Kamis, Maret 19, 2009

Kebangkitan Kejujuran

Prihatin dengan nasib kantin kejujuran di Kota Bekasi. Saya menulis judul di atas. Sebagai bentuk rasa optimisme kebangkitan kejujuran setelah jatuh di masa-masa awalnya......

Juli 2008 dicanangkan program kantin kejujuran di Kota Bekasi.
28 Oktober 2008, bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda dilakukan grand launching di SMA Negeri 1 Bekasi. Bahkan rekor MURI pun disiapkan dengan mencatat Kota Bekasi sebagai pemilik kantin kejujuran terbanyak.

Lalu 19 Maret 2009, lima bulan kemudian, di sebuah media lokal diberitakan bahwa kantin kejujuran ini rontok bangkrut. Modal setiap kantin tidak pernah balik, sementara kucuran dana dari pemkot tak kunjung turun. Maka beberapa kantin sudah dinyatakan tutup.

Tragis...!
Ini yang terbersit dibenak saya mendengar berita ini. Dalam 5 bulan langsung bangkrut. Bagaimana mungkin dana modal kantin dipertaruhkan untuk mendapatkan prestise dari sebuah musium rekor milik pengusaha jamu Jaya Suprana.

Kalau ini dana APBD pemkot Bekasi harus mempertanggungjawabkannya. Bagaimana mungkin dana ini diluncurkan tanpa pengawasan. Dalam masa percobaan seharusnya ada pengawasan sehingga dapat dilakukan evaluasi. Peneguran bagi yang mencuri. Pemasangan CCTV misalnya.

Kebangkrutan kantin kejujuran di lingkungan sekolah menunjukkan kegagalan pendidikan selama ini. Penguatan kembali pelajaran Pendidikan Agama dan PKn yang banyak berisi teori moral, yang ternyata tidak dipraktekkan.

Maka saatnya dunia pendidikan introspeksi, mencari terobosan-terobosan baru penerapan ajaran-ajaran yang setiap hari dijejalkan di kepala anak didik. Menambah jam pelajaran Agama dan menghapus pelajaran yang tak perlu. Yang tak kalah penting: keteladanan dari para pendidik. Kalau anak didik diminta jujur, maka seluruh guru dan kepala sekolah harus terlebih dulu menjadikan kejujuran itu sebagai darah dagingnya. Jika sudah demikian, maka ringan bagi tenaga pendidik untuk mengajarkan kejujuran itu.

Selain itu Allah mengajarkan kepada Walikota Bekasi agar lebih ikhlas dalam melayani dan meningkatkan moral rakyatnya, terutama generasi mudanya. Gembar-gembor pembukuan di Museum Rekor tidak diridhoi oleh Allah. Karena targetnya bukan jumlahnya tapi keberhasilannya.

Dengan sistem yang baik dan keteladanan plus keikhlasan mengabdi demi ridho Allah semata, maka idiom ”Jujur Ajur” itu tak lagi mendapatkan tempatnya. Tergantikan dengan ”Jujur Makmur”. Insya Allah.

Tidak ada komentar: