Selasa, Oktober 07, 2008

Baju (Ber) pesta

Kocap kacarita: Nashruddin Hoja menghadiri sebuah jamuan makan. Ketika hendak masuk pintu gerbang, langkahnya tertahan oleh para penjaga pintu. Alasannya pakain Nashruddin tak layak untuk menghadiri jamuan makan ini.

Tanpa banyak bicara Nashrudin pulang. Ganti dengan baju gamis yang lebih pas. Sesuai syarat para penjaga tadi. Untung dia punya. Segera dia kembali ke rumah mewah yang sedang mengadakan jamua makan.

Sampai di pintu gerbang dia dipersilakan masuk. Karena pakaiannya tidak malu-malu'in tuan rumah.

Setibanya di meja jamuan. Setiap jenis makanan dijumputnya. Hampir semua makanan dicicipi. Tapi tidak dengan lidahnya. Tapi ke kantong-kantong bajunya.
Sampai semua kantong baju gamisnya penuh makanan.

Tamu di sekitarnya keheranan, ketika kuah makananpun dituangkannya ke dalam kantong bajunya. Lalu segelas minuman juga dituangkan ke dalamnya. Sambil ia terus bergumam:

"Nih, makan semuanya. Yang diundang makan kan bukan saya, tapi kamu!" katanya, seperti sedang berbicara dengan baju gamisnya.

(Pesta itu kini ada di Makassar? Masak, seehhh?)

Salam,
Choirul Asyhar
-Dengar kata hati, karena ia jujur
Asah ketajamannya, karena ia bisa tumpul
Jaga dengan dzikir, karena ia mudah tergelincir
http://lintasankatahati.blogspot.com/

----- Original Message -----
From: Gene Netto
To: sd-islam@yahoogroups.com
Sent: Sunday, October 05, 2008 4:54 PM
Subject: [keadilan4all] Orang Miskin Mau Ketemu Wapres? Beli Baju Dulu!

*Orang Miskin Mau Ketemu Wapres? Beli Baju
Dulu!<http://genenetto.blogspot.com/2008/10/orang-miskin-mau-ketemu-wapres-beli.html>
*

Assalamu'alaikum wr.wb.,

Seorang pejabat negara menolak ketemu dengan warga karena pakaiannya kurang
lengkap? Apakah itu wajar di negara berkembang seperti Indonesia? Menurut
berita ini, sebagian warga yang datang ke rumah Wapres Jusuf Kalla di
Makassar ditolak masuk oleh Paspampres dengan alasan pakaiannya tidak
lengkap.

Banyak orang miskin datang karena ada tawaran Rp 50.000 untuk setiap
pengunjung (untung tidak terjadi desak-desakan seperti di Pasuruan). Tetapi
karena sebagian dari mereka tidak berpakaian lengkap, ditolak izin masuknya
oleh Paspampres.

Dengan kata lain, orang miskin yang ingin bertemu dengan Wapres untuk
mendapatkan Rp 50.000 diharapkan menjadi orang kaya terlebih dahulu dan beli
pakaian yang "layak".

Sungguh disayangkan ada sikap seperti ini.

Kalau mau tetapkan aturan pakaian di Istana Negara atau di gedung DPR, saya
bisa maklum, karena barangkali presetasi negara yang dipikirkan. Tetapi
kalau di kediaman pribadi, dia luar kota, apa masalahnya? Kalau Wapres
berkunjung ke Papua, apakah warga sana yang memakai pakaian tradisional
diwajibkan memakai pakaian yang "layak" sebelum boleh bertemu dengan Wapres?

Seharusnya semua pejabat negara bisa maklumi situasi dan kondisi masyarakat
dan menerima keadaan mereka. Kalau orang miskin harus beli baju yang layak
sebelum boleh masuk sebuah rumah pribadi, maka kesan yang saya dapat adalah
pejabat tersebut tidak dekat dengan rakyat dan ingin ditinggikan derajatnya
di atas mereka. Sebagai seorang pejabat negara, yang mendapatkan gaji untuk
melayani bangsa, dia malah tidak berfungsi sebagai "pelayan untuk rakyat"
dan hanya ingin bertemu dengan orang yang bajunya cukup mewah.

Kalau niatnya Wapres adalah untuk bersilahtulrahmi dengan warga, kenapa
harus membagikan uang pada saat dan lokasi yang sama? Kalau niatnya membagi
sedekah kepada orang miskin, kenapa harus gunakan syarat-syarat pakaian
untuk masuk ke rumah Wapres?

Menurut saya, lebih baik kedua hal tersebut dipisahkan. Buat yang ingin
masuk rumah untuk bertemu dengan Wapres, ada waktunya, dan tidak ada syarat
soal baju apa yang dipakai. Buat yang ingin mencari sedekah yang ingin
dibagikan, masyarakat dari kalangan bawah bisa dipersilahkan kumpul di suatu
tempat yang diatur oleh aparat dan di situ bisa terima pembagian sedekah,
tanpa ada syarat-syarat pakaian juga.

Kenapa kedua hal tersebut harus dilakukan pada saat yang sama di lokasi yang
sama? Apakah silaturahmi yang diutamakan? Atau pembagian sedekah? Atau
sekedar cari muka dengan pamer sebagai dermawan di depan masyarakat?

Wassalamu'alaikum wr.wb.,

Gene

#####

"Kita sudah capek-capek datang ke sini tapi tidak dapat apa-apa," ujar Daeng
Sani sambil mengipasi tubuhnya yang kepanasan di depan rumah JK, Jl Haji
Bau, Makassar, Minggu (5/10/2008). Hal sama juga diungkapkan Rahma. Ibu muda
yang menggendong anaknya ini marah karena gagal mendapatkan angpao Rp 50
ribu dari JK.

"Saya sudah antre dari pagi tapi tidak bisa masuk. Pas mau masuk sudah
tutup. Bagaimana ini," ujarnya kesal. *Pantauan detikcom, mayoritas yang
gagal masuk ke rumah JK adalah kaum menengah ke bawah.* *Umumnya mereka
terkendala soal protokoler pakaian.* Meski sudah diumumkan tutup, warga
tetap saja bergerombol di depan rumah JK. Mereka berharap tetap mendapatkan
angpao yang sudah diterima oleh rekan-rekannya.

*Warga Makassar Kecewa Open House JK Ditutup Lebih
Cepat<http://www.detiknews.com/read/2008/10/05/132029/1015518/10/warga-makassar-kecewa-open-house-jk-ditutup-lebih-cepat>

Tidak ada komentar: