Jumat, Agustus 29, 2008

Kenapa Mereka Merindukan Ramadhan

Saudaraku, ada alasan kenapa sambutan hangat perlu diberikan atas saudara kita yang lama kita tak saling jumpa. Alasannya adalah perasaan rindu. Rindu dendam muncul ketika kita mengingat kebaikan-kebaikan saudara kita itu. Mengingat manfaat kehadirannya bagi kehidupan kita.

Demikian pula dengan kedatangan Ramadhan. Sambutan hangat hanya diberikan oleh mereka yang merindukannya. Tanpa kerinduan, tak ada sambutan hangat yang tulus. Kalau toh ada itu hanya artifisial. Hanya sebatas tulisan di atas spanduk itu. Yang menikmati untungnya hanya tukang sablon dan digital printing.

Lalu bagaimana kita bisa merindukannya kalau kita tidak tahu kebaikan-kebaikannya.

Kalau diantara kita belum tahu, ada baiknya kita buka-buka kembali kebaikan-kebaikan yang ada di dalam bulan Ramadhan. Maka akan terkuak rahasia kenapa kita harus selalu merindukan kedatangannya.

Rasulullah SAW pun sangat merindukan Ramadhan, sehingga beliau menyiapkan dirinya jauh-jauh hari. Kemudian beliaupun mengingatkan dan menyemangati para sahabatnya agar mengisi hari-hari di bulan Ramadhan sebaik-baiknya.

Saudaraku, ada beberapa rahasia kenapa kita mesti merindukannya sehingga harus menyambut hangat kedatangan bulan Ramadhan itu.

(Selengkapnya baca buku saya: Rahasia Kenapa Harus Merindukan Ramadhan, 2008, Penerbit IslaMov, Bekasi)

Kamis, Agustus 21, 2008

Ketika Ramadhan Datang .......

Saudaraku, Ramadhan sebentar lagi tiba. Ada tiga kelompok muslimin dalam menyikapi kehadirannya. Sekelompok tidak perduli. Dingin-dingin saja. Sekelompok terkaget-kaget mendengar kehadirannya. Dan sekelompok lagi menyiapkannya dengan suka hati.

Yang tak peduli, menganggapnya biasa-biasa saja. Bahkan tak mau tahu ibadah apa yang patut dilaksanakannya di dalamnya. Yang terkaget-kaget, karena tak suka akan banyaknya aturan yang bakal membatasi tingkah lakunya. Bahkan tingkah laku yang tadinya halal sekalipun. Yang suka hati adalah yang merasakan kenikmatannya pada Ramadhan tahun lalu, dan berkeinginan mengulanginya. Bahkan memperbaiki kekurangsempurnaan amalnya tahun lalu.

Semoga kita termasuk ke dalam kelompok yang menyambutnya dengan suka hati. Bagi yang tidak peduli dan terkaget-kaget terpaksa menerima kehadiran Ramadhan, mari kita pelajari mengapa sekelompok orang itu bersuka cita menyambutnya.

Bagi yang bergembira menyambutnyapun, tak ada salahnya kalau membaca kembali alasannya bersuka cita. Sebagai recharge kesiapan ruhiyah dalam menjalaninya nanti. Dengan membacanya insya Allah terbayang kembali bagaimana Rasulullah mengajarkan persiapan matang. Karena bukankah kita telah bertekat: kekurangsempurnaan ibadah Ramadhan kita tahun lalu akan kita perbaiki pada tahun ini? Insya Allah. Atas izin-Nya kita bakal melaksanakan ibadah Ramadhan tahun ini lebih baik dari pada tahun-tahun sebelumnya.

Saudaraku, ayo jadikan Ramadhan tahun ini menjadi Ramadhan terbaik kita. Karena kita tidak tahu apakah tahun depan kita bisa menikmatinya kembali. Jangan tunda tahun depan. Karena pasti di antara kita tak ada yang siap untuk menyesal di akhirat nanti.

Kita pasti tidak ingin mengalami nasib yang sama dengan orang kafir yang menyesal di hari pembalasan nanti. Seperti yang digambarkan dalam firman Allah dalam surat An Naba’ ayat 40. Mari kita buka mushaf Al Quran yang telah lama kita miliki. Bacalah dan hayati maknanya:

Sungguh Kami telah memperingatkan kepadamu (orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata: ”Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah”.

Saudaraku, tentu kita bukanlah orang kafir seperti yang disampaikan Allah dalam ayat di atas. Tapi, firman Allah ini tetap dapat menjadi cermin bagi kita. Bahwa kalau kita terlambat dalam merespon ajakan ajaran agama kita apa lagi sampai tak perduli dengan apa yang kita perbuat di dunia ini, bisa jadi kita akan menghadapi penyesalan yang sama. Lalu kita nyeletuk, ”aduuh... enakan kita jadi tanah saja....” Ya. Tanah adalah benda mati, yang tak akan dimintai pertanggungjawaban apapun di akhirat nanti.

Tetapi... kita ini manusia. Sebagai ciptaan terbaik. Diberi perangkat lengkap oleh Allah untuk menangkap dan berusaha maksimal melaksanakan semua perintah-Nya dan meninggalkan hal-hal yang dilarang. Diberi kitab suci dan kemampuan membacanya. Diberi penglihatan dan kemampuan mencermatinya. Diberi pendengaran dan kemampuan mendengar seruan-Nya. Dan diberi hati untuk menasihati diri kita sendiri.

Maka semua perbuatan kita akan dimintai pertanggungjawaban. Ada konsekuensi dari setiap langkah yang kita pilih. Karena kita bukan tanah. Meskipun orang yang menyesal nanti sangat ingin menjadi tanah saja.

Ayo, mari kita sambut kedatangan Ramadhan dengan suka cita. Bentangkan spanduk: Marhaban Ya Ramadhan.

Tapi yang lebih penting lagi: Bentangkan keihlasan hati menerimanya. Siapkan ilmunya. Sambut dengankegembiraan seluas-luasnya. Lebih luas dari total seluruh spanduk yang dibentang di seluruh jalan raya...

(Dikutip dari buku ”Rahasia Kenapa Harus Merindukan Ramadhan” oleh Choirul Asyhar, Sya’ban 1429H)