Rabu, April 22, 2009

SUARA RAKYAT

Lima tahun suara rakyat bagai teriakan di padang gersang nan luas membentang. Tak ada siapapun yang mendengar. Kalaupun ada, hanya beberapa orang yang tak punya apa-apa untuk memutuskan suatu tindakan. Karena keputusan harus dibicarakan di dalam sidang dan atas suara terbanyak. Maka kalau banyak yang tidak mau mendengarnya, suara rakyat menjadi debu yang ditiup angin.

Kini tiba-tiba suara itu ada yang mendengarnya. Dan tidak hanya itu, suara itu tidak cuma ditampung tapi langsung dipenuhi kebutuhannya. Kalau dulu banyak yang pura-pura tuli, kini banyak yang pura-pura peduli. Itulah para caleg yang terhormat.

Maka mengetahui suara rakyat sedang laku-lakunya, rakyatpun berbondong-bondong menjualnya.

"Pak, kami butuh sirtu untuk jalan becek di kampong kami." Kata sebuah suara, lalu meluncurlah ke kampong mereka bertruk truk sirtu.

"Pak, musholla kami butuh MCK." kata suara yang lain.
Maka berdatanganlah truk membawa material lengkap dengan tukangnya.

"Pak, klub sepak bola kami sudah lima tahun tak berseragam."
Maka seminggu kemudian dikirimlah seragam sepak bola untuk sebuah kesebelasan.

"Pak, grup kosidah kami rebananya sudah pada jebol."
Maka satu set rebana pun dikirimkan bersamaan dengan peringatan Maulid Nabi.

"Pak, pemerintah tidak becus memelihara bendungan Situ Gintung."
Maka dikirimkanlah selimut, makanan, minuman dan obat obatan untuk para korbannya. Lebih cepat daripada pemerintah setempat.

"Pak, jembatan kali di kampong kami sudah reot."
Maka secepat kilat esoknya sudah ada jembatan baru.

"Pak, kami harus jalan kaki tiga empat kilometer untuk mengambil air."
Maka kini sumber air su dekat…… perpipaan sudah terpasang rapi lengkap dengan pompanya.

"Pak, disini korban demam berdarah makin banyak." Maka keesokan harinya tim fogging-pun turun tangan.

"Pak, kami anak muda pengen main band untuk kampanye bapak."
Maka seperangkat alat band besok menjadi ajang unjuk kebolehan dan kepedulian sang caleg.

Tanpa rapat panjang, tanpa survey. Semua dipenuhi dengan cepat. Setiap lima tahun sekali suara rakyat memang sedang laku keras. Maka karena inikah kenapa pemilu disebut sebagai pesta demokrasi… pestanya rakyat?

Wallahu'alam

Tidak ada komentar: