Sabtu, September 27, 2008

Malam Seribu Bulan

Ada sebuah malam yang sangat besar nilainya di dalam bulan Ramadhan. Yaitu Lailatul Qadar. Kita sering menyebutnya Malam Seribu Bulan. Padahal sebenarnya lebih dari itu. Al Quran surat Al Qadr ayat 3 menyebutnya ”lebih baik dari pada seribu bulan”.

Maknanya, beramal pada malam itu berupa shalat, dzikir dan membaca Al Quran, lebih utama daripada amalan selama seribu bulan (Sayyid Sabiq).

Oke, katakan saja seribu bulan. Mari kita hitung dengan kalkulator. 1000/12 = 83,33 tahun. Berapa umur rata-rata manusia modern? Anggap saja 70 tahun. Dari umur itu jika saja 3 jam perhari kita manfaatkan untuk shalat, dzikir dan membaca Al Quran. Berarti tanpa lailatul qadar, kita hanya shalat, dzikir dan membaca Al Quran selama 7,25 tahun dari 70 tahun umur kita. Hanya 10% dari umur kita!

Bandingkan jika kita mendapatkan kesempatan shalat, berdzikir dan membaca Al Quran pada malam lailatul qadr. Berarti kita mendapatkan leverage tabungan amalan kita sebelas setengah kali lipatnya. Atau 1150%. Jelas melampaui umur manusia. Tidak hanya itu. Bahkan, itu berarti semua waktu yang selama ini kita sia-siakan tak berdampak positif bagi akhirat kita, telah tertutup penuh dengan pahala kebaikan di sisi Allah.

Subahanallah, betapa besar kasih sayang Allah kepada kita. Kebodohan dan kelemahan kita yang justru lebih banyak menumpuk dosa daripada pahala, justru hendak dihapus oleh Allah dengan satu malam istimewa ini.

Allah membuka pintu rahmat-Nya lebar-lebar. Memberi kesempatan bagi kita untuk memberatkan timbangan amalan kebaikan kita dengan satu malam ini. Dan adanya di bulan Ramadhan saja. Dengan berita ini seharusnya kita mengejarnya untuk mendapatkan kesempatan itu.

Tapi ternyata tak sedikit kita mengabaikannya. Karena malam itu ada pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Justru di saat kita sibuk menyiapkan pulang kampung. Justru di saat kita sibuk menyiapkan belanja untuk lebaran. Maka tak heran pada sepuluh malam terakhir justru masjid sepi. Ditinggalkan oleh jamaahnya. Sebagian karena sibuk menyiapkan lebaran di kampung. Sebagian lagi, karena sudah bosan dengan suasana Ramadhan.

Apa yang dilakukan Rasulullah pada sepuluh malam terakhir?

Aisyah r.a menceritakan bahawa Nabi SAW bila telah masuk sepuluh terakhir bulan Ramadhan, diramaikannya malam-malam itu, dan dibangunkannya keluarganya. Dan diikatnya erat-erat kain sarungnya. (H.R. Bukhari dan Muslim).

Jadi, beliau justru amat giat beribadah pada sepuluh hari terakhir, bahkan melebihi kegiatannya pada hari-hari sebelumnya. Tampaknya ini adalah sebuah sunnah beliau yang kini banyak kita tinggalkan...

Padahal di dalam sepuluh hari terakhir itu ada malam seribu bulan yang kata Rasulullah ”Barang siapa beribadah pada malam qadr karena iman dan mengharap ridha Allah, diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhori dan Muslim).

Ayo, intai kehadirannya!

Tidak ada komentar: