Selasa, September 16, 2008

Puasa Pertama

Jam baru menunjukkan pukul 9 pagi. Tak seperti biasanya, Adnan sudah ada ditempat tidur. Biasanya jam segini Adnan asyik bermain boneka tokoh-tokoh kartun jepang. Kecuali kalau sekolah tidak libur.

Tapi, jam segini sekarang Adnan sudah dikelonin oleh Ibunya. Ditemani kakaknya, Athaya. Terdengar ibunya bercerita. Persis seperti cerita sebelum tidur malam. Sejenak Adnan terhanyut dalam alur cerita. Ya, sejenak saja. Lalu terdengar teriakan dari mulut mungilnya,

”Tapi, aku mau susu....., aku mau susu.....”
”Iya, .... tiba-tiba laut terbelah. Karena Nabi Musa memukulkan tongkatnya.” jawab Ibu.
”Emang bisa, Bu. Masak laut terbelah.” tanya Adnan.
”Iya,... karena atas pertolongan Allah.” jelas Ibu.
”Kayak buah semangka. Bisa dibelah.... ” Ada nada penasaran di suara Adnan.
”Iya... Bu?” lanjutnya.
”Ya, iyalah.... masak ya iya dong...” ledek kakaknya.
”Emang tongkat bisa tajam kayak pisau...?” tanya Adnan lagi.

Ibunya pun menangkap imajinasi Adnan. Laut terbelah, dibayangkan buah semangka terbelah. Tongkat dibayangkan tajam seperti pisau. Ibu tersenyum.
”Nggak gitu, Dik...” Athaya mau menjelaskan.
”Laut terbelah itu, air lautnya minggir ke kiri dan kanan.” jelas Athaya.
Adnan matanya menerawang ke langit-langit kamar. Dingin AC makin menggigit tulang. Adnan menarik selimut-nya.
”Emang tongkat Nabi Musa kayak pisau....” dia masih penasaran.
”Nggak gitu, Dik. Nabi Musa disuruh Allah memukulkan tongkatnya di pantai. Dia juga gak tahu kalau air laut tiba-tiba membelah.” jawab Athaya. Athaya memang sudah kelas tiga SD. Jadi sudah tahu cerita tongkat Nabi Musa ini. Sedangkan Adnan masih TK A. Baru dua bulan ini masuk sekolah.

Ibu tersenyum saja. Diam-diam mensyukuri kepiawaian Athaya membantunya menjelaskan ceritanya menjadi lebih gamblang.
”Lalu, setelah laut terbuka, Nabi Musa ngapain?” tanya Adnan.
”Nabi Musa dan rakyatnya melewatinya.
Turun ke laut berjalan menyeberanginya. Jadi tidak usah berenang. Cukup jalan kaki saja.” kata Ibu.
”Jauh nggak, Bu....” tanya Adnan lagi.
”Ya, jauh.....”
”Terus tentara Firaun mengejar nggak?”
”Iya, Dik...”
”Nabi Musa sama teman-temannya lari dong....” tanya Adnan.
”Lha, iyalah....”
”Ketangkep nggak?”
”Nggak, ....”
”Haus nggak, lari-lari terus....”
”Ya, iya lah...” jawab Athaya.
”Aku juga haus........ Ibu, aku mau susu.... aku mau minum susu....!”
Wah.... gawat, kok ceritanya jadi kesini. Ibu membelokkan pembicaraan.

”Dik, tahu nggak, tentara Firaun ditenggelamkan oleh Allah. Mereka tenggelam, karena air lautnya menutup lagi.”
”Nabi Musa dan teman-temannya sudah sampai seberang, Dik.” tambah Athaya.
”.... Tapi aku mau minum dulu.....” jawab Adnan.

Ibu terus menghibur Adnan. Terus bercerita, sampai Adnan lupa sama susunya. Lalu tertidur pulas dibawah selimut hangatnya. Demikian juga dengan Athaya.

Ibu bangun dari tempat tidur. Keluar kamar lalu membaca Al Quran.

Hari ini adalah hari pertama bulan Ramadhan. Bagi Athaya Ramadhan ini adalah puasa Ramadhan nya yang ke empat kali. Tapi bagi Adnan ini adalah puasa pertamanya. Ibu bertekat bulat, akan mengajari Adnan puasa sampai maghrib hari ini. Seperti ketiga kakaknya sebelumnya, mereka semua juga mulai puasa Ramadhan ketika masuk TK A.

Pada hari pertama sampai keempat atau kelima, anak-anak pasti rewel. Yang paling berat adalah menahan haus. Kali ini, bagi Adnan yang paling berat adalah pisah dari susu sebelum tidur. Karena ia memang doyan susu.

Adzan berkumandang dari Masjid dekat rumah. Tanda waktu dhuhur tiba. Athaya terbangun. Athaya mulai kehausan. Dia langsung mencuci muka.
”Sekalian wudhu, Athaya!” perintah Ibu.
”Iya, Bu....”

Ibu pun mengambil air wudhu. Lalu mereka berdua shalat dhuhur berjamaah. Selepas shalat, Ibu menengok Adnan yang masih tidur pulas. (rencananya ada sambungannya...)

Tidak ada komentar: