Minggu, September 21, 2008

BOCAH MISTERIUS!

Bocah itu menjadi pembicaraan dikampung Ketapang. Sudah tiga hari ini ia
mondar-mandir keliling kampung. Ia menggoda anak-anak sebayanya, menggoda
anak-anak remaja diatasnya, dan bahkan orang-orang tua. Hal ini bagi orang
kampung sungguh menyebalkan.

Yah, bagaimana tidak menyebalkan, anak
itu menggoda dengan berjalan kesana kemari sambil tangan kanannya memegang
roti isi daging yang tampak coklat menyala. Sementara tangan kirinya memegang
es kelapa, lengkap dengan tetesan air dan butiran-butiran es yang melekat
diplastik es tersebut.

Pemandangan tersebut menjadi hal biasa
bila orang-orang kampung melihatnya bukan pada bulan puasa! Tapi ini justru
terjadi ditengah hari pada bulan puasa! Bulan ketika banyak orang sedang
menahan lapar dan haus. Es kelapa dan roti isi daging tentu saja menggoda
orang yang melihatnya.

Pemandangan itu semakin bertambah tidak
biasa, karena kebetulan selama tiga hari semenjak bocah itu ada, matahari
dikampung itu lebih terik dari biasanya.
Luqman mendapat laporan dari orang-orang
kampong mengenai bocah itu. Mereka tidak berani melarang bocah kecil itu
menyodor-nyodorkan dan memperagakan bagaimana dengan nikmatnya ia mencicipi
es kelapa dan roti isi daging tersebut.

Pernah ada yang melarangnya, tapi orang
itu kemudian dibuat mundur ketakutan sekaligus keheranan. Setiap dilarang,
bocah itu akan mendengus dan matanya akan memberikan kilatan yang menyeramkan.
Membuat mundur semua orang yang akan melarangnya.

************ ********* **

Luqman memutuskan akan menunggu kehadiran bocah itu. Kata orang kampung,
belakangan ini, setiap bakda zuhur, anak itu akan muncul secara misterius.
Bocah itu akan muncul dengan pakaian lusuh yang sama dengan hari-hari kemarin
dan akan muncul pula dengan es kelapa dan roti isi daging yang sama juga!

Tidak lama Luqman menunggu, bocah itu
datang lagi. Benar, ia menari-nari dengan menyeruput es kelapa itu. Tingkah
bocah itu jelas membuat orang lain menelan ludah, tanda ingin meminum es
itu juga. Luqman pun lalu menegurnya.. Cuma,ya itu tadi, bukannya takut,
bocah itu malah mendelik hebat dan melotot, seakan-akan matanya akan keluar.

"Bismillah.. ." ucap Luqman
dengan kembali mencengkeram lengan bocah itu. Ia kuatkan mentalnya. Ia
berpikir,kalau memang bocah itu bocah jadi-jadian, ia akan korek keterangan
apa maksud semua ini. Kalau memang bocah itu "bocah beneran"
pun, ia juga akan cari keterangan, siapa dan dari mana sesungguhnya bocah
itu. Mendengar ucapan bismillah itu, bocah tadi mendadak menuruti tarikan
tangan Luqman. Luqman pun menyentak tanggannya, menyeret dengan halus bocah
itu, dan membawanya ke rumah.

Gerakan Luqman diikuti dengan tatapan
penuh tanda tanya dari orang-orang yang melihatnya. "Ada apa Tuan
melarang saya meminum es kelapa dan menyantap roti isi daging ini? Bukankah
ini kepunyaan saya?" tanya bocah itu sesampainya di rumah Luqman,
seakan-akan tahu bahwa Luqman akan bertanya tentang kelakuannya. Matanya
masih lekat menatap tajam pada Luqman.

"Maaf ya, itu karena kamu melakukannya
dibulan puasa," jawab Luqman dengan halus,"apalagi kamu tahu,
bukankah seharusnya kamu juga berpuasa? Kamu bukannya ikut menahan lapar
dan haus, tapi malah menggoda orang dengan tingkahmu
itu.."

Sebenarnya Luqman masih akan mengeluarkan
uneg-unegnya, mengomeli anak itu. Tapi mendadak bocah itu berdiri sebelum
Luqman selesai. Ia menatap Luqman lebih tajam lagi. "Itu kan yang
kalian lakukan juga kepada kami semua! Bukankah kalian yang lebih sering
melakukan hal ini ketimbang saya..?! Kalian selalu mempertontonkan kemewahan
ketika kami hidup dibawah garis kemiskinan pada sebelas bulan diluar bulan
puasa?

Bukankah kalian yang lebih sering melupakan
kami yang kelaparan, dengan menimbun harta sebanyak-banyaknya dan melupakan
kami? Bukankah kalian juga yang selalu tertawa dan melupakan kami yang
sedang menangis? Bukankah kalian yang selalu berobat mahal bila sedikit
saja sakit menyerang, sementara kalian mendiamkan kami yang mengeluh kesakitan
hingga kematian menjemput ajal..?! Bukankah juga di bulan puasa ini hanya
pergeseran waktu saja bagi kalian untuk menahan lapar dan haus? Ketika
bedug maghrib bertalu, ketika azan maghrib terdengar, kalian kembali pada
kerakusan kalian...!?"

Bocah itu terus saja berbicara tanpa
memberi kesempatan pada Luqman untuk menyela. Tiba-tiba suara bocah itu
berubah. Kalau tadinya ia berkata begitu tegas dan terdengar "sangat"
menusuk, kini ia bersuara lirih, mengiba. "Ketahuilah Tuan.., kami
ini berpuasa tanpa ujung, kami senantiasa berpuasa meski bukan waktunya
bulan puasa, lantaran memang tak ada makanan yang bisa kami makan. Sementara
Tuan hanya berpuasa sepanjang siang saja.

Dan ketahuilah juga, justru Tuan dan
orang-orang di sekeliling Tuan lah yang menyakiti perasaan kami dengan
berpakaian yang luar biasa mewahnya, lalu kalian sebut itu menyambut Ramadhan
dan 'Idul Fithri? Bukankah kalian juga yang selalu berlebihan dalam mempersiapkan
makanan yang luar biasa bervariasi banyaknya, segala rupa ada, lantas kalian
menyebutnya dengan istilah menyambut Ramadhan dan 'Idul Fithri?

Tuan.., sebelas bulan kalian semua
tertawa di saat kami menangis, bahkan pada bulan Ramadhan pun hanya ada
kepedulian yang seadanya pula. Tuan.., kalianlah yang melupakan kami, kalianlah
yang menggoda kami, dua belas bulan tanpa terkecuali termasuk di bulan
ramadhan ini. Apa yang telah saya lakukan adalah yang kalian lakukan juga
terhadap orang-orang kecil seperti kami...!

Tuan.., sadarkah Tuan akan ketidak
abadian harta? Lalu kenapakah kalian masih saja mendekap harta secara berlebih?
Tuan.., sadarkah apa yang terjadi bila Tuan dan orang-orang sekeliling
Tuan tertawa sepanjang masa dan melupakan kami yang semestinya diingat?

Bahkan, berlebihannya Tuan dan orang-orang
di sekeliling Tuan bukan hanya pada penggunaan harta, tapi juga pada dosa
dan maksiat.. Tahukah Tuan akan adanya azab Tuhan yang akan menimpa? Tuan..,
jangan merasa aman lantaran kaki masih menginjak bumi. Tuan..., jangan
merasa perut kan tetap kenyang lantaran masih tersimpan pangan 'tuk setahun,
jangan pernah merasa matahari tidak akan pernah menyatu dengan bumi kelak...."

************ ********* *

Wuahh..., entahlah apa yang ada di
kepala dan hati Luqman. Kalimat demi kalimat meluncur deras dari mulut
bocah kecil itu tanpa bisa dihentikan. Dan hebatnya, semua yang disampaikan
bocah tersebut adalah benar adanya! Hal ini menambah keyakinan Luqman,
bahwa bocah ini bukanlah bocah sembarangan. Setelah berkata pedas dan tajam
seperti itu, bocah itu pergi begitu saja meninggalkan Luqman yang dibuatnya
terbengong-bengong.

Di kejauhan, Luqman melihat bocah itu
menghilang bak ditelan bumi. Begitu sadar, Luqman berlari mengejar ke luar
rumah hingga ke tepian jalan raya kampung Ketapang. Ia edarkan pandangan
ke seluruh sudut yang bisa dilihatnya, tapi ia tidak menemukan bocah itu.
Ditengah deru nafasnya yang memburu, ia tanya semua orang di ujung jalan,
tapi semuanya menggeleng bingung. Bahkan, orang-orang yang menunggu penasaran
didepan rumahnya pun mengaku tidak melihat bocah itu keluar dari rumah
Luqman!

Bocah itu benar-benar misterius! Dan
sekarang ia malah menghilang! Luqman tidak mau main-main. Segera ia putar
langkah, balik ke rumah. Ia ambil sajadah, sujud dan bersyukur. Meski peristiwa
tadi irrasional, tidak masuk akal, tapi ia mau meyakini bagian yang masuk
akal saja. Bahwa memang betul adanya apa yang dikatakan bocah misterius
tadi.

Tidak ada komentar: