Kamis, November 08, 2007

Menyebar Semerbak Minyak Wangi

Oleh: Choirul Asyhar

Salah satu jualan terlaris di Makkah dan Madinah adalah minyak wangi. Mulai yang mahal sampai yang satu riyal sebotol kecil. Kalau bisa nawar malah bisa mendapatkan minyak wangi seharga sepuluh riyal sekotak yang berisi 12 botol kecil. Jadi harganya kurang dari satu riyal sebotol.

Memakai wewangian saat shalat ke masjid memang disunnahkan bagi laki-laki. Kecuali saat berihram. Karena itu minyak wangi banyak dijual di sekitar Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Melaksanakan sunnah berarti mendapat pahala. Tetapi banyak juga jamaah haji yang tidak selalu mengantongi minyak wangi, padahal tidak jarang yang seharian i’tikaf di masjid untuk mendapatkan keutamaan di Masjidil Haram Makkah ataupun Masjid Nabawi di Madinah. Ini berarti tidak mandi, meskipun ada banyak kamar mandi di sekitar masjid.

Demikian juga yang kami lakukan di Masjid Nabawi di Madinah. Untuk mengejar shalat empat puluh waktu di Masjid Nabi ini jamaah sering menunggu dari satu waktu shalat ke waktu yang lain di masjid saja. Misalnya dari Ashar ke Magrib lalu dari Maghrib ke Isya. Setelah Isya’ baru pulang ke hotel, karena makan malam nasi buncis sudah menunggu. Apalagi bagi jamaah yang hotelnya jauh dari Masjid Nabawi. Selama menunggu kami biasa tilawah al Quran. Sampai adzan dikumandangakan.

Saya tertegun ketika adzan baru dilantunkan, ada seorang jamaah berdiri. Lalu bergerak menghampiri orang di sekitarnya. Lantunan adzan yang indah bagai mengiringinya membagi kebaikan. Saya amati dari jauh apa yang dilakukannya. Ternyata dia mengoleskan minyak wangi ke tangan setiap orang yang dilewatinya. Saya lihat rata-rata jamaah tidak ada yang berkeberatan. Lha, wong berwewangian mengikuti sunnah Rasul kok keberatan. Apalagi gratis. Maka pemandangan yang lumrah ketika banyak yang menyodorkan kedua punggung tangannya agar diolesi minyak wangi. Saya pun dengan ringan menyodorkan tangan saya ketika dia sampai ke tempat saya duduk. Kedua punggung tangan sayapun diolesi minyak wanginya. Lalu saya usap dan ratakan ke seluruh telapak dan pergelangan tangan saya, juga pipi dan leher saya, sebagaimana yang saya lihat dilakukan oleh jamaah yang lain sebelumnya. Saya lihat si penjaja minyak wangi gratis itu berjalan cukup jauh sebelum akhirnya kembali lagi ketempatnya semula.

Subhanallah, kok ada orang yang mau bercapek-capek menyebar semerbak wewangian agar orang lainpun beroleh pahala melaksanakan sunnah Rasul. Tidak ada keuntungan material yang diperolehnya. Karena dia tidak sedang berdagang dengan manusia. Tapi berdagang dengan Allah keuntungannya pasti lebih dari sekedar materi di dunia. Karena Allah tidak menilai sedekah orang itu dari harga minyak wanginya. Tapi dari semerbak wewangian yang memenuhi ruangan Masjid. Wewangian yang memancar dari jamaah haji yang sedang shalat memuji dan mengagungkan nama-Nya.

Cikarang, 6 November 2007 9:30 pm

*kalau bisnisman pandai menangkap peluang usaha, dermawan pandai menangkap peluang sedekah.

2 komentar:

Printing mengatakan...

Assalamualaikum,

Wangian tanpa alkohol, pengedar diperlukan sila layari

http://www.freewebs.com/semerbak/

Sama-sama kita bantu-mambantu.

redha mengatakan...

assalamualaikum. saya mencari rakan niaga minyak wangi sedap, memang harum diseluruh malaysia.

sila hubungi segera ke no 0195228854