Sabtu, April 18, 2009

Senyum Caleg 1

Pemilu 9 April sudah lewat. Perhitungan tingkat kecamatan belum juga selesai, tapi perhitungan di TPS sudah membuat para caleg senyum senyum. Para saksi dan tim sukses dengan cepat melaporkan suara yang diperoleh caleg di berbagai TPS.

Bagi yang beroleh suara memuaskan, diapun tersenyum lebar/lebar. Dan siap siap menggelar acara syukuran. Kalau pada masa kampanye sudah keluar dana ratusan juta, apalah artinya beberapa puluh juta untuk mengungkapkan rasa syukurnya.

Bagi yang suaranya sedang/sedang saja, senyumnya tertahan tahan. Setiap hari menelpon tim suksesnya. Dengan harap harap cemas berharap ada salah perhitungan suara dan dapat direvisi di tingkat desa atau kecamatan. Sambil terbayang uang ratusan juta yang telah digelontorkan untuk kampanye dan uang bensin bagi calon pemilihnya. Sesekali terlintas rasa takut bagaimana nanti kalau tak terpilih. Bagaimana cara mendapatkan kembali uang kampanyenya itu.

Bagi yang suaranya segelintir dua gelintir di setiap TPS, terpaksa harus tersenyum kecut. Sambil menenang nenangkan hatinya. Bahwa dia sudah berusaha maksimal, tapi Tuhan belum menghendaki. Maka meski hatinya teriris, senyum berusaha dikembangkan di bibirnya. Jadinya yang senyum kecut itu.

Syukurlah dia masih bias tersenyum.

Terbayang para caleg yang terhormat menebar senyum selama lebih dari enam bulan kampanyenya. Senyumnya tercetak dari wajah wajah sumringahnya di banner yang tergantung di pohon pohon, tiang listrik. Balihonya juga terpasanag gagah di setiap perempatan jalan. Dan dengan royal para caleg menghambur hamburkan uangnya untuk itu. Bukan hanya itu, mereka juga membelanjakan uangnya untuk membeli sirtu (pasir batu) untuk menutup jalan jalan becek di kampong kampong. Karang taruna pun mendapatkan kostum bola yang baru. Kelompok hadrah kebagian satu set rebana baru. Rumah rumah yang kompornya sudah absent tidak ngebulpun, kini ngebul lagi untuk beberapa minggu. Karena caleg yang memberi uang tidak Cuma satu orang.

Calegpun membayangkan dia bakal jadi orang terhormat di gedung dewan. Bisa berinteraksi dengan Bupati dan jajarannya. Juga para pengusaha yang royal demi memenangkan tender. Kedudukan yang sangat tinggi, padahal selama ini tidak pernah ngantor alias pengangguran. Juga uang komisi yang berlimpah disamping gaji yang juga sangat tinggi.

Dan ketika hari perhitungan tiba…….,
ternyata suaranya tak cukup untuk satu kaki kursipun, lemas lunglailah badan. Terbayang jelas di kelopak matanya hutang yang menumpuk. Maka terlontar caci maki di hatinya dan mulutnya. Karena caleg telah dikhianati oleh rakyat yang telah dimanjakannya dengan uang saat kampanye dulu.

Ya, caleg yang terhormat telah dikhianati rakyat yang bakal di’wakilinya’.

Maka tak heran jika sementara caleg yang lolos, segaiannya telah siap siap membalaskan dendam koleganya yang gagal. Menuntut balas terhadap rakyat. Dengan mengkhianati mereka nanti saat kaki telah menjejakkan kakinya di gedung dewan nan megah. Dengan memperkaya diri, demi menabung sebanyak banyaknya uang untuk membeli suara rakyat lima tahun yang akan dating.

Meskipun ribuan caleg kalah perang. Senyum tetap mengembang di mulut para caleg yang lolos. Demi merayakan kemenangannya….. mengelabui para pemilihnya.

*Cerita diatas bukan senyata nyatanya. Tapi banyak yang demikian. Mespi demikian, Insya Allah masih ada yang tidak sesuai dengan gambaran di atas.

Tidak ada komentar: