Jumat, April 18, 2008

Action!

Berbekal satu juta rupiah saya nekat take action. Ibu dan Ayah mendukung. Mungkin mereka juga urun beberapa ratus ribu rupiah atau lebih. Aku tak tahu pasti. Demikian juga dengan kakakku. Ya, atas dorongan kuat believe yang ada dalam diriku akau melakukan action. Kalau menurut kurikulum TDA yaitu BDSA. Aku mengabaikan D dan S. Aku gak punya dream yang jelas untuk melakukan action ini. Apalagi strategy. Pokoke action. Melobby ortu untuk mendukung action ku! Menyurati partnerku untuk melakukan actionku. Apakah ini strategy? Entahlah saya belum pernah ikut sekolah entrepreneur dan belum kenal TDA waktu itu. Karena TDA memang belum lahir.

Ya, action itu saya lakukan sekitar 14 tahun yang lalu. Setelah mengalami perasaan ragu gamang beberapa tahun. Padahal aku punya keinginan kuat. Rasa takut sering menghantui. Mampukah saya.

Akhirnya keputusanpun diambil. Ayah Ibu dan kerabatkupun datang menemui ortu calon partnerku. Melamarnya. Untuk menjadi partnerku. Membangun bahtera rumahtangga yang kokoh menghadapi bagaimanapun badai yang datang.

Ya, action itu adalah keputusan menikah. Setelah kurang lebih 6 bulan aku berkenalan melalui surat dengan seorang perempuan, melalui adik sepupuku. Karena dia di Jakarta dan aku di Wonosobo, maka kenalannya hanya lewat surat. Setelah beberapa surat, saya memberanikan diri bertandang ke rumahnya ditemani adik sepupuku. Setelah itu kami tak pernah ketemu lagi. Surat menyurat masih berlangsung. Tapi tidak ada basa-basi kecuali membicarakan hal-hal prinsip dan rencana pernikahan sesegera mungkin. Karena meskipun tidak bertatap muka, surat-menyurat bisa saja menjerumuskan kedalam perzinaan jika ngelantur. Kata perempuan yang sekarang jadi istri saya itu, ”boros perangko!”

Maka setelah pertemuan itu maka beberapa bulan kemudian, yang datang adalah Ayah dan Ibu serta beberapa kerabatku. Aku sendiri tidak ikut serta. Mereka datang untuk melamar wanita itu menjadi istriku. Aku hanya titip uang satu juta. Mungkin kalau dihitung dengan uang sekarang, ya sekitar 4 jutaan lah. Saya benar-benar nekat. Karena memang aku gak punya tabungan apa-apa, selain sebuah rumah kredit di Wonosobo yang waktu itu cicilannya Cuma sekitar 135.000 per bulan.

Kini setelah empat belas tahun, kami tetap hidup rukun, tenang meski kadang bergerak bergelombang karena ada riak-riak besar kecil yang kami lalui. Kami dikarunia Allah 4 anak yangg insya Allah soleh dan cerdas. Dua lak-laki dan dua perempuan. Sebagai penyejuk pandangan mata kami insya Allah.

Tulisan pendek ini, sebagai penyemangat untuk take more action for our live in the earth and the heaven. Just take an action!

Cikarang Baru, 18 April 2008

PS. Untuk istri tercinta, Ayah dan Ibu yang selalu kirim do’a. Anak-anak yang menyenangkan hati dan mata. Aku tetap butuh dukungan kalian!

2 komentar:

WURYANANO mengatakan...

Mas Choirul sedang bernostalgia nih. Memang kejadian masa lalu sangat menyenangkan jika kita kembali mengingatnya ya Mas.

Ok, semoga bisnisnya semakin lancar dan barokah.

Salam dari Surabaya,
Wuryanano

Anonim mengatakan...

Betul, Pak.
Saya sedang memompa semangat saya yang agak kendor ini. Dulu dengan sejuta berani nikah dan sukses. Sekarang mau buka toko stress banget nengok tabungan modal yang gak seberapa.

Makasih Pak atas doa dan semangatnya.

Salam untuk keluarga di Sby.