilih bukan karena rekayasa, analisa saya (hex5) beliau emang di "kotak" kan dg di "duduk"kan sebagai ketua MPR. Jadi memang TK harus bisa membuktikan diri bahwa "dia" adalah ketua MPR yg berkualitas dan independent, sehingga cap dia sbg tukang bolos sidang bisa sirna dan keraguan sebagian WNRI akan kemampuan dia menjadi sirna

Ir Murdjoko
Kalau dia jelek, ya tak akan berhasil terpilih. Itu logika dasarnya. Orang dipilih pasti ada lebihnya.

Pratomo Dono Suparto
Betul, memang TK punya kelebihan berat badan, kebanyakan tidur sih.......

Yudho Priyanto
@ cak Mur (maaf) galibnya memang begitu, tapi fakta tlh (banyak) membuktikan bahwa suara bisa dibeli laiknya pemilihan idol via sms, kali tepatnya "TK ketua MPR Idol", hex5 itu fakta yg tak bisa dipungkiri n ditutupi, tabik
@ kang Tomo, jangan sirik gitu dong, itu kan penyakit menurun (bukan mendatar) n menular sekaligus kekuatan TK "bisa tidursaat sidang" kita lihat saja nanti apakah rekor dia bisa tumbang ? termasuk rekor bolos sidang? hax5 dia skrg dihukum gak boleh bolos, telat n tidur lagi saat sidang, itulah cara SBY menghukum TK (baru tahu dia kalau masuk kotak), udah ah capek kasih komennya

Choirul Asyhar
Dalam demokrasi: yang terpilih tidak selalu yang terbaik. Suara seorang lulusan TK sama dengan suara seorang Doktor. Suara seorang preman nilainya sama dengan suara seorang fakih. Yang runyam lagi suara "orang kecil" (kecil intelektual, finansial, maupun moral) bisa dibeli.


Ditunggu komentar anda yang mencerahkan, agar Indonesia ke depan menjadi lebih baik lagi.

Selasa, Oktober 20, 2009

Citra

Ketika tahu ada produser film yang akan mendatangkan artis porno dari Jepang, saya menulis di status facebook saya :

"Masih ada saja yang otaknya ngeres dengan uang haram. Sudah banyak bencana gini, tak pandai mengambil hikmahnya. Malah mengundang artis porno (saya berat menulis namanya) ke negeri ini. Sebaiknya dibatalkan! Apakah kita tidak cukup ngeri dengan bencana di Sumbar?"

Ada beberapa komentar yang masuk. Diantaranya ada yang menggelitik: bahwa dia datang ke Indonesia bukan untuk membuat film porno, jadi gak perlu dipersoalkan. Begitulah intinya.

Apakah sesederhana itu?
Manusia itu makhluk hidup yang tak lepas dari apa yang dikerjakannya.
Bukan hanya sekedar makhluk hidup, tapi bahkan dia makhluk hidup berakal. Diberi kebebasan memilih mau jadi apa. Lalu dia adalah apa yang dia pilih itu.

Kalau si fulan jadi artis, lalu terkenal, kemana-mana perhatian orang tertuju padanya . Ini karena keartisannya. Bukan karena kemanusiannya.

Kalau saya, sebagai guru kemana-mana, gak bakalan ada yang memperhatikan saya kecuali beberapa gelintir murid saya yang masih ingat saya. Bukan karena kemanusiaan saya tapi karena saya pernah jadi guru mereka. Karena profesi saya.

Saya dan Anda semua pasti cuek saja kalau tiba-tiba SBY nongol di pasar kaget, kalau saja dia bukan seorang presiden. Sebaliknya Anda akan memusatkan perhatian ke saya ketika saya tiba-tiba nongol di sebuah keramaian, jika saja saya sudah jadi presiden. (ngarep….! Amiiinnn….)

Jadi manusia tak bisa dilepaskan dari nilai yang dia bawa.

Jadi kalau ada yang berfikir: artis porno boleh saja diundang masuk ke Indonesia, karena dia toh di sini nanti tidak membuat film porno. Ini adalah logika yang tidak masuk di kepala saya. Karena manusia selalu membawa predikat-predikat dominan tertentu yang dia miliki.

Jika logika bahwa manusia itu bebas-nilai diterapkan dengan fair maka mari kita renungkan hal ini: Bagaimana jika takmir masjid Istiqlal mengundang Usama Bin Ladin untuk mengisi khotbah Jum’at?

Pasti banyak yang menolak. Meskipun yang mengundang adalah tokoh-tokoh agama Islam di Indonesia. Dan mereka memberikan personal guarantee, bahwa Usama Bin Ladin cuma mau khutbah Jum’at, thok.

Kenapa? Karena Usama Bin Ladin tidak pernah bisa dilepaskan dengan apa yang telah dicitrakan kepada dirinya yaitu fundamentalis.

Kalau Usamah bin Ladin tak bisa dilepaskan dengan citra fundamentalisnya, kenapa si artis porno tiba-tiba mau dilepaskan dari citra pornonya?

Cikarang Baru, 24 Syawal 1430H/13 Oktober 200

Senin, Oktober 12, 2009

Yang Lapang, Yang Sempit

Hari Ahad, waktu shalat Isya’.
Saya kaget sekaligus bersyukur, masjid di kampungku hampir separuh kapasitasnya terisi jamaah shalat Isya’. Ada 5 shaf. Dari 11 shaf yang tersedia.

Setelah shalat, saya tunda berwirid. Saya sempatkan menghitung jumlah jamaah per shafnya. Sebelum sebagian mereka keburu pulang. Rata-rata 28 orang pershafnya. Mereka dewasa, remaja dan anak-anak. Jadi dikalikan 5 sama dengan 140 jiwa. Kalau total kapasitasnya 308 orang, berarti tingkat ‘hunian’ malam ini adalah 45%.

Kenapa ini terjadi?
Saya mulai menduga-duga. (karena memang belum pernah diadakan penelitian)
1. Jamaah banyak karena ini hari libur. Jadi banyak warga yang punya waktu untuk shalat berjamaah di masjid.
2. Jamaah banyak karena meskipun libur mereka tidak jalan-jalan ke mall. Mendingan istirahat di masjid sebagai persiapan besok Senin kerja lagi.
3. Jamaah banyak karena acara TV hari Ahad memang tidak seru. Sinetron banyak yang libur tayang (yang ini adalah data lama, karena saya sudah luamaa banget putus hubungan dengan sinetron. Apakah sekarang sinetron masih libur Sabtu- Ahad, saya gak tahu).

Sudahlah, gak usah menduga-duga. Yang jelas, saya menyaksikan wajah-wajah ikhlas di barisan-barisan shaf shalat malam ini. Semoga Allah menerima amal ibadah kita.

Saya menepis dugaan-dugaan itu, dan saya ganti dengan rasa syukur yang dalam. Anehnya, beberapa saat kemudian, kembali saya terbenam dalam hitung-hitungan di kepala saya.

Kalau dari seluruh jamaah itu ternyata setiap ayah mengajak satu orang anak laki-lakinya, berarti jamaah shalat itu berasal dari 70 rumah.

Tuinggggg!
Rasa kecewa muncul lagi….
Di lingkunganku ada sekitar 500 rumah yang berpenghuni. Plus minus 90%-nya muslim. Jadi yang shalat ke masjid sama dengan 70 per 450-nya atau kurang lebih 15% saja.
Wow, jadi, baru 15% yang shalat di masjid kami yang megah dan termasuk berukuran besar ini.

Saya menaksir biaya pembangunan masjid ini sudah mencapai 1 M. Tapi sayang pemanfaatannya oleh warga belum maksimal. Padahal warga yang memanfaatkannya tidak dipungut biaya sama sekali. Dengan fasilitas air wudhu, toilet, listrik, sound system yang bagus, suara muadzin dan jasa imam yang bacaannya indah dan tartil. Semua gratis.

Belum lagi kesempatan silaturahim dengan sesama warga. Dan yang terpenting, warga yang shalat di sini bisa mengunduh kebaikan melebihi 27 kali lipat dibandingkan shalat sendiri di rumah.

Belum lagi dengan dibangunnya masjid ini, warga yang datang ke masjid, setiap langkahnya bernilai kebaikan dan menggugurkan dosa-dosanya.

Ini fasilitas yang fantastics.
Tapi saat ini hanya 15% yang memanfaatkannya. Itupun kalau hari libur saja.

Tiunggggg!
Alhamdulillah…. Saya menepis kekecewaan itu dan menggantinya dengan rasa syukur.
Kalau empat puluh persen saja warga hadir di masjid ini setiap shalat, betapa sempitnya masjid kami.

Jadi biarlah kini sementara mesjid kami serasa lapang dalam kesempitannya.
Nanti toh, entah kapan, seiring dengan kesadaran dan kemajuan pola fikir, masjid kami akan menjadi terasa sempit seperti saat-saat Ramadhan kemarin.

Sempit tapi menyenangkan,….
Karena kami sekampung semua berjamaah, tunduk sujud kepada-Nya.

Cikarang Baru, 22 Syawal 1430H/12 Oktober 2009
http://www.facebook.com/note.php?note_id=149376725059&ref=mf