Kamis, Juni 11, 2009

PANGGILAN ITU….

Panggilan itu dikumandangkan muadzin dari masjid dan surau pada waktu yang bersamaan. Lima kali sehari. Sepertinya Allah memberikan kita fasilitas jeda pada aktifitas kita sepanjang hari. Bahkan hari-hari kita pun dimulai dengan panggilan menghadap kepada-Nya. Subuh kita dibangunkan oleh panggilan-Nya. Seketika sejak bangun tidur, kita dipanggil oleh-Nya untuk menyembah-Nya sebelum memulai aktifitas kita.

Lalu dzuhur. Jeda diberikan kepada kita. Disamping untuk mengisi energi fisik, kita juga mengisi energi ruhiyah dengan shalat. Maka Allahpun memanggil kita melalui lisan para muadzin.

Ashar, setelah lelah bekerja kita perlu rehat. Maka sebaik-baik istirahat adalah shalat. Maka Allahpun sekali lagi memanggil kita.

Memasuki malam, Allah memanggil kita sekali lagi. Mungkin banyak kejahatan di gelapnya malam. Alangkah indahnya jika dimulai dengan kepasrahan shalat kepada-Nya. Yang dilanjutkan dengan shalat isya untuk menutup hari, jika kita hendak istirahat berselimut malam. Allahpun memanggil kita lagi.

O indahnya panggilan itu. Menjadikan kita rehat dalam keletihan mencari nafkah. Menjadikan kita kembali ke jalan-Nya dalam kesibukan kita yang mungkin kita sedikit-sedikit kepleset ke luar dari jalur keridhaan-Nya.

Jika saja kita penuhi panggilan itu, pasti keseimbangan perjalanan kita menuju ke keridhaan-Nya bisa saja kita peroleh. Betapa Allah sayang kepada kita. Allah melakukan ‘quality control’ untuk menjamin kita menjadi pribadi mukmin yang berkualitas. Dalam statistical quality control, ada upper line dan lower line untuk mengontrol kualitas produk di pabrik. Garis atas dan bawah adalah garis toleransi deviasi. Jika sudah melewati garis itu, produksi harus dihentikan. Mesin harus disetting ulang. Timbangan harus dicek kembali akurasinya.

Panggilan shalat lima kali sehari bagaikan perangkat Allah untuk mengontrol kualitas kita secara periodic. Agar kita menjadi pribadi mukmin yang terjamin mutunya. Saat-saat kita bersimpuh di masjid memenuhi panggilan-Nya adalah saat-saat adjusting dan kalibrasi perangkat-perangkat pendengaran, penglihatan dan hati yang kita miliki yang telah diinstal oleh Allah dalam diri kita, agar tak menyimpang dari standar kualitas yang ditetapkan Allah.

Jika barang pabrikan ‘pasrah’ saja dicek kualitasnya setiap saat, kita punya nafsu untuk menentang dicek secara periodic. Kadang-kadang ketika ada waktu kita mau datang memenuhi panggilan itu. Jika kita sibuk, kita mengabaikan panggilan itu. Jika demikian maka bisa jadi potensi penyimpangan terjadi. Deviasi kualitas akan terdeteksi secara terlambat. Setelah terjadi komplain –keluhan- dari konsumen kita, yaitu siapa saja yang berinteraksi dengan kita. Ketidakpuasan muncul setelah produk yang kualitasnya tidak konsisten beredar di masyarakat. Demikian pula dengan kita. Ketika kita tak konsisten dengan nilai-nilai kualitas yang ditetapkan Allah, maka jangan heran jika suatu saat muncul keluhan.

Dalam terminologi quality control produk yang menyimpang bisa di 'hold" untuk diamati penyimpangannya. Jika masih bisa diperbaiki segera diambil tindakan sebelum di release ke masyarakat. Jika serius penyimpangan di 'rejected" untuk di scrapped dan masuk keranjang sampah.


Panggilan Allah itu untuk kebaikan kita. Jangan sampai kita direject oleh masyarakat yang kemudian melemparkan kita ke dalam ruang-ruang inkubasi atau bahkan tempat sampah karena penyimpangan yang terjadi dari perbuatan tangan-tangan kita. Karena kita enggan memenuhi panggilannya.


Kalau kita menghendaki produk kita berkualitas dengan melakukan pengawasan kualitas yang ketat, kenapa kita tak mau menjadi produk Allah yang berkualitas dengan tunduk pasrah mematuhi perangkat quality control yang ditetapkan-Nya?


Cikarang Baru, 11 June 2009