Jumat, September 03, 2010

Ramadhan: Dirindukan Kedatangannya, Dicuekin Kepergiannya


Ketika Ramadhan datang umat Islam dari berbagai lapisan gembira menyambutnya. Itu jika dilihat dari antusiasme kita mendatangi masjid di hari-hari awal Ramadhan. Masjid yang luas terasa sempit. Mesjid yang sejuk jadi panas. Karena umat Islam tumplek bleg di Masjid. Tak jarang DKM menambah tenda di sayap kiri, kanan dan belakang masjid. Tikar tambahan dari wargapun dikumpulkan.


Ramadhan memang membawa magnet tersendiri. Seluruh kebaikan terkumpul di sini. Panggilan adzan menjadi panggilan paling menarik untuk dipenuhi. Dengan datang berbondong-bondong ke masjid. TV? Goodbye! Al Quran menjadi buku bacaan terfavorit. Koran....?? Sayonara!
Sehari, dua hari, sepekan dua pekan....
Lalu tiba-tiba pengunjung masjid mulai berguguran. Pembaca Al Quran mulai kecapekan. Seakan ada kebosanan dengan tamu Ramadhan yang tak kunjung pergi. Justru kita yang meninggalkan sang tamu.

Apalagi ketika anak-anak sekolah mulai libur. Karyawan mulai menerima THR. Ibu-ibu kembali sibuk di dapur dan mall untuk belanja keperluan lebaran. Sang Bapak juga absen dari masjid karena harus mengantar anak istri membeli keperluan mudik.

Kita meninggalkan tamu kita, justru pada saat sang tamu belum pergi. Bahkan saat sang tamu baru hadir separuh dari waktu yang disepakati. Seakan kita sudah capek menjamunya. Seakan kita sudah bosan dengan kehadirannya. Seakan sang tamu pantas untuk dibiarkan pergi saja.

Bosan... Capek.... Kangen ingin segera menjalani kehidupan seperti sebelum Ramadhan lagi.
TV... koran... majalah....
Sinetron... infotainment .... gosip...

Ooh.... sepertinya kita lupa bagaimana dulu kita menyambut kedatangannya.
Maka kini kita cuek saja dengan kepergiannya. Karena THR sudah di tangan. Karena tiket mudik sudah di tangan. Karena baju baru sudah ditangan....???

Terngiang tausiyah Ustadz, bagaimana para sahabat menginginkan seandainya saja semua bulan dalam setahun itu menjadi Ramadhan. Karena mereka merasakan kenikmatan Ramadhan dan bertaburannya kebaikan dan pahala di bulan ini.

Tidak kita merasakan hal yang sama???

Sabtu, Juni 26, 2010

They can kill everybody, but they can not kill Islam

Setelah Masuk Islam, Tali Fahima Diancam Dibunuh Oleh Yahudi

Tali Fahima, seorang perempuan Yahudi Israel yang mulanya dikenal sebagai seorang tentara, lalu menjadi pejuang kiri yang mengkritik kebijakan pemerintan negaranya, menjadi aktivis kemanusiaan, dan akhirnya menyatakan diri masuk Islam.

Namun masuk Islamnya itu tidak serta merta membuat kaum yang dilaknat Allah Yahudi menjadi rela akan keislamannya. Ancaman demi ancaman terpaksa Fakhima terima atas konsekuensi keIslamannya tersebut.

Fahima yang mengumumkan secara terbuka keislamannya dan diliput oleh banyak media internasional sontak membuat mata masyarakat dunia terbelalak. Terlebih lagi, sebelum masuk Islam, Fahima dikenal sebagai aktivis sayap kiri yang vokal mengecam berbagai kebijakan imperialis negerinya.

Dalam wawancaranya dengan kanal televisi Rusia berbahasa Arab Rusiya al-Yaum (24/6), Fahima menyatakan dirinya mendapat banyak ancaman pasca pernyataan keislamannya. Ancaman tersebut datang baik dari pemerintahan Israel atau dari golongan sayap konservatif Yahudi-Israel.

"Namun Alhamdulillah, Allah telah menggariskan suratan takdir untuk saya. Dan jika memang Ia akan menakdirkan saya mati syahid, maka saya berucap Alhamdulillah, hal itu lebih baik dari sesuatu apapun," kata Fahima.

Dalam kunjungannya ke Yerusalem beberapa hari lalu, Fahima mendapatkan ancaman dan serangan serius dari beberapa pihak konservatif Yahudi.

Fahima tercatat mulai memeluk Islam secara sembunyi-sembunyi sejak dua tahun silam di penjara Israel. Ia dijebloskan ke bui karena sikapnya yang vokal mengecam berbagai kebijakan pemerintahannya dan membela hak-hak rakyat Palestina.

Yang lebih mengejutkan lagi, salah satu inspirasi keislaman Fahima adalah sosok Syaikh Raid Shalah, yang juga salah satu tokoh terkemuka perjuangan Palestina saat ini. (rya/rt)

Selasa, Juni 22, 2010

Lowongan Beasiswa!

Banyak orang mencari beasiswa. Biar bisa terus sekolah. Agar bisa terus menambah ilmu, sebagai bekal hidup di dunia dan di akhirat.

Banyak yang mencari beasiswa. Tapi belum banyak yang mencari calon siswa untuk diberi beasiswa.

Anda termasuk yang mana? Yang mencari beasiswa atau yang mencari anak asuh untuk diberi beasiswa?
Kalau termasuk yang mencari beasiswa, jangan lanjutkan membaca tulisan ini. Karena Anda tak bakal menemukannya di sini.

Tulisan ini hanya untuk Anda yang mencari anak asuh untuk dibiayai sekolahnya. Tulisan ini untuk Anda yang ingin menjadikan tangan Anda di atas. Bukan di bawah. Bukankah tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah?

Ya, beberapa hari ini kami, saya dan istri, memberanikan diri menjadi CALO beasiswa. Namanya calo, berarti kami mencari beasiswa untuk orang lain.

Ceritanya kami telah mendapatkan 13 anak lulusan SMP yang ingin melanjutkan ke SMA tapi tak ada biaya. Alhamdulillah, istri diserahi tugas yayasan untuk mengepalai sebuah SMAIT di Cikarang. Muncul ide, bagaimana jika ke-13 anak ini ditampung di SMA-nya? Lho, kan SMA swasta mahal? Biayanya dari mana?

Tapi kalau banyak dipikir, niat baik ini gak bakalan jalan. Sementara anak-anak ini, kalau di sekolah lain belum tentu diterima. Kalau toh diterima belum tentu dapat beasiswa. Maka kami memberanikan diri memberi kesempatan anak-anak dhuafa ini bersekolah agar nanti sukses dalam kehidupannya di dunia dan di akhirat kelak.

Maka gerilya mendapatkan danapun dilakukan. Alhamdulillah, sudah ada jamaah masjid kantor yang menyanggupi mau menanggung SPP bulanannya. Sudah ada pula yang menanggung uang seragam dan bukunya. Uang gedung, pemilik Yayasan berbaik hati memberi diskon 50%.

Jadi kurang apa?
Ya, kurang uang gedung yang 50% sisanya, plus uang kegiatan bulanannya diluar SPP. Uang kegiatan ini dipakai untuk kegiatan ekstra kurikuler, biaya kegiatan outdoor, biaya laboratorium, penggandaan soal ulangan, biaya ulangan umum, biaya kenaikan sekolah, dan lain-lain.

Maka kami kelimpungan kemana-mana mencari sisanya yang cuma Rp 17 juta untuk ke-13 calon siswa itu. Dan uang kegiatan yang cuma Rp 75.000,- per bulan per anak.

Ya, terpaksa kami menjadi tangan di bawah mencari dana. Dana yang nilainya cuma sebesar uang masuk seorang anak ke sekolah Islam favorit. Tangan kami di bawah, mengetuk pintu hati Anda, agar Anda bersedia mengulurkan tangan Anda memberi beasiswa bagi ke-13 anak-anak yang secara finansial tidak mampu tapi memiliki semangat untuk terus sekolah.

Jadi, ...
Silakan isi lowongan ini: memberi beasiswa!
Anda bisa menjadi donatur tetap untuk membayarkan uang kegiatan bulanan yang Rp 75.000 itu. Boleh untuk 1 orang saja. Tentu saja boleh lebih. Boleh juga setengahnya. Karena kami yakin banyak yang berminat menjadi penyandang beasiswa ini.

Atau Anda menyumbang untuk membantu menutup uang yang Rp 17 juta,- itu. Sebagian kecil, setengah, sebagian besar, atau seluruhnya. :D

Atau kedua-duanya.

Kami menyiapkan tangan kami di bawah untuk memberi kesempatan Anda. Menjadikan tangan Anda di atas.

Insya Allah.

Melamar lowongan ini?

Bisa menghubungi:
Lembaga Bimbingan Belajar ibnuSina
Telp. (021) 898 32 140
Hp. 0878 821 883 55

Atau email ke al.asyhar@gmail.com

Atau langsung action dengan transfer donasi Anda?
Ini rekening kami:
Bank Syariah Mandiri
Rek. No.: 104 001 7693 a.n. Choirul Asyhar

Atau share note ini di wall Anda agar lebih banyak teman yang berkesempatan menjadi tangan di atas?
Tinggal klik "Share".

Sebelumnya saya ucapkan terima kasih dan jazakumullaha khoiron katsiro atas kebaikan Anda semua.
Pasti Allah akan membalas kebaikan Anda berlipat ganda, sesuai janji-Nya.

Salam kami,
Choirul Asyhar - Owner Lembaga Bimbingan Belajar ibnuSina
Dewindra Suwita Saleh - Kepala Sekolah SMAIT Al Ichwan.

Senin, Mei 31, 2010

15 Relawan yang Meninggal dari Turki


Dr. Hani Sulaiaman, Ketua Utusan dari Libanon ikut terluka dan Syeikh Raid Shalah menjalani operasi medis, disebabkan luka-luka yang beliau derita

Hidayatullah.com--Al Jazeera melansir, bahwa 15 relawan dari Turki yang ikut serta bersama “Armada Kebebasan” meninggal, disebabkan serangan brutal Israel terhadap kapal Mavi Marmara, yang memimpin perjalanan penyaluran bantuan untuk Gaza.

Disamping, itu Syeikh Raid Shalah, salah satu tokoh Islam Palestina, yang juga ikut menjadi korban kebrutalan serangan pasukan Israel kini dikabarkan menjalani operasi medis, setelah mengalami luka parah, disebabkan serangan tersebut.

Diketahui juga yang ikut terluka disebabkan serangan Israel adalah Dr. Hani Sulaiman, Ketua Utusan dari Libanon, yang bergabung dalam “Armada Kebebasan”. [tho/jzr/hidayatullah.com]

Delegasi Indonesia Sempat Nyanyikan Halo Halo Gaza

SIAPA SAJA 12 ORANG DELEGASI INDONESIA ITU?

Ada 12 warga Indonesia yang ikut bergabung di kapal Mavin Marmara, termasuk wartawan hidayatullah.com

Hidayatullah.com—Semenjak Israel melakukan penyerangan terhadap Armada “Freedom Flotilla” yang menyebabkan lebih dari 19 korban meninggal dan puluhan luka berat, masyarakat Indonesia bertanya-tanya siapa saja 12 orang asal Indonesia yang ikut dalam rombongan itu

Sebagaimana diketahui, rombongan 12 warga Indonesia ikut berangkat dari Turki menuju Gaza Palestina bersama sejumlah tokoh, pegiat HAM, relawan, dan LSM dari 50 negara.
Diantara rombongan Indonesia itu adalah LSM kemanusian Medical Emergency Rescue Committee (Mer-C), KISPA dan Sahabat Al Aqsha dan termasuk lima jurnalis yang di antaranya dari hidayatullah.com.
Rombongan kemanusiaan itu, sedianya membawa 10 ton bantuan untuk warga Gaza, termasuk semen dan bahan bangunan guna membangun kembali kota Gaza yang diblokade Israel. Bertolak belakang dengan tuduhan Israel yang menuduh rombongan membawa senjata tajam.
Halo Halo Gaza
Sehari sebelum menu Gaza, berlangsung panggung kebudayaan di atas Mavi Marmara kapal utama kafilah kemanusiaan Freedom Flotilla (Armada Kebebasan). Delegasi Indonesia bahkan ikut menampilkan aksi kebudayaan dengan menggubah mars perjuangan Halo-halo Bandung menjadiHalo-halo Gaza.
Dzikrullah, koordinator “tim nasyid” Indonesia menjelaskan kepada para hadirin, mars ini sangat terkenal di masa perang kemerdekaan Indonesia. Di antara yang hadir adalah ulama dan anggota-anggota parlemen dari 12 negara, serta peserta kafilah dari 50 negara.
“(Mars) ini bercerita tentang Bandung, yang dulu merupakan kota Jihad, tapi malam ini kita ganti Bandung menjadi Gaza. Mudah-mudahan rakyat Indonesia tidak keberatan. Kami juga akan menyanyikannya dalam bahasa Turki,” ujar Dzikrullah disambut riuh-rendah ratusan penonton yang kebanyakan orang Turki.
Turut mendampingi Dzikrullah menyanyikan mars tersebut, Ust. Ferry Nur dari KISPA dan dr. Arief Rachman dari MER-C. Para penonton juga larut dan mengiringi pertunjukan dengan tepuk-tepukan tangan sesuai dengan tempo mars yang cepat dan semangat.[cha/hidayatullah.com]
Berikut nama rombongan asal Indonesia;
Dari Mer-C:

1. Nur Fitri Moeslim Taher (Ketua Tim)
2. dr Arief Rachman
3. Abdillah Onim
4. Nur Ikhwan Abadi
5. Muhammad Yasin (Jurnalis TV One)
Dari Kispa:
1. H Ferry Nur (Ketua Kispa)
2. Muhendri Muchtar (Wakil Ketua Kispa)
3. Okvianto Baharudin
4. Hardjito Warno
Dari Sahabat Al Aqsha & Hidayatullah:
1. Dzikrullah Pramudya
2. Surya Fahrizal
3. Santi Soekanto

Israel Menyerang Kapal Kemanusiaan Mavi Marmara


Kapal ini berpenumpang 700 sukarelawan dari 50 negara di dunia. Mereka adalah orang sipil yang merupakan aktivis kemanusian. Mereka sudah sebal dengan kebiadapan Israel yang telah 2 tahun memblokade Gaza. Mereka membawa ribuan ton bantuan kemanusiaan mulai dari makanan, obat-obatan sampai bahan bangunan untuk membangun kembali sebagian rumah warga Gaza yang porak poranda dari hantaman peluru dan rudal Israel.

Indonesia sendiri mengirimkan relawan dari berbagai lembaga kemanusiaan seperti MER-C, Kispa, Sahabat Al Aqsha dan Hidayatullah. Indonesia akan membangun Rumah Sakit Indonesia di Gaza.

Semoga Allah membuka jalan sampai ke Gaza. Atau syahid menuju Surga-Nya. Amiin Ya Rabb.

Rabu, April 28, 2010

Kalau L/C jadi Dokumen Politik

Kasus L/C ”fiktif” banyak dihembus-hembuskan polisi, politikus, media berita dan lain-lain. Tidak ada penjelasan yang lengkap apa bagaimana L/C fiktif itu. Hal ini membawa ingatan saya saat pertama kali belajar L/C lebih dari 15 tahun yang lalu. Dikatakan dalam buku, bahwa L/C (singkatan dari Letter of Credit) adalah suatu jaminan pembayaran dari bank dalam perdagangan luar negeri. Atau perdagangan ekspor impor.

Dalam perdagangan tanpa L/C, pembeli langsung membayar kepada penjual. Jadi harus ada kepercayaan satu sama lain. Misalnya Anda akan membeli barang dari penjual di luar negeri. Kalau penjual percaya kepada Anda, maka dia akan kirim barang meskipun Anda belum bayar. Tetapi jika dia tidak percaya, dia akan minta Anda bayar dulu baru barang dikirim. Kini giliran Anda yang khawatir: ”Kalau saya bayar ternyata barang gak dikirim gimana, dong?” Maka jika tidak ada yang mau mengalah, dua-duanya ragu maka transaksi jual beli tak akan terjadi.

Karena itu bank menjembatani dengan menerbitkan L/C. Jadi Anda cukup memohon kepada banker Anda untuk membukakan L/C untuk Anda. Isinya kurang lebih: Anda akan membeli barang tertentu sekian unit dengan harga sekian kepada penjual Anu dengan alamat lengkap. Tak hanya itu disitu tercantum pengiriman dengan kapal atau pesawat terbang, tanggal berapa terakhir harus dikirim. Boleh dikirim parsial atau harus sekaligus dalam satu pengiriman. Yang terakhir Anda mencantumkan tanggal kadaluarsa L/C tersebut. Artinya jika melewati tanggal tersebut L/C sudah tak berlaku lagi. Jadi jika penjual tidak mengirim barang pada tanggal yang ditentukan, atau membiarkan L/C sampai kadaluarsa, berarti transaksi tak terjadi.

Setelah banker Anda menerbitkan L/C maka banker Anda menyampaikan L/C ini ke bank korespondensinya di negara asal penjual di luar negeri. Biasanya bank korespondensi ini adalah bankernya si penjual. Lalu bank di luar negeri ini akan menyampaikan kepada si penjual. Begitu menerima L/C ini maka penjual menyiapkan pengiriman barang.

Setelah barang dikirim, penjual akan menyetorkan dokumen-dokumen bukti pengiriman barang kepada bankernya di negaranya. Dokumen itu adalah Bill of Lading yang dikeluarkan oleh perusahaan pelayaran penerima titipan barang penjual. Atau Airway bill jika penjual mengirimkan melalui pesawat terbang. Selain dokumen itu biasanya ada dokumen Invoice yang berisi nilai barang, Packing List yang berisi kemasan barang, serta dokumen-dokumen lain yang diminta dalam L/C. Sebagai pembeli, Anda biasanya mencantumkan syarat selain tiga dokumen itu, juga dokumen-dokumen lain yang biasanya disyaratkan oleh negara kita. Misalnya untuk produk makanan, ada dokumen Phitosanitary Certificate, Country of Origin, sertifikat fumigasi dan lain-lain.

Sepanjang dokumen yang diminta di dalam L/C itu lengkap, maka banker si penjual di luar negeri akan membayar nilai barang itu kepada penjual atau pengirim barang. Lalu banker si penjual akan menagih pembayaran kepada banker Anda di Indonesia. Dan pada gilirannya Anda akan ditagih membayar oleh banker Anda.

Sampai disini kita akan paham bahwa L/C adalah dokumen bisnis yang dikeluarkan oleh bank. Kalau ada yang fiktif siapa yang diuntungkan?

Sampai saat ini saya belum menemukan penjelasan bagaimana L/C itu bisa disebut fiktif. Maka saya bertanya-tanya apa untungnya importir ”membuat” L/C fiktif, kan dia yang beli. Kalau dia beli barang yang tak pernah ada, berarti dia akan ditagih pembayaran oleh bankernya. Apa untungnya?

Kata Bea Cukai, impor barang itu tak pernah ada. Kalau demikian berarti bank tidak membayar apapun kepada pengirim barang. Jadi siapa yang dirugikan?

Saya ingat beberapa kali saya menerima L/C dari pembeli di luar negeri, tapi karena produksi sedang jatuh, kami tidak bisa memenuhi order yang diminta di L/C. Akhirnya kami hanya gigit jari karena melewatkan peluang ini. Pembelipun akhirnya maklum dan memutuskan untuk membeli ke produsen lain. Kalau pembeli tetap ngotot mau beli dari kami, dia tinggal minta banker nya untuk mengamandemen tanggalnya. Atau mengeluarkan L/C baru. Gitu aja....

Jadi sepuluh tahun lebih berkecimpung dengan L/C, kami tidak pernah dipersoalkan jika akhirnya transaksi tak terjadi. Tidak jadi ekspor bukan berarti L/C yang saya terima fiktif.

Kalau ada yang dirugikan itu adalah pembeli, yang sudah capek menunggu barang. Dan penjual sendiri yang tidak jadi dapat untung karena tak jadi menjual barangnya. Ini namanya opportunity loss. Tapi ini wajar saja. Karena L/C memang murni dokumen bisnis.

Kalau L/C sudah jadi dokumen politik muncullah hal-hal yang aneh-aneh.

Ada yang bisa menambah informasi? Sehingga saya jadi paham kenapa gonjang-ganjing ini terjadi?

Cikarang Baru, 12 Jumadil Ula/ 27 April 2010

Minggu, Januari 03, 2010

Alhamdulillah Allah Mengendalikan Mobilku

Menyaksikan foto ban mobil seperti ini terpasang di mobil yang berjalan dengan kecepatan 100 km/jam. Apakah yang terpikirkan oleh Anda?

Di jalan tol Jagorawi, aku melaju dengan kecepatan rata-rata 100 km/jam.

Menuju Mega Mendung, aku membawa anak istriku dan keluarga iparku. Semuanya ada 11 jiwa termasuk aku. Jalanan lancar Alhamdulillah. Aku perkirakan dengan kondisi seperti ini, jam sembilan atau sepuluh aku sudah akan sampai di tujuan. Insya Allah.

Tiba di KM 19 sebuah bis melaju di kiri mobilku. Biasanya kalau bis atau truk melaju di sebelah mobil kecil, pasti kita merasa mobil kita goyang karena bis yang besar itu membelah angin. Dan anginnya tersibak menggoyang mobil-mobil kecil di kiri kanannya.

Ini pula yang kurasakan saat ini. Tapi goyangan mobilku tak seperti biasa. Setelah bis melaju menyalip mobilku, mobilku seperti terbanting ke kiri. Aku mencoba mengendalikannya dengan mengarahkan setir mobilku kembali ke kanan. Tapi mobil kembali mengarah ke kiri.

“Bannya kempes ‘kali?” Tanya iparku yang duduk di sebelahku. Aku mengiyakan, dan berusaha tenang mengarahkan mobilku ke kiri ke bahu jalan tol. Terbayang ban kiri belakang mobil kempes dan sedikit sobek karena kecepatan tinggi.

Begitu mobil berhenti, semua penumpang turun. Istriku langsung berkata keras.

“Ayah, bannya sobek!” Aku yang terakhir turun membayangkan ban sobek seperti biasa yang pernah saya saksikan.

Begitu melihat langsung, “Masya Allah.” kataku dalam hati. Apa yang terjadi sampai ban mobilku bisa pecah berkeping-keping seperti ini? Tapi aku tak mau berlama-lama memikirkan apa mengapa seperti ini. Langsung aku mengambil dongkrak dan menggantinya dengan ban serep. Ternyata ban serepnya kempes pula. Maka aku harus keluar pintu tol terdekat di KM 23. Cari pompa angin dan ban baru untuk persediaan.

Oh, ini tahun baru masehi, banyak toko dan bengkel tutup. Maka aku cuma mengisi angin saja. Lalu kembali ke KM 20 menjemput anak istri dan keluarga iparku yang menunggu di rerumputan di pinggir jalan tol.

Sekitar satu jam, kami menyelesaikan urusan ini. Dalam perjalanan menuju Puncak, aku hanya berjalan 80 Km per jam, sebelum akhirnya macet sekeluar dari tol Ciawi.

Sepanjang jalan aku berusaha menenangkan diri. Suara merdu Sheikh Abdurahman Sudais melantunkan Juz 30 di dalam mobil sangat membantu memberi suasana tenang, teduh dan pasrah.

Terbayang, demikianlah kalau Allah berkehendak. Tak hanya waktu yang kupatok yang meleset karena kehendak Allah. Tapi juga Allah masih berkehendak kami sehat wal afiat semuanya. Allah masih berkehendak, nyawa-nyawa kami masih bersemayam dalam raga kami. Sambil mendengar kaset murottal Sheikh Sudais oleh-oleh haji adikku, aku bersyukur dan beristighfar.

Bersyukur karena Allah masih berkenan menyentil kami dengan kejadian ini. Ini pertanda Allah menyayangi kami. Setelah ini kami harus meningkatkan intensitas muhasabah atas aktifitas kami selama ini. Kami harus memelihara segala anugerah-Nya dengan mensyukurinya.

Teringat doa sebelum berangkat yang kami –aku, istri, dan anak-anakku- lantunkan sesaat ketika mobil mulai melaju di depan rumah.

“Subhanalladzi sakhkhara lana hadza, wa ma kunna lahu muqrinin. Wa inna ilaa rabbina lamun qalibun.”

"Maha Suci Allah yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya" (QS. Az Zukhruf: 13)

Maha suci Allah yang telah mengendalikan kendaraan ini. Ini doa kami. Dan Allah telah menjawabnya. Alhamdulillah. Tanpa pertolongannya entah apa yang terjadi. Tak mampu kami membayangkannya.

Aku juga beristighfar. Kejadian ini pasti teguran atas kesalahan-kesalahan kami selama ini. Tak ada kejadian yang patut disyukuri melebihi teguran kasih sayang Allah kepada kita. Tanpa teguran-teguran-Nya mungkin kita termasuk orang yang dibiarkan Allah dalam kesesatan yang bertambah-tambah sesat jalannya karena kemaksiatan yang kita lakukan. Betapa banyak Allah telah memberikan anugrah kenikmatan hidup kepada kita, tapi justru kita membalasnya dengan kemasiatan dan dosa.

Alhamdulillah. Astagfrullah.

Subhanaka Allahumma wa bihamdika Allahummaghfirlii….

Maha Suci Allah, dengan memujimu ya Allah ampunilah aku.

Mega Mendung, 15 Muharram 1431/1 Januari 2010.