Jumat, Juni 13, 2008

Do'a Attracts My LoA


13 Desember 2007

Dalam rangka Milad II TDA, panitia mengadakan lomba menulis mimpi. Karena salah satu ajaran TDA adalah harus menuliskan mimpi secara detail, maka saya memaksakan diri menulisnya. Sekalian menguji seberapa hebat sih mimpi saya. Dengan menulis mimpi akan mudah bagi kita untuk menulis step-stepnya demi menggapai mimpi. Sekaligus untuk menguji teori Law of Attraction.

Maka tanggal 13 Januari 2007 saya kirim tulisan saya by email ke Bu Aning Harmanto sebagai salah satu anggota dewan juri sekaligus penggagas lomba ini.

27 Januari 2008

Saya menghadiri Milad II TDA. Acara yang sangat fantastis bagi saya. Banyak pencerahan saya peroleh. Juga silaturahim. Saya yang bukan siapa-siapa di belantara komunitas TDA ini, berani-beraninya datang ke kursinya Pak Wuryanano di barisan depan dan ngobrol lama dengannya. Mungkin obrolan tidak akan berhenti kalau saya tidak dikagetkan oleh suara Bu Aning (waktu itu namanya masih Bu Ning) yang memanggail nama saya sebagai pemenang hiburan lomba menulis mimpi.

Alhamdulillah, meskipun mimpi saya biasa-biasa saja saya dapat paket dari Mahkota Dewa sebagai hadiahnya. (he... he... atau karena tidak ada mimpi yang spektakuler dalam tulisan saya maka saya hanya dapat paket hiburan.....).

Di penghujung acara, dipandu oleh Pak Jusef Hilmy hadirin diminta memvisualisakan mimpinya masing-masing di kepalanya. Sayapun melakukannya. Diiringi suara beliau yang mengantar ke suasana khusuk dan syahdu.

Februari 2008

Saya diajak seorang teman TDA yang punya butik Aida untuk menghadiri seminarnya Pak Tung Desem Waringin. Pak Jamrianto namanya. Beliau baru membeli buku Financial Revolution dan mendapatkan 2 tiket seminar gratis di JaCC. Sebelum kenal TDA saya tidak kenal yang namanya Pak Tung dan buku-buku motivasi lainnya. Karena selama ini bagi saya buku-buku motivasi itu hanya menjual teori dan tak bisa dipraktekkan.

Karena penasaran dengan kompor panas di TDA yang sering saya hirup di milis TDA, maka saya mau saja diajak Pak Jamrianto. Apalagi seminarnya gratis.....

Pada sessi yang membahas Law of Attraction, Pak TDW minta hadirin berdiri dan memvisualisakan mimpinya. Saya pun menuliskan di buku kerja yang disiapkan TDW dan memasukkannya ke kepala saya. Ketika menulis target kapan mimpi saya terealisasi saya tulis September 2008. Mimpi yang saya tanam dalam kepala saya adalah sama persis dengan yang saya lakukan di Milad TDA. Dan sama juga dengan yang saya tulis di lomba menulis TDA.

Maret 2008

Suatu hari di bulan ini, nada SMS Hp saya berdering. Saya langsung buka. Isinya membuat saya kaget dan gembira. ”Rul, berapa uang DP ruko yang kamu perlukan?” demikian kira-kira bunyi SMS itu. Pesan singkat itu datang dari Kakak saya. Karena selama ini saya nyantai aja dalam merealisasikan mimpi saya, maka kini saya harus hunting cari informasi harga ruko.

Pertama-tama saya ajukan ruko satu lantai di dekat rumah. Pertimbangan saya, kalau saya buka toko, saya tetap bisa bolak-balik mengontrol usaha bimbingan belajar saya. Karena jaraknya tidak terlalu jauh. Cukup 3 menit naik motor. Ruko satu lantai jelas lebih murah dibandingkan dua lantai.

Ketika saya sampaikan kepada kakak saya, dia malah menunjukkan iklan yang ada di sebuah harian nasional. Ada ruko dua lantai di Cikarang Baru, katanya via SMS, lengkap dengan nomor telponnya. Akhirnya pilihanpun jatuh ke sebuah ruko dua lantai di Cikarang Baru. Lha... kok sesuai dengan impian saya, ya. Sayapun menelpon bagian marketingnya.

Dan di bulan ini pun disepakati harga, cicilan DP dan seterusnya.

Awal Mei 2008

Akad kredit dengan sebuah bank syariah selesai dilaksanakan. Beberapa hari kemudian kunci ruko sudah ada di tangan saya. Kini bola ada ditangan saya. Giliran saya harus memutar otak mengurus pemasangan listrik dan air, menyiapkan display, membuat dapur di belakang ruko dan selanjutnya, mencari karyawan untuk mengurus usaha bimbel saya karena ruko ini letaknya agak jauh dari tempat bimbel saya.

Juni 2008

Bulan-bulan ini saya harus membelanjakan uang cukup banyak. Display toko, folding gate, dapur, beli pompa air dan seterusnya. Juga belanja barang dagangan. Wow, lumayan terengah-engah juga.

Dalam kondisi demikian, saya hanya bisa bersyukur dan terus berdoa kepada Allah. Bersyukur karena mimpi saya semakin mendekati kenyataan. Saya yakin dengan bersyukur kepada-Nya akan menarik nikmat-nikmat-Nya yang lain. Terus berdoa karena hanya dengan do’a dan perkenan Allah-lah, mimpi-mimpi saya ini terwujud. Maka kini dalam kondisi terengah-engah karena semakin menipisnya modal saya, sayapun mengulangi kunci sukses saya sebelumnya. Yaitu berdoa: Ya Allah, ya Razzak, urzuqlana halalan thoyyiban wa waasi’an. Ya Allah, ya Wassi’, wassi’ razaqonaa wa wassi’ suduronaa... Amiin

(Semoga rekan-rekan pembaca semua mengaminkan, para malaikat mengaminkan, dan gerakan langkah saya menjadi ikhtiar yang melengkapi do’a-do’a saya menarik mimpi-mimpi saya menjadi kenyataan. Amiinnnn).

Jumat, Juni 06, 2008

Bea Cukai, Bersiap-siaplah


Saya memberi judul ini karena memang inilah saatnya BC kena batunya. Sebagai seorang mantan karyawan yang dulu banyak berhubugan dengan BC saya sangat bersyukur dengan kinerja KPK menyatroni salah satu Kantor Pelayanan BC yang berada di Tanjung Priok beberapa hari yang lalu. Temuan Rp 500 juta hanya dari satu kantor BC, harus melecut KPK menggeledah kantor-kantor lainnya. Tentu dengan cara yang lebib canggih, karena BC pasti sangat hati-hati setelah temuan ini.

Tadi pagi saya menyaksikan keterangan seorang wakil KPK di TV. Dia mengatakan adanya temuan bahwa kerja orang BC dalam korupsi sudah terkoordinir rapi. Ada yang bertindak sebagai pengumpul lalu mendistribusikan kepada semua staf BC. Dan ini sudah berlangsung lama, katanya.

Saya tidak asing lagi dengan penjelasan itu. Ketika bekerja di bagian ekspor di sebuah perusahan asing di kawasan industri EJIP di Cikarang, saya sering menyaksikan pemandangan yang kini diekspos oleh KPK di berbagai media itu. Tidak hanya menyaksikan bahkan mengalami pemalakan-pemalakan setiap mengurus dokumen PIB di kantornya di Purwakarta. Ketika memasukkan material rutin untuk keperluan produksi tidak ada masalah karena pabrik kami berstatus Kawasan Berikat. Lancar-lancar aja. Tapi ketika memasukkan mesin-mesin baru misalnya. Langsung mata petugas hanggar menjadi ijo. Mereka melihat ini sebagai proyek. Maka hitung-hitungan berapa rupiah per container pun muncul.

Setiap pengusaha Kawasan Berikat di pintu gerbangnya berkantor petugas BC. Setiap truk keluar masuk pabrik pasti melalui pemeriksaan BC. Lalu setiap forwarder yang keluar masuk pabrik itu pun dikenai tarip oleh oknum BC yang taripnya ditetapkan per container. Terbayang jika setiap bulan ada 200 kontainer, dengan tarip Rp. 10.000,- per container, dua juta rupiah harus dikeluarkan oleh perusahaan forwarding untuk petugas BC itu. Itu untuk satu kantor hanggar BC. Bagaimana jika forwarder tersebut juga melayani pabrik-pabrik lain yang di dalamnya juga nongkrong petugas BC? Biaya siluman BC yang ditanggung oleh forwarder pada gilirannya pasti juga akan dibebankan kepada pabrik. Jika tidak ingin gulung tikar. Pabrikpun lalu menghitungnya sebagai faktor biaya produksi. Lalu harga jual menjadi tidak kompetitif.

Bukan itu saja yang ditanggung pabrik. Setiap mengeluarkan barang untuk penjualan ke DPIL, dikenai biaya pemeriksaan yang kami bayar setiap bulan di luar honor bulanan.

Cerita tentang pemeriksaan dokumen di pelabuhan Tanjung Priok maupun Soekarno Hatta juga memuakkan. Petugas BC lebih banyak memeriksa adakah uang disisipkan di dokumen atau tidak. Jika tidak ada, dokumen tidak diperiksa. Jika ada, dokumenpun lolos. Kata petugas forwarding “saking banyaknya dokumen, laci BC tidak pernah sempat tertutup.” maksudnya untuk memasukkan uang pelicin.

Cerita rebutan kue barang bekas/scrap juga menyebabkan pengelola barang bekas atau sampah pabrik memilih berdamai dengan menyisihkan uang bulanan bagi BC.

Berita terakhir, BC tidak malu-malu minta uang melalui SMS dan sejenisnya. Saya teringat beberapa tahun lalu, petugas hangar setiap bulan menulis surat tagihan kepada setiap perusahaan yang berada di bawah pengawasannya. Pernah petugas BC membuat surat tagihan yang diketik rapi, lalu titipkan ke staf saya untuk difax ke perusahaan forwarder. Tagihan apa? Tagihan bulanan uang pemeriksaan, uang lelah selama sebulan, dan kalau perlu THR dan bonus tahunan.

Ketika awal-awal reformasi, kami pengusaha Kawasan Berikat membentuk forum untuk bersama-sama melawan kedzaliman BC. Salah satunya menyeragamkan tarip pungli –kami belum berani menghapusnya sama sekali. Meskipun sempat membuat BC ketakutan, tapi ternyata forum ini tak berumur panjang, karena belum ada political will dalam pemberantasan korupsi pada masa pemerintahan Gus Dur itu. Bahkan praktek korupsi pejabat, justru membangkitkan kembali ketamakan BC dengan berani mengancam penghambatan keluar masuknya barang ke/dari pabrik. Maka forumpun bubar. Layu sebelum berkembang.

Jadi langkah penggeledahan KPK sangat menggembirakan saya. Seakan tersalur kegemasan saya terhadap ketamakan mereka. Empat tahun bekerja di bagian ekspor impor, hampir setiap hari saya bertemu dengan mereka. Dan menyaksikan kebobrokan perilaku sebagian besar mereka. Meskipun sering berlindung dibalik peraturan dan perundang-undangan, akhirnya karena semua tampak telanjang: UUD ..... ujung-ujungnya duit.....!

Selamat bekerja KPK!
Bersihkan BC sehingga menjadi lembaga yang berwibawa.
Selamatkan generasi muda di BC agar tidak larut dalam arus kotor senior-seniornya.

Cikarang Baru, 5 Mei 2008

"Fighting corruption means that you are helping your citizens to live in a world that, if not completely egalitarian, is at least more fair, where people are rewarded on merit and effort and not because of their dishonesty." [Abdou Latif Coulibaly, TI 2005 Integrity Award Winner]