Sabtu, November 29, 2008

Niat Haji

Setiap hari mendengar, membaca dan menonton jurnal haji di radio, koran dan TV, saya membayangkan betapa nikmatnya menjalani rukun Islam ke-5 ini. Kisah-kisah spiritual yang mencerahkan selalu menjadi oleh-oleh teman-teman saudara seiman yang pulang dari tanah suci. Ini semakin menyemangati kita untuk bersegera memenuhi panggilan-Nya.

Apalagi banyak anggapan, keislaman kita akan sempurna jika telah melaksanakan ibadah Haji. Karena itu cita-cita berhaji adalah cita-cita yang wajar ada dalam diri setiap muslim. Justru tidak wajar jika ada muslim yang tidak berkeinginan menunaikan ibadah Haji. Tapi karena besarnya biaya dan beratnya medan maka Rasulullah mengatakan bahwa Haji hanya wajib bagi yang mampu. Yang tidak mampu tidak diwajibkan bersusah payah menunaikan ibadah ini. Ibadah yang menuntut persiapan mal (harta), ruhi (keimanan) dan jasadi (badan).

Dari Umar bin Khottob r.a, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
Islam adalah engkau bersaksi tiada tuhan melainkan Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat, menunaikan zakat, shaum Ramadhan, dan engkau berhaji ke Baitullah, jika engkau mampu.
(HR. Muslim)

Dari segi biaya, tidak ada yang memungkiri tingginya biaya menunaikan ibadah Haji. Sekitar USD 2.500 – 3.000 harus disiapkan oleh setiap orang yang hendak berhaji. Jika berangkat suami-istri tinggal dikalikan dua saja. Belum termasuk biaya bagi keluarga yang ditinggalkan, biaya bimbingan haji, transportasi dalam mengurusi tetek bengek, kain ihrom, bekal pakaian, makanan dan sebagaianya.

Yang paling besar, dan sering dianggap sebagai factor ketidak mampuan adalah ongkos naik haji atau biaya perjalanan ibadah haji (BPIH) yang sekitar USD 2.500 – 3.000 atau sekitar 25 – 30 juta rupiah itu. Maka tak heran jika sering kita dengar dialog seperti ini:

“Enak ya, bisa naik haji?”
”Pingin naik Haji?”
“Tentu, dong”
“Kapan berangkat?”
“Ya, saya kan cuma buruh. Nanti kali, kalau dapat rejeki nomplok!”.

Ya, bagi kebanyakan kita yang menggantungkan hidup sebagai karyawan, dengan kerja lembur akan mendapatkan 3 – 4 juta per bulan. Maka pergi haji bagai burung pungguk merindukan bulan. Maka pergi haji ke tanah suci sering hanya jadi sekedar niat suci saja.

Demikian juga yang saya alami. Niat dan kemauan ada sejak 15 tahun yang lalu. Tapi rezeki nomplok tak kunjung datang. Bahkan dengan perhitungan saya, seakan tak mungkin bisa pergi haji. Untuk nafkah keluarga yang terdiri dari satu istri dan 4 anak, gaji jadi pas-pasan. Paling-paling tambahannya THR yang habis untuk biaya mudik. Bonus tahunan tak kunjung ada. Ketika pindah kerja ke tempat yang menurut saya lebih baik, ternyata bonus tahunan nilainya cuma sekali gaji. Warisan? Nggak ada. Maka yang ada hanya pasrah. Nunggu panggilan Nabi Ibrahim. Paling banter minta do’a kepada tetangga yang berangkat haji, agar nama saya segera dipanggil ke sana. [hj] - bersambung ke http://lintasankatahati.blogspot.com/2007/12/niat-saja-tak-cukup.html

1 komentar:

Saung Web mengatakan...

Insya Allah mas kalau niat sudah ada pasti Allah akan memberikan jalan untuk itu.. percayalah...