Minggu, Desember 30, 2007

Banjir Campursari


Mendengar berita tentang banjir di Solo, saya mencari berita tentang wilayah mana saja yang termena banjir. Karena anak saya sedang menuntut ilmu di Pondok Pesantren Modern Islam As salaam, di Pabelan, Sukoharjo, Solo.

Alhamdulillah saya tidak menemukan berita yang tidak saya harapkan itu. Di situs http://www.assalaam.or.id/ pun tak ada beritanya sama sekali. Untuk menghibur diri saya menganggap anak saya aman di sana. Meskipun sebenarnya yang saya harapkan adalah tulisan bahwa di Pabelan aman-aman saja.

Selesai browsing, saya kembali ke inbox saya. Saya membaca posting dari seorang teman ukhti Titi Prawesti Hesti. Tulisan yang menyentakkan hati saya. Betapa musibah sering datang kepada kita setelah manusia berpesta pora melakukan perbuatan yang melalaikan Allah. Bukan hanya itu, mereka bahkan menantang Allah. Dengan menahan turunnya hujan. Seakan tidak menyadari bahwa balasan Allah tak mungkin lagi mereka mampu menahannya.

Berikut tulisan ukhti Hesti dengan harapannya agar menjadi ibroh –sekali lagi- kepada kita semua.

Saya membaca Koran Kompas (kamis, 27 Desember 07), Insya Allah bisa kita ambil hikmahnya.
*****************
Setelah Pesta Campursari, Karanganyar MenangisKARANGANYAR menangis. Setidaknya, 65 warga Karanganyar yang tinggal di kaki Gunung Lawu, tewas tertimbun longsoran tanah. Tragisnya, tangisan itu pecah ketika kabupaten yang terletak di sebelah timur Kota Surakarta (Solo) ini baru saja menggelar hajat akbar untuk memecahkan rekor MURI, yakni menggelar musik campursari nonstop selama 33 jam, 33 menit dan 33 detik yang berlangsung sejak Minggu siang (23/12) hingga Senin malam (24/12).
......
Hujan HilangSejak 19 Desember lalu, hujan selalu mengguyur daerah yang terkenal sebagai sentral tanaman anthurium itu. Hingga tanggal 22 Desember, Kabupaten yang berada di lereng Gunung Lawu itu masih dilanda hujan deras yang mengguyur dalam waktu pendek namun berulangkali.
Namun sejak acara campursari nonstop digelar pada hari Minggu tanggal 23 Desember, mendung yang menggelayut sejak beberapa hari tiba-tiba hilang. Sinar matahari menjadi terik. Dan bila mendung mulai menumpuk lagi, tak berapa lama kumpulan awan hujan tersebut sirna. Pagelaran campursari nonstop pun berlangsung meriah. Panggung luas dan rumah tenda yang disediakan panitia, sama sekali tidak tersentuh air hujan.
.......
Tumpah Dari LangitNamun sejak pesta ditutup, Selasa sore sekitar pukul 17.00 WIB, air hujan sepertinya ditumpahkan dari langit di kawasan sekitar Karanganyar, Surakarta, Sukoharjo, Klaten dan Wonogiri.
Sungai Bengawan Solo yang terakhir kali membanjiri Kota Solo pada tahun 1965, Selasa malam (25/12) kembali mengamuk. Air yang tak mampu tertampung di Bengawan Solo, menerjang ratusan rumah penduduk di kawasan Jebres, Serengan, Sangkrah, Semanggi, Joyotakan. Bahkan, air mencapai tiga meter di kampung Joyotakan.
......
********************
Seakan kita diingatkan oleh Allah SWT dengan beberapa firmannya, diantaranya :
”Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka gembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS.Al An'am:44).
Allah SWT seakan murka, rahmat yang berupa hujan seharusnya turun akan tetapi ditahan (biasanya pawang hujan menggunakan bantuan jin) hanya untuk perbuatan senang-senang yang menjauhkan diri dari ingat pada Allah SWT.
Semoga bagi saudara-saudara kita yang tertimpa musibah Allah SWT memberikan kekuatan, ketabahan, kesabaran dan semoga Allah memberikan yang lebih baik dari sebelum tertimpa musibah.
Bagi saudara-saudara kita yang meninggal dunia semoga Allah SWT memberikan tempat yang mulya disisi-Nya.
Dan semoga bencana ini memberikan hikmah pada kita semua untuk semakin mendekat kapada-Nya.
Maaf, bila ada tulisan yang kurang berkenan.
Jazakumullahu khoiro.
Wassalam

Tidak ada komentar: