Senin, Februari 18, 2008

Aksi Panggung Pak Tung

Jum’at pagi 15 Februari 2008, Pak Jamrianto www.aidabutik.com, seorang member TDA menelpon saya. Bahwa dia punya dua tiket untuk seminar Financial Revolution-nya Pak Tung. Karena istrinya tidak bisa hadir maka satu ditawarkan kepada saya. Wow, menghadiri seminar Pak Tung Desem Waringin www.dahsyat.com? Langsung saja saya menjawab ya! Alasannya ada dua: 1. Saya pengen belajar, karena penasaran sering baca nama Pak Tung di milis TDA www.tangandiatas.com tapi belum pernah tahu kedahsyatannya. Bahkan nonton VCD-nyapun belum pernah. (kasihan deh saya....). Alasan ke dua: Gratis! Siapa sih yang gak mau gartisan.

Singkat cerita ba’da sholat Jum’at kami berangkat dari Cikarang ke Jakarta. Tiba di JITEC sekitar jam setengah tiga sore. Acara sudah dimulai. Sudah heboh. Saya kaget ini seminar atau konser musik. Panggung gede, sound system heboh, .... dan peserta riiiiiibuan!

Karena belum tahu Pak Tung, saya pikir yang ada di atas panggung adalah seorang MC, yang memang biasanya acting-nya melebihi artisnya. Hebohnya melebihi pengisi acara. Saya mendapatkan seorang di atas panggung yang saya lihat lebih jelas melalui layar di kiri kanan panggung, menyampaikan aturan main peserta seminar. Di antaranya harus menirukan apa yang dia minta untuk ditirukan, meneriakkan yel-yel, lonjak-lonjak untuk guncang bumi dengan skala richter terserah dia, tepuk tangan sambil teriak yeee.... seperti anak-anak, berdiri dari kursi sambil melompat dan berteriak ’yes!’ dengan gerakan tertentu. Mengangkat tangan sambil berteriak ”saya..!” Akhirnya saya baru tahu bahwa orang ini lah yang bernama Tung Desem Waringin www.dahsyat.com. Jadi dia pengisi seminar sekaligus MC hebat! Pikir saya.

Materi demi materi disampaikan. Saya tak merasakan waktu berjalan terus. Karena Pak Tung menyampaikannya dengan sangat menarik. Tampak jelas sekali dengan kalimat yang cepat dan deras mengalir kiat-kiatnya dari mulutnya. Juga teriakannya ’Bapak, Ibuuuuu!’ dengan sangat sungguh-sungguh ketika ingin mendengar respon perserta. Sehingga pesertapun menjawab dengan teriakan pula: ”Saya...!” sambil mengangkat tangan tinggi-tinggi. Seminar jadi interaktif, saya jadi gak ngantuk.

Kalau tidak ada kewajiban shalat ashar, maghrib dan isya’ pasti saya tidak pernah menengok hape saya untuk melihat jam berapa sekarang (he... he... maklum saya gak punya jam tangan). Kalau perut tak kenal lapar, pasti kita tak peduli jika jam istirahat ditiadakan.

Panggung yang luas seperti dikuasainya. Terus berbicara nyerocos sambil berjalan ke kanan ke kiri. Loncat ke kanan dan ke kiri, maju dan mundur. Lari-laru kecil ditempat ketika menggambarkan seseorang yang bekerja keras. Lonjak-lonjak yang diikuti oleh hampir semua yang hadir, kecuali orang-orang yang malu-malu di berbagai kursi terutama di deretan belakang.

Seminar ini menjadi seperti seorang aktor yang sedang memainkan drama monolog di atas panggung. Menceritakan perjalanan hidupnya lengkap, terstruktur dan bertema. Ada kegemberiaan, ada kiat-kiat cerdas, ada lelucon, ada plesetan konyol, bahkan ada pula kisah-kisah sedih. Baik yang dialami oleh temannya yang disebutnya sebagai true story maupun yang di alami Pak Tung sendiri. Seperti ketika Pak Tung menceritakan kisahnya ketika berupaya menyembuhkan penyakit ayahnya.

Dari cerita-cerita gembira yang ditampilkan dengan sederhana penuh energi positif, cerdas, masuk akal, menyemangati tiba-tiba beralih menjadi cerita sedih dan mengharukan. Sesaat setelah menyemangati peserta untuk mengguncang bumi, Pak Tung mengatakan bahwa sering dia dianggap gila oleh teman-temannya karena mengisi seminar kok dengan jingkrak-jingkrak, teriak-teriak, misuh, dan sejenisnya. Bahkan sering dianggap gila pula karena mengisi seminar bisa 52 kali sebulan. Maka Pak Tung menyampaikan alasannya. Bahwa ia sedang memberikan yang terbaik setulus hati kepada ribuan peserta agar peserta berubah menjadi orang yang lebih baik kualitas hidupnya. Lebih kaya, lebih terhormat, lebih berbagi, lebih memberi. Lalu kisahpun meluncur bagaimana semua ini dilakukan demi mendiang ayahnya......... Kisahpun menjadi demikian mengharukan, ketika beliau mengatakan agat semua yang kita lakukan untuk memperbaiki kualitas diri ini adalah demi orang-orang yang kita cintai disekita kita. Ayah, ibu, anak, istri atau suami. .... Lagu ’Ayah’ karya Rinto Harahap-pun diperdengarkan, dan dinyanyikan bersama-sama oleh peserta seminar sambil berdiri. Tampak di layar di kiri kanan panggung beberapa peserta bernyanyi mengenang baktinya kepada Ayahnya sambil menghapus air mata yang tak terasa mengalir deras di balik kacamata.

Tiga hari seminar ini bagi saya adalah bukan seminar-seminar yang biasa saya tahu. Yang biasanya membosankan dan teoretis. Karena disampaikan oleh orang yang tidak nglakoni sendiri dan akademisi yang tidak pernah praktek. Seminar ini adalah seperti saya sedang mendengar otobiografi saja. Otobiografi yang berisi perjalanan bisnis, yang pasti tak terlepas dari perjalanan Pak Tung sebagai manusia yang hidup ditengah masyarakat, sebagai pimpinan perusahaan, sebagai pengayom bawahannya. Juga sebagai orang tua, sebagai suami, maupun sebagai anak yang bertekad membahagiayakan orang tuanya.

Ternyata ambisi pribadi sebagai orang sukses dalam berbisnis, bisa di dasari dengan sangat kuat oleh ambisi untuk membahagiakan orang-orang yang dicintainya, yang berada disekitarnya.

Cikarang Baru, 18 Februari 2008
*kalau ada kekurangan-kekurangan kecil di sana-sini, biarlah saya catat dalam diri saya.

Tidak ada komentar: