Senin, September 29, 2008

Aku Mencium Aroma Ketaqwaan itu…

(Renungan Detik-Detik Akhir Ramadhan)

Hari ini 29 Ramadhan 1429H.

Berarti sehari lagi Ramadhan menggenapkan kunjungan 30 harinya dalam kehidupan kita saat ini. Karena insya Allah 1 Syawal jatuh pada 1 Oktober 2008.

Apakah yang kita rasakan selama hampir sebulan menjalankan perintah shaum Ramadhan? Allah menjanjikan jika kita shaum ramadhan maka ”la’allakum tattaquun”. Kita akan menjadi orang yang bertaqwa. ”La’alla” adalah harapan yang pasti terjadi, kata sebuah kajian bahasa dan tafsir.

Sekali lagi, apakah kepastian itu terjadi pada kita? Diluar berbagai tingkatan derajat taqwa, apakah kita telah mencium aroma ketaqwaan itu pada diri kita. Saya merasakannya! Dan ini juga ada pada diri Anda. Jika pembaca menjalani shiamurromadhon dengan lurus.

Ini bukan ge-er atau merasa ’sok suci’. Karena saya melihat ciri-cirinya itu ada pada diri para shoimiin.

Mari kita buka mushaf Al Qur’an kita. Buka Surat Ali Imran ayat 133. Mari kita baca ayatnya............... Lalu kita baca artinya:

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabb-mu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,

Wow, Alhamdulillah. Subhanallah.

Dengan shaum kita jadi bertaqwa. Dengan taqwa kita mendapatkan ampunan Allah. Tak hanya ampunan. Tapi juga surga seluas langit dan bumi. ... Lupakan rumah tipe 21 di Cikarang. Lupakan rumah tipe 45 di Tangerang, tipe 70 di Bekasi, dan berapapun di manapun di muka bumi ini.

Tapi, benarkan kita telah bertaqwa. Sehingga layak mendapatkan ampunan Allah setelah shaum Ramadhan?

Saya mengamati sebagian besar umat Islam, bergembira menyambut panggilan Allah selama bulan Ramadhan ini. Mereka bersegera menjemput ampunan itu. Masjid penuh. Adzan selalu bersambut. Maghrib, Isya dan Subuh adalah saat-saat yang tiba-tiba menjadi indah di masjid-masjid kita di bulan ini.

Maghrib, mereka tunda makanan enak.

Karena air putih dan beberapa butir kurma sudah cukup melepaskan lapar dahaga. Apalagi ada es buah. Lalu bersegera shalat berjamaah di masjid.

Isya’, lupakan acara TV yang makin kacau dan liberal. Selama bulan Ramadhan ini pasti banyak yang tertinggal alur cerita sinetron. Dan tak merasa rugi! Karena panggilan Allah lebih menarik. Bersegaralah mereka mengisi shaf-shafnya. Sehingga masjid terasa sempit.

Tak hanya shalat Isya’, tarawih dengan bacaan tartil dan tuma’ninah terasa kian indahnya. Membawa mereka mi’raj ke langit Allah. Ceramah tarawihpun menyirami dan menghidupkan kembali pojok-pojok hati yang mulai kering dan layu.

Setelah itu malam-malamnyapun diisi dengan tilawah al Quran. Di masjid maupun di rumah. Demi mengejar target menghatamkan Al Quran. Al Quran menjadi bacaan utama di bulan ini.

Subuh,.... oh subuh yang selama ini sepi masjidku.

Terasa seperti sore hari yang benderang. Bergegas mereka memenuhi seruan sempurna sang muadzin. Wajahnyapun cerah berseri, tak ada gelayut kantuk. Selama ini dua shaf sudah sangat menggembirakan. Kali ini seluruh shaf masjid terisi penuh! Subhanallah.

Mereka bersegera memenuhi panggilan Allah. Melaksanakan perintah-perintah-Nya. Demi mendapatkan ampunannya. Karena bulan ini adalah bulan maghfirah. Ini adalah sebagian tanda-tanda ketaqwaan itu.

Ada lagi! Saya melihatnya!
Here we go. Baca ayat selanjutnya...... Jangan lupa pula baca pula artinya, kalau kita belum paham bahasa Arab.

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Di bulan ini, kas masjidku melonjak tinggi. Setiap hari 600-700 ribu rupiah mengalir ke dalam kotak amal yang beredar. Rekor tertinggi adalah 935 ribu. Pada tanggal banyak karyawan menerima THR. Subhanallah. Dalam lapang dan sempit mereka berinfak. Bahkan sampai ketika sebagian jamaah mulai pulang kampung, infak yang masuk masih di atas 500 ribu.

Selain itu?
Di bulan ini kehidupan menjadi indah.
Karena tak ada lagi amarah yang meledak-ledak. Menahan amarah begitu mudahnya. Islah juga menjadi mudah. Saling paham memudahkan mereka saling memaafkan. Saking indahnya sehingga Allah memuji mereka dengan firmannya Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Ada lagi? Ya. Ciri-ciri ketaqwaan itu ada lagi pada para shoimin. Seperti digambarkan Allah pada ayat selanjutnya. Yaitu ayat 135:

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.

Oh, subhanallah. Coba saksikan diri kita. Adakah kita yang terbebas dari kesalahan dan mendholimi diri sendiri? Lalu di bulan ini, tiba-tiba kita bersimpuh di masjid-masjid Allah. Banyak mengingat-Nya dan memohon ampunannya.

Asyhadu an laa ilaaha illa Allah
Astaghfirullaah
As’alukal jannata
wa a’uudzubika minannaar.

Terdengar dzikir ini dari masjid tetangga. Lalu di masjid yang lain sayup-sayup terdengar pula:

Allahumma innaka ‘afuwwun
Tuhibbul ‘afwaa fa’fu ‘anna….

Rasanya tidak ada shoimin yang tidak mohon ampun pada bulan ini. Sealim apapun ia. Karena saat ini Allah justru terasa sangat dekat. Karena saat ini level kualitas ruhiyah kita berada pada derajat optimal. Berada pada frekuensi yang sama dengan ’frukuensi’ ilahiyah.

Ampunan dimohonkan. Pasti karena kesadaran akan kesalahan yang telah dilakukan. Salah meniti jalan yang menyimpang. Salah berfikir dan menafsir ayat-ayat Allah. Salah menempatkan arogansi pribadi di atas firman-Nya. Salah mengkotak-kotakkan area kekuasaan. Di mana ada kotak kekuasaan manusia. Dan di kotak lain ada kekuasaan Allah.

Tiba-tiba kini terasa dengan kesadaran fitrahnya: Bahwa semua kotak itu ada dalam genggaman kekuasaan Allah Azza Wa Jalla.

Maka di samping mohon ampun atas segala dosa, para shoimin berjanji di dalam lubuk hati terdalam: mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu di bulan-bulan selanjutnya.

Benar kan saya tidak ge-er? Aroma ketaqwaan itu telah ada pada diri kita. Para shoimin.

Semoga, dengan terus menjaga ma’iyatullah, kebersamaan dengan Allah, kita mampu mempertahankan ketaqwaan itu di bulan-bulan selanjutnya. Hingga Ramadhan tahun depan. ..... Atau ..... hingga ajal menjelang.

[Dalam hatiku sayup terngiang firman Allah

يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS. Ali Imran : 102)]

Amiin.............

Cikarang Baru, 29 Ramadhan 1429 H/ 29 September 2008

Choirul Asyhar, Islamic Motivation
http://lintasankatahati.blogspot.com

Sabtu, September 27, 2008

Malam Seribu Bulan

Ada sebuah malam yang sangat besar nilainya di dalam bulan Ramadhan. Yaitu Lailatul Qadar. Kita sering menyebutnya Malam Seribu Bulan. Padahal sebenarnya lebih dari itu. Al Quran surat Al Qadr ayat 3 menyebutnya ”lebih baik dari pada seribu bulan”.

Maknanya, beramal pada malam itu berupa shalat, dzikir dan membaca Al Quran, lebih utama daripada amalan selama seribu bulan (Sayyid Sabiq).

Oke, katakan saja seribu bulan. Mari kita hitung dengan kalkulator. 1000/12 = 83,33 tahun. Berapa umur rata-rata manusia modern? Anggap saja 70 tahun. Dari umur itu jika saja 3 jam perhari kita manfaatkan untuk shalat, dzikir dan membaca Al Quran. Berarti tanpa lailatul qadar, kita hanya shalat, dzikir dan membaca Al Quran selama 7,25 tahun dari 70 tahun umur kita. Hanya 10% dari umur kita!

Bandingkan jika kita mendapatkan kesempatan shalat, berdzikir dan membaca Al Quran pada malam lailatul qadr. Berarti kita mendapatkan leverage tabungan amalan kita sebelas setengah kali lipatnya. Atau 1150%. Jelas melampaui umur manusia. Tidak hanya itu. Bahkan, itu berarti semua waktu yang selama ini kita sia-siakan tak berdampak positif bagi akhirat kita, telah tertutup penuh dengan pahala kebaikan di sisi Allah.

Subahanallah, betapa besar kasih sayang Allah kepada kita. Kebodohan dan kelemahan kita yang justru lebih banyak menumpuk dosa daripada pahala, justru hendak dihapus oleh Allah dengan satu malam istimewa ini.

Allah membuka pintu rahmat-Nya lebar-lebar. Memberi kesempatan bagi kita untuk memberatkan timbangan amalan kebaikan kita dengan satu malam ini. Dan adanya di bulan Ramadhan saja. Dengan berita ini seharusnya kita mengejarnya untuk mendapatkan kesempatan itu.

Tapi ternyata tak sedikit kita mengabaikannya. Karena malam itu ada pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Justru di saat kita sibuk menyiapkan pulang kampung. Justru di saat kita sibuk menyiapkan belanja untuk lebaran. Maka tak heran pada sepuluh malam terakhir justru masjid sepi. Ditinggalkan oleh jamaahnya. Sebagian karena sibuk menyiapkan lebaran di kampung. Sebagian lagi, karena sudah bosan dengan suasana Ramadhan.

Apa yang dilakukan Rasulullah pada sepuluh malam terakhir?

Aisyah r.a menceritakan bahawa Nabi SAW bila telah masuk sepuluh terakhir bulan Ramadhan, diramaikannya malam-malam itu, dan dibangunkannya keluarganya. Dan diikatnya erat-erat kain sarungnya. (H.R. Bukhari dan Muslim).

Jadi, beliau justru amat giat beribadah pada sepuluh hari terakhir, bahkan melebihi kegiatannya pada hari-hari sebelumnya. Tampaknya ini adalah sebuah sunnah beliau yang kini banyak kita tinggalkan...

Padahal di dalam sepuluh hari terakhir itu ada malam seribu bulan yang kata Rasulullah ”Barang siapa beribadah pada malam qadr karena iman dan mengharap ridha Allah, diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhori dan Muslim).

Ayo, intai kehadirannya!

Minggu, September 21, 2008

BOCAH MISTERIUS!

Bocah itu menjadi pembicaraan dikampung Ketapang. Sudah tiga hari ini ia
mondar-mandir keliling kampung. Ia menggoda anak-anak sebayanya, menggoda
anak-anak remaja diatasnya, dan bahkan orang-orang tua. Hal ini bagi orang
kampung sungguh menyebalkan.

Yah, bagaimana tidak menyebalkan, anak
itu menggoda dengan berjalan kesana kemari sambil tangan kanannya memegang
roti isi daging yang tampak coklat menyala. Sementara tangan kirinya memegang
es kelapa, lengkap dengan tetesan air dan butiran-butiran es yang melekat
diplastik es tersebut.

Pemandangan tersebut menjadi hal biasa
bila orang-orang kampung melihatnya bukan pada bulan puasa! Tapi ini justru
terjadi ditengah hari pada bulan puasa! Bulan ketika banyak orang sedang
menahan lapar dan haus. Es kelapa dan roti isi daging tentu saja menggoda
orang yang melihatnya.

Pemandangan itu semakin bertambah tidak
biasa, karena kebetulan selama tiga hari semenjak bocah itu ada, matahari
dikampung itu lebih terik dari biasanya.
Luqman mendapat laporan dari orang-orang
kampong mengenai bocah itu. Mereka tidak berani melarang bocah kecil itu
menyodor-nyodorkan dan memperagakan bagaimana dengan nikmatnya ia mencicipi
es kelapa dan roti isi daging tersebut.

Pernah ada yang melarangnya, tapi orang
itu kemudian dibuat mundur ketakutan sekaligus keheranan. Setiap dilarang,
bocah itu akan mendengus dan matanya akan memberikan kilatan yang menyeramkan.
Membuat mundur semua orang yang akan melarangnya.

************ ********* **

Luqman memutuskan akan menunggu kehadiran bocah itu. Kata orang kampung,
belakangan ini, setiap bakda zuhur, anak itu akan muncul secara misterius.
Bocah itu akan muncul dengan pakaian lusuh yang sama dengan hari-hari kemarin
dan akan muncul pula dengan es kelapa dan roti isi daging yang sama juga!

Tidak lama Luqman menunggu, bocah itu
datang lagi. Benar, ia menari-nari dengan menyeruput es kelapa itu. Tingkah
bocah itu jelas membuat orang lain menelan ludah, tanda ingin meminum es
itu juga. Luqman pun lalu menegurnya.. Cuma,ya itu tadi, bukannya takut,
bocah itu malah mendelik hebat dan melotot, seakan-akan matanya akan keluar.

"Bismillah.. ." ucap Luqman
dengan kembali mencengkeram lengan bocah itu. Ia kuatkan mentalnya. Ia
berpikir,kalau memang bocah itu bocah jadi-jadian, ia akan korek keterangan
apa maksud semua ini. Kalau memang bocah itu "bocah beneran"
pun, ia juga akan cari keterangan, siapa dan dari mana sesungguhnya bocah
itu. Mendengar ucapan bismillah itu, bocah tadi mendadak menuruti tarikan
tangan Luqman. Luqman pun menyentak tanggannya, menyeret dengan halus bocah
itu, dan membawanya ke rumah.

Gerakan Luqman diikuti dengan tatapan
penuh tanda tanya dari orang-orang yang melihatnya. "Ada apa Tuan
melarang saya meminum es kelapa dan menyantap roti isi daging ini? Bukankah
ini kepunyaan saya?" tanya bocah itu sesampainya di rumah Luqman,
seakan-akan tahu bahwa Luqman akan bertanya tentang kelakuannya. Matanya
masih lekat menatap tajam pada Luqman.

"Maaf ya, itu karena kamu melakukannya
dibulan puasa," jawab Luqman dengan halus,"apalagi kamu tahu,
bukankah seharusnya kamu juga berpuasa? Kamu bukannya ikut menahan lapar
dan haus, tapi malah menggoda orang dengan tingkahmu
itu.."

Sebenarnya Luqman masih akan mengeluarkan
uneg-unegnya, mengomeli anak itu. Tapi mendadak bocah itu berdiri sebelum
Luqman selesai. Ia menatap Luqman lebih tajam lagi. "Itu kan yang
kalian lakukan juga kepada kami semua! Bukankah kalian yang lebih sering
melakukan hal ini ketimbang saya..?! Kalian selalu mempertontonkan kemewahan
ketika kami hidup dibawah garis kemiskinan pada sebelas bulan diluar bulan
puasa?

Bukankah kalian yang lebih sering melupakan
kami yang kelaparan, dengan menimbun harta sebanyak-banyaknya dan melupakan
kami? Bukankah kalian juga yang selalu tertawa dan melupakan kami yang
sedang menangis? Bukankah kalian yang selalu berobat mahal bila sedikit
saja sakit menyerang, sementara kalian mendiamkan kami yang mengeluh kesakitan
hingga kematian menjemput ajal..?! Bukankah juga di bulan puasa ini hanya
pergeseran waktu saja bagi kalian untuk menahan lapar dan haus? Ketika
bedug maghrib bertalu, ketika azan maghrib terdengar, kalian kembali pada
kerakusan kalian...!?"

Bocah itu terus saja berbicara tanpa
memberi kesempatan pada Luqman untuk menyela. Tiba-tiba suara bocah itu
berubah. Kalau tadinya ia berkata begitu tegas dan terdengar "sangat"
menusuk, kini ia bersuara lirih, mengiba. "Ketahuilah Tuan.., kami
ini berpuasa tanpa ujung, kami senantiasa berpuasa meski bukan waktunya
bulan puasa, lantaran memang tak ada makanan yang bisa kami makan. Sementara
Tuan hanya berpuasa sepanjang siang saja.

Dan ketahuilah juga, justru Tuan dan
orang-orang di sekeliling Tuan lah yang menyakiti perasaan kami dengan
berpakaian yang luar biasa mewahnya, lalu kalian sebut itu menyambut Ramadhan
dan 'Idul Fithri? Bukankah kalian juga yang selalu berlebihan dalam mempersiapkan
makanan yang luar biasa bervariasi banyaknya, segala rupa ada, lantas kalian
menyebutnya dengan istilah menyambut Ramadhan dan 'Idul Fithri?

Tuan.., sebelas bulan kalian semua
tertawa di saat kami menangis, bahkan pada bulan Ramadhan pun hanya ada
kepedulian yang seadanya pula. Tuan.., kalianlah yang melupakan kami, kalianlah
yang menggoda kami, dua belas bulan tanpa terkecuali termasuk di bulan
ramadhan ini. Apa yang telah saya lakukan adalah yang kalian lakukan juga
terhadap orang-orang kecil seperti kami...!

Tuan.., sadarkah Tuan akan ketidak
abadian harta? Lalu kenapakah kalian masih saja mendekap harta secara berlebih?
Tuan.., sadarkah apa yang terjadi bila Tuan dan orang-orang sekeliling
Tuan tertawa sepanjang masa dan melupakan kami yang semestinya diingat?

Bahkan, berlebihannya Tuan dan orang-orang
di sekeliling Tuan bukan hanya pada penggunaan harta, tapi juga pada dosa
dan maksiat.. Tahukah Tuan akan adanya azab Tuhan yang akan menimpa? Tuan..,
jangan merasa aman lantaran kaki masih menginjak bumi. Tuan..., jangan
merasa perut kan tetap kenyang lantaran masih tersimpan pangan 'tuk setahun,
jangan pernah merasa matahari tidak akan pernah menyatu dengan bumi kelak...."

************ ********* *

Wuahh..., entahlah apa yang ada di
kepala dan hati Luqman. Kalimat demi kalimat meluncur deras dari mulut
bocah kecil itu tanpa bisa dihentikan. Dan hebatnya, semua yang disampaikan
bocah tersebut adalah benar adanya! Hal ini menambah keyakinan Luqman,
bahwa bocah ini bukanlah bocah sembarangan. Setelah berkata pedas dan tajam
seperti itu, bocah itu pergi begitu saja meninggalkan Luqman yang dibuatnya
terbengong-bengong.

Di kejauhan, Luqman melihat bocah itu
menghilang bak ditelan bumi. Begitu sadar, Luqman berlari mengejar ke luar
rumah hingga ke tepian jalan raya kampung Ketapang. Ia edarkan pandangan
ke seluruh sudut yang bisa dilihatnya, tapi ia tidak menemukan bocah itu.
Ditengah deru nafasnya yang memburu, ia tanya semua orang di ujung jalan,
tapi semuanya menggeleng bingung. Bahkan, orang-orang yang menunggu penasaran
didepan rumahnya pun mengaku tidak melihat bocah itu keluar dari rumah
Luqman!

Bocah itu benar-benar misterius! Dan
sekarang ia malah menghilang! Luqman tidak mau main-main. Segera ia putar
langkah, balik ke rumah. Ia ambil sajadah, sujud dan bersyukur. Meski peristiwa
tadi irrasional, tidak masuk akal, tapi ia mau meyakini bagian yang masuk
akal saja. Bahwa memang betul adanya apa yang dikatakan bocah misterius
tadi.

Selasa, September 16, 2008

Puasa Pertama

Jam baru menunjukkan pukul 9 pagi. Tak seperti biasanya, Adnan sudah ada ditempat tidur. Biasanya jam segini Adnan asyik bermain boneka tokoh-tokoh kartun jepang. Kecuali kalau sekolah tidak libur.

Tapi, jam segini sekarang Adnan sudah dikelonin oleh Ibunya. Ditemani kakaknya, Athaya. Terdengar ibunya bercerita. Persis seperti cerita sebelum tidur malam. Sejenak Adnan terhanyut dalam alur cerita. Ya, sejenak saja. Lalu terdengar teriakan dari mulut mungilnya,

”Tapi, aku mau susu....., aku mau susu.....”
”Iya, .... tiba-tiba laut terbelah. Karena Nabi Musa memukulkan tongkatnya.” jawab Ibu.
”Emang bisa, Bu. Masak laut terbelah.” tanya Adnan.
”Iya,... karena atas pertolongan Allah.” jelas Ibu.
”Kayak buah semangka. Bisa dibelah.... ” Ada nada penasaran di suara Adnan.
”Iya... Bu?” lanjutnya.
”Ya, iyalah.... masak ya iya dong...” ledek kakaknya.
”Emang tongkat bisa tajam kayak pisau...?” tanya Adnan lagi.

Ibunya pun menangkap imajinasi Adnan. Laut terbelah, dibayangkan buah semangka terbelah. Tongkat dibayangkan tajam seperti pisau. Ibu tersenyum.
”Nggak gitu, Dik...” Athaya mau menjelaskan.
”Laut terbelah itu, air lautnya minggir ke kiri dan kanan.” jelas Athaya.
Adnan matanya menerawang ke langit-langit kamar. Dingin AC makin menggigit tulang. Adnan menarik selimut-nya.
”Emang tongkat Nabi Musa kayak pisau....” dia masih penasaran.
”Nggak gitu, Dik. Nabi Musa disuruh Allah memukulkan tongkatnya di pantai. Dia juga gak tahu kalau air laut tiba-tiba membelah.” jawab Athaya. Athaya memang sudah kelas tiga SD. Jadi sudah tahu cerita tongkat Nabi Musa ini. Sedangkan Adnan masih TK A. Baru dua bulan ini masuk sekolah.

Ibu tersenyum saja. Diam-diam mensyukuri kepiawaian Athaya membantunya menjelaskan ceritanya menjadi lebih gamblang.
”Lalu, setelah laut terbuka, Nabi Musa ngapain?” tanya Adnan.
”Nabi Musa dan rakyatnya melewatinya.
Turun ke laut berjalan menyeberanginya. Jadi tidak usah berenang. Cukup jalan kaki saja.” kata Ibu.
”Jauh nggak, Bu....” tanya Adnan lagi.
”Ya, jauh.....”
”Terus tentara Firaun mengejar nggak?”
”Iya, Dik...”
”Nabi Musa sama teman-temannya lari dong....” tanya Adnan.
”Lha, iyalah....”
”Ketangkep nggak?”
”Nggak, ....”
”Haus nggak, lari-lari terus....”
”Ya, iya lah...” jawab Athaya.
”Aku juga haus........ Ibu, aku mau susu.... aku mau minum susu....!”
Wah.... gawat, kok ceritanya jadi kesini. Ibu membelokkan pembicaraan.

”Dik, tahu nggak, tentara Firaun ditenggelamkan oleh Allah. Mereka tenggelam, karena air lautnya menutup lagi.”
”Nabi Musa dan teman-temannya sudah sampai seberang, Dik.” tambah Athaya.
”.... Tapi aku mau minum dulu.....” jawab Adnan.

Ibu terus menghibur Adnan. Terus bercerita, sampai Adnan lupa sama susunya. Lalu tertidur pulas dibawah selimut hangatnya. Demikian juga dengan Athaya.

Ibu bangun dari tempat tidur. Keluar kamar lalu membaca Al Quran.

Hari ini adalah hari pertama bulan Ramadhan. Bagi Athaya Ramadhan ini adalah puasa Ramadhan nya yang ke empat kali. Tapi bagi Adnan ini adalah puasa pertamanya. Ibu bertekat bulat, akan mengajari Adnan puasa sampai maghrib hari ini. Seperti ketiga kakaknya sebelumnya, mereka semua juga mulai puasa Ramadhan ketika masuk TK A.

Pada hari pertama sampai keempat atau kelima, anak-anak pasti rewel. Yang paling berat adalah menahan haus. Kali ini, bagi Adnan yang paling berat adalah pisah dari susu sebelum tidur. Karena ia memang doyan susu.

Adzan berkumandang dari Masjid dekat rumah. Tanda waktu dhuhur tiba. Athaya terbangun. Athaya mulai kehausan. Dia langsung mencuci muka.
”Sekalian wudhu, Athaya!” perintah Ibu.
”Iya, Bu....”

Ibu pun mengambil air wudhu. Lalu mereka berdua shalat dhuhur berjamaah. Selepas shalat, Ibu menengok Adnan yang masih tidur pulas. (rencananya ada sambungannya...)

Rahasia IV: Dosa-Dosa Diampuni Allah

Yang tak kalah pentingnya: Mintakan ampunan atas dosa-dosamu dengan sungguh-sungguh. Seperti ketika kita memohon restu ayah ibu untuk menikahi gadis idaman kita. Dengan sungguh-sungguh jabarkan proposal dan janji kepada Ayah dan Ibu, pasti mereka akan luluh memberikan restunya. Demikian juga dengan ampunan-Nya. Mohonkan dengan sungguh-sungguh. Menyesali atas segala kekhilafan. Dan berjanji tak akan mengulangi lagi. Sebaliknya akan kita ganti dengan kebaikan-demi kebaikan. Baik di Ramadhan ini maupun bulan-bulan selanjutnya. Maka, Allah akan mendengar dan mengampunkannya.

Siapa yang tak senang dosa-dosanya diampuni? Pasti semua orang mengharapkannya. Bahkan orang yang tak pernah memohon ampunpun. Sebenarnya mereka jauh dilubuk hatinya ingin diampuni dosa-dosanya. Akan tetapi adakalanya nafsunya membuat mulutnya tertutup. Setiap godaan duniawi datang, keinginan atas ampunanpun hilang. Maka dilakukannya lagi perbuatan dosa itu. Jika ini terus dilakukan, maka jangan-jangan tak sempat lagi memohon ampunan di bulan Ramadhan ini. Jika demikian sungguh merugilah orang yang demikian. Tidak hanya rugi. Karena tidak memanfaatkan kesempatan ini. Tapi malah celaka. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:

”Sungguh celaka orang yang tidak mendapatkan ampunan Allah di bulan yang agung ini.”

Rasulullah mengajarkan kepada kita agar dalam bulan Ramadhan kita bertaubat dari segala dosa-dosa kita. Kata Rasulullah, ”angkatlah tanganmu untuk berdoa dalam shalat-shalatmu. Karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza Wa Jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih sayang. Bayangkanlah kemurahan Allah. Dia membuka lebar-lebar pintu ampunan-Nya dengan kalimat beliau, ”Dia menjawab ketika mereka menyeru-Nya. Dia menyambut mereka yang memanggil-Nya. Dan Dia mengabulkan mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.” Ya, hanya kepada-Nya saja. Tidak kepada yang lain. Atau tidak menduakan Allah dengan yang lain.

Saudaraku, Rasulullah SAW banyak mengingatkan kita, maukah kita mendengarnya? Jika kita mengaku beriman kepada Rasulullah, sebagai salah satu dari 6 pilar keimanankan kita, lalu pantaskah kita mengabaikan himbauannya? Dalam kaitan dengan dosa-dosa kita sekali lagi beliau bersabda:

Punggung-punggungmu berat karena beban (dosa)mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu!”

Perpanjang sujudmu dengan doa-doa taubat. Bermohon ampunan atas segala dosa-dosa kita. Kini saatnya. Maka tidaklah mungkin kita berpuasa Ramadhan dalam keadaan meninggalkan shalat. Banyak diantara umat Islam mampu melaksakan penuh sebulan berpuasa Ramadhan. Tetapi tetap tidak melaksanakan shalat fardhu lima waktu setiap hari. Salah paham, bahwa Allah akan mengampuni dosa-dosanya jika telah melaksanakan puasa sebulan di bulan Ramadhan. Tetapi tidak melaksanakan syarat-syarat lainnya. Terutama shalat lima waktu.

Perpanjang sujudmu. Mohonkan ampunan-Nya. Lalu kalau kita tidak shalat, jangankan sujud panjang. Sujudpun tidak pernah. Tidakkah kita tersentuh dengan berita Rasulullah, ketika dia mengatakan kepada kita:

”Ketahuilah, Allah taala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya. Bahwa Dia tidak akan mengadzab orang-orang yang shalat dan sujud. Dan tidak akan Dia mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan Robbul alamin.”

Kalau kita tidak melaksanakan shalat meskipun berpuasa, tentu kita tidak termasuk dalam janji Allah ini.

Kamis, September 11, 2008

Rahasia III: Doa Diijabah Allah

Bukan hanya itu bahkan ”doa-doamu diijabah.” tambah beliau SAW. Maka pada bulan ini Rasulullah mengajarkan kepada kita agar kita bermohon kepada Allah dengan niat tulus dan hati yang suci. Bermohon akan bimbingannya untuk melaksanakan shaum dan membaca kitab-Nya.

Bayangkan jika Allah tidak mengabulkan doa-doa kita. Lalu kepada siapa lagi kita berdoa. Tiada Tuhan lainpun yang mampu mengabulkan doa-doa kita. Jangankan mengabulkan doa-doa, memenuhi seluruh hajatnya sendiri saja tuhan-tuhan itu tak mampu.

Maka sewajarnyalah kita memohon hanya kepada-Nya. Dan Allah telah berjanji akan mengabulkannya. Terutama dibulan suci ini. Panjatkan semua doamu. Buat daftar doa dan harapanmu. Panjatkan setiap hari selama bulan Ramadan. Sampaikan setiap selesai salat malam. Lantunkan setiap selesai shalat fardhu. Dzikirkan kalimah thayibah dari jam ke jam.

Berdoalah agar diberi kemudahan dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadan ini.

Berdoalah agar Ramadhan tahun ini lebih baik daripada Ramadhan tahun-tahun sebelumnya.

Berdoalah agar diberi kekuatan melawan hawa nafsu. Sehingga Ramadhan tahun ini lebih berkualitas.

Berdoalah agar diberi kesabaran. Sabar dalam beribadah. Sabar dalam menahan diri dari kemaksiatan. Sabar dalam mengahadapi musibah.

Berdoalah agar dibukakan pintu rizki yang halal.

Berdoalah agar diberikan rizki yang berkah dan luas.

Berdoalah agar diberikan kekayaan yang halal dan dijauhkan dari yang haram.

Berdoalah agar dianugerahi keluarga sakinah. Keluarga yang menentramkan hati. Karena di dalamnya dihiasi penuh dengan kasih sayang. Kasih sayang antara suami dengan istri. Kasih sayang antara orang tua dengan anak. Kasih sayang antara kakak dengan adik.

Berdoalah agar dikaruniai anak-anak yang menyenangkan mata kita memandangnya. Qurrota a’yun. Prestasinya menggembirakan. Akhlak dan tingkah lakunya membanggakan. Sopan santunnya menjadi nasihat. Kesalehannya menjadi aset masa depan.

Berdoalah agar Ayah Ibu kita diampuni dosa-dosanya. Diguyur kasih sayang Allah. Karena mereka tanpa pamrih telah mencurahkan kasih sayangnya kepada kita tiada henti. Sejak kita bayi tak tahu apa-apa, sampai kita dewasa tak tahu berterima kasihpun.

Berdoalah agar Ayah Ibu kita selalu dibimbing-Nya. Di usia lanjut mereka, Allah selalu menjaganya dari perbuatan maksiyat. Tiada hari kecuali menambah pahala dan pahala. Bekal bagi akhirat mereka.

Berdoalah bangsa dan negeri kita segera sadar dan bangkit dari kesalahan dan berbagai keterpurukannya.

Berdoalah agar negara Indonesia segera mendapat pemimpin yang soleh menjalankan perannya dengan SAFT (Siddiq, Amanah, Fathonah dan Tabligh).

Berdoalah kita akan dipimpin oleh presiden yang adil, jujur, bersih, sederhana di tengah rakyatnya yang masih sangat sederhana dan rindu dengan keadilan dan kejujuran ini.

Berdoalah agar kita dianugerahi Allah pemimpin yang tidak takut kepada siapapun kecuali kepada-Nya. Tidak takut dengan celaan para pencela, karena yakin dengan kebenaran Islam.

Berdoalah.... berdoalah...... berdoalah.

Amin... Aminn....

Tentu masih banyak doa lagi yang bisa kita susun dari sekarang. Manfaatkan. Panjatkan dalam Ramadhan yang sebentar lagi akan datang ini.

Rabu, September 10, 2008

Rahasia II: Amalan diterima Allah

Rahasia II:

Amalan Diterima Allah

Setiap beramal ada dua perasaan gundah yang kita rasakan. Demikian juga ketika berdoa kepada Allah. Ada perasaan takut jangan-jangan amalan kita ditolak. Atau harapan agar amalan kita diterima Allah. Jika ditolak, lalu apa yang bisa kita andalkan sebagai tabungan akhirat kita? Sebaliknya kita berharap setiap amal baik kita dicatat dan dibalasi dengan pahala. Dan kelak kita petik manfaatnya di hari penentuan di Padang Mahsyar.

Nah, bagaimana jika takut dan harap-harap cemas ini, lalu dijawab oleh Allah dengan kepastian bahwa di bulan ini, bulan Ramadhan ini, ”amal-amalmu diterima.” kata Rasulullah.

Rasulullahpun mengajarkan bagaimana agar amal-amal kita diterima. Yaitu dengan banyak istighfar. Mungkin di antara kita ada yang selama ini beramal dengan kesombongan dan keangkuhan. Merasa bisa mengerjakan pekerjaan besar berkat ilmunya semata. Akal dan kepintarannya sajalah yang membuat semua tugas kantor bisa diselesaikan dengan baik. Pangkat dan promosi jabatan, semata-mata karena kehebatannya. Maka amal-amal ini cukup hanya sampai di dunia saja. Tergadai. Tak sampai ke arasy Allah. Tak bermakna apa-apa bagi kehidupan akhirat kita. Maka, camkan pesan Rasulullah:

”Wahai manusia! Sungguh diri kalian tergadai karena amal-amal kalian. Maka bebaskan dengan istighfar.”

Jumat, September 05, 2008

Rahasia Kenapa Harus Merindukan Ramadhan

Dari Abu Hurairah r.a,

bahwa Nabi SAW bersabda:

Shalat yang lima waktu,

Jum’at ke Jum’at, dan Ramadhan ke Ramadhan berikutnya

menghapuskan kesalahan-kesalahan yang terdapat di antara masing-masing, selama kesalahan besar dijauhi.

(HR. Muslim)

Rahasia I:
Ramadhan adalah Bulan Paling Mulia

Kita sering mendengar bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang paling mulia. Banyak disebut sebagai bulan suci. Benar! Karena bulan Ramadhan adalah bulan yang hari-harinya adalah hari-hari yang utama. Malam-malamnya juga demikian. Malam yang utama. Jam demi jamnya sangat sayang kalau dilewatkan begitu saja. Kenapa demikian? Karena kata Rasulullah SAW, pada bulan ini nafas-nafas kita menjadi tasbih. Hitunglah berapa tarikan nafas yang kita lakukan setiap hari. Pasti, di antara kita tak ada yang pernah menghitungnya. Maka, marilah kita coba menghitungnya. Tidak usah seharian. Cukup satu jam saja. Lalu kalikan dengan 24, karena saat tertidurpun kita bernafas. Sebanyak itu kita bernafas, sebanyak itu pulalah tasbih kita kepada Allah.

Pernahkan kita bertasbih sebanyak itu setiap hari? Hampir pasti di antara kita tidak ada yang pernah melakukannya. Kalau toh ada, dengan kualitas apa adanya. Bahkan justru tidak berkualitas. Bertasbih seperti pelanggar lalu lintas kabur dikejar polisi. Sehingga tak jelas lafal ”SUBHANALLAH”. Yang terdengar hanya sepotong akhirannya saja. Lah... lah... lah.... Tanpa makna apa-apa.

Kini, setiap tarikan nafas menjadi tasbih.

Adakah tarikan nafas yang dilakukan secara serampangan? Tentu tidak. Allah memberikan perangkat alat pernafasan dengan sempurna, sehingga tarikan nafas kita selalu bermakna bagi kelangsungan hidup kita. Satu tarikan menghirup oksigen, dan satu tarikan lagi untuk membuang karbondioksida. Demikian berselang seling. Hirup oksigen, buang karbon dioksida. Tak pernah tertukar. Karena itu akan menimbulkan kematian. Lalu, Allah melalui Rasul-Nya mengatakan bahwa setiap tarikan nafas sempurna itu dinilai sebagai tasbih yang khusyuk sempurna. Tak terhitung jumlahnya. Tak bakal mampu kita menghitung-hitungnya. Maha Suci Allah...... atas segala kesempurnaan dan kemurahan-Nya.

Pantaslah kalau dengan demikian Allah melipat gandakan pahala amal-amal kita. Bahkan tidurpun mendulang pahala, apatah lagi jika kita memanfaatkannya untuk kegiatan produktif.

Renungkan nasihat indah dan memotivasi ini:

”Pada setiap hari di hadapanmu ada saat istimewa.
Di pagi hari, di sore hari serta di saat sahur.
Di waktu-waktu itu jiwamu yang bersih meninggi ke langit.
Dan engkaupun bakal mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat.
Di hadapanmu juga ada musim-musim ketaatan. Hari-hari untuk ibadah.
Malam-malam untuk taqarraub yang telah diajarkan oleh kitab sucimu, juga Rasulmu yang mulia.
Maka jadilah engkau diwaktu-waktu mulia itu menjadi orang yang banyak berdzikir. Bukan orang yang banyak lalai.
Jadilah orang yang banyak beramal, bukan orang yang banyak malasnya.
Manfaatkan waktu, sungguh waktu itu bagaikan pedang.
Jangan menunda dan berjanji ”akan”,
karena tak ada yang lebih berbahaya daripada menunda-nunda.”
(Imam Hasan Al Banna)

Kamis, September 04, 2008

Enterpreneur Zuhud

Cak Eko, trima kasih atas do'anya untuk ayah saya. Cak Eko ini menurut saya adalah pengusaha sukses yang zuhud. Siapalah saya ini sehingga beliaupun mau menyapa saya. Saya juga gak tahu blog saya dicantumkan di sebuah buku orang lain. Tapi tegur sapanya menyemangati saya untuk terus mencari jalan kesuksesan itu.

Sebagai apresiasi terhadap kezuhudannya, saya kutip tulisannya dari blognya juragan bakso Malang Kota ini:

Alangkah Indahnya Mengikuti Kebiasaan Entrepreneur Sukses Yang Zuhud (Rendah Hati)

Kesuksesan merupakan dambaan, keinginan dan impian setiap manusia di dunia ini. Segala daya upaya akan dijalankan untuk meraih kesuksesan tersebut. Walau ukuran sukses bagi setiap orang berbeda-beda tapi pada intinya semua orang pasti ingin sukses.

Guru besar di Amerika David C. Mc Clelland yang mendalami perjalanan orang-orang sukses di dunia mengatakan bahwa mereka yang sukses adalah orang-orang yang tidak pernah berhenti mencoba, sekalipun harus dan sering mengalami kegagalan.

Bagi Anda yang ingin sukses, coba ikuti apa saja yang dilakukan oleh orang-orang sukses yang berupaya untuk Zuhud berikut ini :

1. Orang sukses yang Zuhud selalu percaya diri dan ingin memainkan peranan penting serta sesuatu demi kemaslahatan umat. Mereka tetap bekerja sesuai keterampilannya masing-masing dan menyadari bahwa keterampilan inti tersebut juga memberikan nilai pada keterampilan yang lain. Mereka sadar bahwa karya terbaik akan menghasilkan kompensasi/hasil yang baik pula.

2. Orang sukses yang Zuhud tidak takut mengambil risiko. Mereka berusaha untuk menggapai mimpinya dengan melakukan penghematan, membangun jaringan/komunitas dengan banyak orang serta lincah dalam mencoba sesuatu yang dianggap baru untuk mengikuti perkembangan trend.

3. Orang sukses yang Zuhud selalu menikmati apa yang dikerjakan. Mereka selalu melihat pekerjaan adalah sebuah hobi sekaligus kesenangan. Mereka juga memilih pekerjaan yang dapat membangkitkan semangat juang dalam menghadapi tantangan.

4. Orang sukses yang Zuhud tidak pernah berhenti belajar karena mereka menyadari bahwa ilmu pengetahuan tidak aka nada habisnya walau terus digali dan digali.

5. Orang sukses yang Zuhud tidak pernah berpandangan negative terhadap apa yang dilakukan/dikerjakan. Mereka mampu menyemangati diri sendiri untuk meraih kesuksesan, karena pada umumnya orang sukses punya cara tersendiri untuk memotivasi dirinya untuk terus dan terus berkarya.

6. Orang sukses yang Zuhud, tidak pernah setengah-setengah dalam melakukan pekerjaan dan mempunyai semangat luar biasa serta cerdik dalam memanfaatkan segenap waktu & kemampuannya dalam menggapai kesuksesan.

Salam Sukses Selalu
Cak Eko
www.cakeko.co.nr