Rabu, Januari 09, 2008

Tahun Baru, Hati Baru

Nanti malam ba’da maghrib tanggal 9 Januari 2008, kita memasuki tahun baru 1 Muharram 1429 H. Alhamdulillah, Allah telah memberi kita umur panjang, rezki halal dan luas, dan jauh dari yang haram.

Setiap masuk tahun baru Islam selalu diperingati dengan tausiyah agar kita berhijrah dari kondisi sekarang menjadi kondisi lebih baik. Dari malas sholat menjadi rajin sholat. Dari sholat di rumah menjadi sholat berjamaah di masjid, baik di masjid kantor maupun masjid di lingkungan kita.

Dari sedekah tanpa ikatan, menjadi kewajiban berzakat dari penghasilan kita yang telah mencapai nishob. Dari sibuk bisnis yang lupa berderma, menjadi pebisnis yang gemar sedekah dan selalu menjadi tangan di atas. Dari aparat negara yang suka minta pungli, menjadi pejabat yang bersih dan peduli. Dari pegawai yang cinta komisi, menjadi pegawai yang amanah melaksanakan tugas. Dari pemimpin yang cuek terhadap kesejahteraan rakyat menjadi pemimpin yang mengayomi dan melayani. Dari politikus yang mengejar kekuasaan demi kepentingan pribadi, menjadi politikus yang mengejar kekuasaan untuk kemashlahatan umat.

Saya sendiri juga akan berhijrah. Setelah sekian tahun selalu berhijrah dengan berbagai konteks. Kini saya akan menghijrahkan diri saya dari diri yang didominasi oleh pikiran menjadi diri yang selalu mendengar katahati dan perasaan. Dari hati yang kurang ikhlas menjadi pribadi yang ikhlas. Karena beberapa hari ini saya mendapatkan pencerahan dari membaca Quantum Ikhas (http://www.quantumikhlas.com/) karya Erbe Sentanu –semoga Allah memberikan pahala berlipat ganda atas ijtihadnya. Ikhlas yang ternyata bisa kita rasakan jika kita tidak lagi menuhankan pikiran. Tapi lebih banyak memberi porsi pada perasaan yang dikendalikan oleh hati (baca: jantung). Yang kekuatannya 7 kali lebih dahsyat dari pada pikiran.

Ikhlas yang membuat kita selalu bahagia karena selalu bersyukur atas nikmat yang kita rasakan saat ini. Apapun kondisi kita, nikmat Allah pasti lebih banyak daripada ’kekurangan’ yang sering kita tonjolkan sebagai nasib buruk yang lalu membuat kita sering berkeluh kesah. Sehingga lupa dengan berbagai nikmat yang kita tak bakal mampu menghitung-hitungnya karena sangat sangat dan sangat banyak.

وآتاكم من كل ما سألتموه وإن تعدوا نعمت الله لا تحصوها إن الإنسان لظلوم كفار

Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat dzalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (QS. Ibrahim : 34)

Nabi Ayyub a.s. memberi teladan kepada kita bagaimana beliau ikhlash menerima kondisi terburuk sekalipun. Dari seorang kaya raya yang tinggal di rumah bak istana bersama anak dan istrinya menjadi seorang miskin berpenyakit menjijikkan yang ditinggalkan oleh anak dan istrinya. Semua kondisi itu dilewati dengan tetap bersyukur, menyembah Allah tanpa mensekutukannya. Saat kaya, beliau taat kepada Allah. Lalu jatuh miskin tidak protes, karena sadar ini ujian yang akan meningkatkan kelasnya. Penyakit yang menyedihkan tak membuatnya putus asa. Karena Ayyub a.s. merasa sakitnya yang hanya dua tahun itu sepele dibandingkan dengan nikmat sehatnya yang bertahun-tahun sebelumnya diterima dari Allah. Keikhlasan dan rasa syukurnya benar saja, ternyata mendatangkan nikmat Allah. Sakitnya disembuhkan, keluarganyapun kembali. Dan syaitanlah yang akhirnya bersedih karena gagal menggoda Ayyub a.s. untuk meninggalkan Allah ketika mendapatkan ujian yang sangat berat itu.

وإذ تأذن ربكم لئن شكرتم لأزيدنكم ولئن كفرتم إن عذابي لشديد

Wa idz ta-adzdzana rabbukum La in syakartum la aziidannakum, wa la in kafartum inna adzaabi lasyadiid

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih" (QS. Ibrahim : 7)

Syukur terhadap apapun nikmat Allah yang kita terima akan mengantarkan kita pada kebahagiaan. Kebahagian dalam berkarya akan memudahkan kita mencapai kesuksesan.
Yang berarti tambahan nikmat dari Allah. Lalu kita syukuri lagi, enjoy lagi dalam berkiprah. Sukses lagi dan seterusnya. Syukur – bahagia – sukses - syukur – bahagia – sukses! Sebuah lingkaran takwa yang indah.

Semoga kita semua dapat masuk ke dalam lingkaran indah ini.

SELAMAT TAHUN BARU!

Tidak ada komentar: