Sabtu, Oktober 11, 2008

Fakta Astronomi Keputusan Saudi

1 Syawal 1429 sudah lewat.
Ada tercecer catatan tentangnya. Terutama tentang perbedaan 1 Syawal yang muncul, karena -salah satunya- akibat pengumuman pemerintah Saudi Arabia.
Saya tidak kompeten menulis tentang ini. Tapi catatan seorang teman ini sangat menarik sebagai bekal ilmu kita. Sayang kalau terbuang percuma. Silakan menyimak....

(Ini adalah sebagian cuplikan dari diskusi di milis keadilan4all@yahoogroups.com. Karena itu, mungkin ada sebagian yang tidak nyambung jika kita membaca tulisan ini saja).

...................................
Justru itulah, ummat lain sudah sampai ke bulan, tetapi kita masih gagal dalam menetapkan bulan.
Bulannya cuma satu, tetapi orang sering keliru dengan objek langit lain.
Bulannya sudah terbenam sehingga tidak mungkin dirukyat, ternyata malah diklaim bisa dilihat.
Pergerakan dan posisi bulan dapat diukur dengan luar biasa teliti pada hari ke 2, 3, 4 dan seterusnya, tetapi gagal pada hari ke 1.
Mengapa?

Inilah problem yang terjadi di banyak negara, termasuk Saudi. Sudah buaaannnyaaak sekali astronom, saintis, pemerhati hisab dan rukyat di berbagai belahan dunia yang mengkritik keputusan Saudi, tetapi Saudi tetap tidak berubah. Sudah berpuluh-puluh kali, keputusan munculnya hilal di saudi bertentangan dengan fakta astronomis. Pernah terjadi kasus, di saudi ada 6 lembaga ilmiah saintifik yang disebar untuk mengamati hilal di berbagai tempat di Saudi. Tidak ada satupun dari 6 lembaga tsb yang melihatnya. Tetapi ternyata, ada satu orang saja,
orang lain, yang mengaku melihat hilal, sehingga otoritas disana langsung saja menetapkan pergantian bulan. Ketika 6 lembaga tsb ingin tahu siapakah orang yang mengaku melihat bulan, ternyata setelah dicek orang tsb sudah berumur 80 tahun!

Pernah terjadi juga kesalahan fatal Saudi, adanya klaim hilal sehingga ditetapkan pergantian bulan, padahal konjungsi belum terjadi. Yang membuktikan fatalnya kesalahan tsb, adalah karena saat konjungsi itulah terjadi gerhana matahari. Bagaimana mungkin hilal (new crecent)
sudah bisa dilihat sebelum terjadinya gerhana matahari?

Bagaimana mungkin kita bisa menentukan bayangan benda oleh sinar matahari, padahal matahari belum terbit? Bagaimana mungkin bayi bisa ketahuan rambutnya panjang, pendek atau botak, padahal dia belum lahir?

Disini ada beberapa point yang perlu diperhatikan ketika ada kritikan kepada keputusan Saudi:
1. Mengkritik keputusan Saudi soal hilal tidak ada sedikitpun dimaksudkan untuk mengkritik/menggoyang faham Ahlus Sunnah wal jamaah.

2. Mengkritik keputusan Saudi adalah dari sudut pandang astronomis/saintifik, bukan sudut pandang diniyyah. Dari sudut pandang diniyah secara legal formal, tentu keputusan Saudi itu sah, karena sudah ada orang yang mengaku melihat hilal, dia mau disumpah/syahadat,
keputusannya di tangan otoritas pemerintah bukan pribadi/ormas, serta mengikat semua orang yang berada di dalam wilayahnya.

3. mengkritik keputusan Saudi bukan untuk membatalkan keputusan tsb.

Namun disini, mengkritik keputusan Saudi adalah murni dari sudut pandang astronomis, karena:
1. Orang yang mengkritik itu tahu ilmunya, dan memiliki dalil yang kuat bahwa "hilal" yang diklaim itu sebenarnya bukan bagian dari permukaan bulan.

2. Posisi bulan dan matahari dapat diukur/dihisab dengan ketelitian yang luar biasa tinggi, sebagai perwujudan dari firman Allah surat Ar-Rahman ayat 5.

3. Berharap agar otoritas Saudi mau mengubah sedikit saja metode pengambilan keputusannya dalam menetapkan hilal. Maksudnya, berani menolak kesaksian hilal palsu yang bertentangan dengan astronomis, bekerjasama dengan para astronom yang tahu ilmunya, mempersyaratkan
kualifikasi tertentu bagi para perukyat dan sebagainya.

Mengapa point tiga itu penting, bukankah di jaman Nabi tidak ada syarat macam-macam? Mudahnya, saya ambil analogi. Dulu di jaman awal penyebaran hadits, awalnya hadits tersebar dengan tidak menyebutkan sanad. Namun lama-kelamaan, banyak orang yang berniat jahat kepada Islam, dengan menyebarkan hadits palsu. Akibatnya, sistem sanad diberlakukan, sehingga untuk menentukan hadits shahih, syaratnya macam-macam: jujur, rawinya selalu bersambung, ingatannya kuat, tidak tercela dll. Sekarang juga sama. Banyak klaim hilal palsu.

Jadi untuk melindungi hilal yang sebenarnya dari klaim hilal palsu, perlu syarat-syarat tertentu: perlu data kapan dilakukan pengamatan, di koordinat berapa, berapa posisi bulan dan seterusnya. Lebih bagus lagi, jika ada bukti otentik dari foto dsb. Nanti bisa ketahuan, yang
dilihat itu hilal, atau awan tipis, atau planet Merkurius, atau pantulan cahaya matahari yang akan terbenam dll.

Sebenarnya, posisi matahari dan bulan saat ini dapat ditentukan secara luar biasa teliti. Untuk matahari, algoritma untuk menentukan longitude, latitude dan distance adalah VSOP 87 yang dirumuskan oleh Bregtanon, sedangkan untuk bulan adalah ELP 82/2000 by Chapront and
Chapront. Masing-masing algoritma mengandung puluhan ribu suku-suku periodik. Luar biasa teliti. Posisi matahari dan bulan hingga ribuan tahun ke depan dapat ditentukan dengan akurat hingga orde detik busur.

Alhamdulillah, saya punya daftar suku-suku periodik tsb.

Jadi kalau untuk menentukan waktu shalat, kapan gerhana matahari dan daerah manakah yang mengalaminya, kapan gerhana bulan, kapan planet venus dan merkurius mengalami transit hingga ribuan tahun ke depan, itu dapat dihitung dengan Excel. Apalagi kalau hanya menentukan kapan matahari dan bulan terbenam di Makkah, itu semua mudah saja dihitung.
Peluang terjadinya hilalpun juga bisa diperkirakan.

Artinya, saya pribadi juga malu kalau bulan yang sebenarnya mudah untuk diprediksi kemunculannya, ternyata orang/otoritas tertentu masih saja tidak peduli dengan fakta astronomis.

Bahwa soal rukyat yang menjadi metode penentuan awal bulan, mayoritas orang sepakat.
Bahwa soal penetapan bulan baru adalah domain pemerintah yang harus dipatuhi semua orang, saya juga tahu dan sepakat. Namun jika cara pemerintah (siapa saja, tidak cuma Indonesia atau
Saudi) menetapkan bulan baru dengan mengabaikan fakta astronomis, inilah perlunya tawashaw bil haqq wash shabr. Kecuali kalau sengaja mengabaikan fakta astonomis karena yang bikin rumus astronomis adalah orang kafir, yo wiss lah...

Rinto Anugraha
Fukuoka

1 komentar:

infogue mengatakan...

Promosikan artikel anda di www.infogue.com. Telah tersedia widget shareGue dan pilihan widget lainnya serta nikmati fitur http://www.infogue.com/info/cinema/& http://www.infogue.com/game_online & http://www.infogue.com/kamus untuk para netter Indonesia. Salam!
http://astronomi.infogue.com/fakta_astronomi_keputusan_saudi